PWM JatengSemarak Musywil Jateng

Kilas Kepemimpinan Muhammadiyah Jateng, Mulai dari Ulama hingga Cendekiawan

Oleh : AM Juma’i*

PWMJATENG.COM, Semarang – Perjalanan Muhammadiyah Jawa Tengah (Jateng) sejak tahun 1995 dengan tokoh- tokoh Muhammadiyah Jawa Tengah baik jajaran pleno Muhammadiyah maupun para pimpinan Majelis dan Lembaga serta Ortom Muhammadiyah tingkat Jawa Tengah mengalami dinamika dan perkembangan yang beragam. Sosok para Ketua PWM Jawa Tengah yaitu mulai Prof. Dr. Abu Su’ud, Drs. H. Ahmad Dahlan Rais, M. Hum., Drs. H. Marpuji Ali, M.Ag., Drs. H. Musman Tholib, M.Ag, dan Dr. KH. Tafsir, M.Ag. memiliki karakter dan prestasi sesuai dengan era dan zamannya.

Soal kepemimpinan, Muhammadiyah sangat terbuka dalam memilih pemimpin. Tidak semua harus berasal dari sosok kiai atau ulama, termasuk di Jawa Tengah. Mulai saat Musywil yang diselenggarakan di Kendal, di mana Abu Su’ud yang notabenenya bukan seorang ulama, terpilih sebagai Ketua PWM Jateng untuk periode 1995-2000. Kepemimpinan itu menggantikan kepemimpinan PWM yang pada periode-periode sebelumnya dipimpin oleh kiai atau ulama, di antaranya KH Sahlan Rasyidi, yang kemudian digantikan oleh KH Suratman SP, seterusnya termasuk KH Abu Hamid.

Gejala tersebut nampaknya menjadi sebuah kecenderungan, karena pada Musywil setelahnya (Musywil Kendal) yang berlangsung di Karanganyar telah mengantarkan Drs. H Dahlan Rais, M.Hum. yang juga bukan ulama melainkan seorang staf pengajar Bahasa Inggris Universitas Negeri Surakarta. Meskipun ia juga tak terlepas dari sosok sang ayah Suhud Rais, ibu Sudalmijah Suhud Rais, dan sang kakak Amin Rais.

Kencenderungan terpilihnya cedekiawan bukan ulama tersebut berhenti tatkala Musywil Muhammadiyah Jateng di Purwokerto, Banyumas. Musywil tersebut memutuskan terpilihnya KH. Marpuji Ali, sosok ulama yang pada saat itu merupakan pengajar di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ia terpilih untuk memimpin Muhammadiyah Jawa Tengah pada kurun waktu 2005-2010. Selanjutnya, pada Musywil Muhammadiyah Jawa Tengah di Purworejo, mengamanahkan KH. Musman Thalib yang juga sosok ulama kharismatik untuk menjadi Ketua PWM Jawa Tengah periode 2010-2015. Tren yang sama berlanjut hingga Musywil selanjutnya di Kudus, yang mengamanahkan sosok kiai dari Kebumen, KH. Tafsir untuk menjadi Ketua PWM Jawa Tengah periode 2015-2020, dan diperpanjang hingga tahun 2022.

Baca juga, 58 Bakal Calon Anggota PWM Jateng Resmi Diumumkan, Berikut Daftarnya!

Fenomena di atas memberi petunjuk bahwa untuk periode mendatang para ulama atau tokoh lulusan pendidikan tinggi agama Islam akan selalu memegang tampuk pimpinan PWM Jawa Tengah. Selain juga harus didampingi para cendekia, praktisi dan ahli di bidang lainnya sesuai ruang lingkup pergerakan Muhammadiyah.

Tiga belas tokoh yang tercantum dalam komposisi PWM tersebut merupakan wujud kepemimpinan Muhammadiyah Jawa Tengah. Tentu saja komposisi semacam itu tidak ada buruknya, karena Persyarikatan Muhammadiyah sejak mulai didirikan terdiri dari para ulama. Namun tidaklah salah seandainya diperlukan sebuah komposisi yang lebih integratif di masa-masa yang akan datang.

Pemimpin memang bisa muncul secara tiba-tiba karena faktor tertentu. Namun ideal dan seharusnya bisa dipersiapkan lewat proses kaderisasi formal Muhammadiyah. Proses kaderisasi untuk menjadi penggerak Muhammadiyah harus disiapkan lebih cermat untuk mengantisipasi berbagai masalah yang dihadapi Muhammadiyah di masa depan yang tidak hanya dalam bidang-bidang keagamaan saja.

Sebagaimana kita ketahui persyarikatan bukan sekadar gerakan dakwah keagamaan, melainkan sangat bervariasi yang mencakup banyak sekali bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan, perekonomian maupun kebudayaan.

Untuk mendapatkan SDM yang bervariasi tersebut sebetulnya tidaklah terlalu susah, karena anggota maupun simpatisan Muhammadiyah sudah ada pada semua lapisan maupun segmen masyarakat. Yang diperlukan adalah bagaimana menyiapkan berbagai SDM tersebut sedekat mungkin dengan lapis kepemimpinan yang paling inti. Di sinilah peran Pimpinan Persyarikatan menyiapkan kader-kader mudanya melalui Majelis Pendidikan Kader Muhammadiyah.

Baca juga, Salurkanlah ZISKA dengan Tepat! Ini Daftar Lembaga Zakat Tak Berizin

Selama ini dipahami bahwa proses kaderisasi tenaga-tenaga untuk memimpin organisasi hanyalah lewat pendidikan formal yang sudah dimulai sejak pendidikan dasar sampai ke perguruan tinggi. Di samping itu Muhammadiyah juga menyiapkan kader kepemimpinan itu lewat lembaga pelatihan kepemimpinan.

Mereka juga bisa dipersiapkan lewat organisasi otonom Muhammadiyah, kemahasiswaan, maupun kepemudaan. Tidak ada salahnya pula mereka direkrut lewat majelis, seperti Majelis Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan, Kebudayaan, Sosial dsb.

Barangkali banyak potensi yang bisa berpartisipasi dalam gerakan itu yang belum atau yang tidak terlibat di dalam kegiatan pengajian Muhammadiyah di daerah-daerah. Ada berbagai cara agar orang-orang yang mempunyai potensi, meskipun belum menjadi anggota Muhammadiyah agar tidak dianggap sebagai datang secara tiba-tiba pada jenjang kepengurusan tingkat daerah maupun provinsi. Karena kiprah di Muhammadiyah bisa diberbagai jenjang dan level. Bisa di mulai dari ranting, cabang, daerah termasuk juga di majelis dan lembaganya.

Dengan demikian pula komposisi kepengurusan Muhammadiyah bisa lebih terintegrasi antara mereka-mereka dari latar belakang pendidikan maupun kegiatan yang amat bervariasi.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah periode 1995-2000 adalah Prof Dr H Abu Su’ud. Di era Prof Abu Su’ud inilah Gedung Dakwah Muhammadiyah termegah se Indonesia ini berdiri di Jalan Singosari Raya 33 Semarang yang dulu bekas rumah kediaman Bapak H Roemani yang dibeli oleh Muhammadiyah.

Kepemimpinan di periode 1995-2000 era Prof Abu Su’ud ada kombinasi kepemimpinan yang sangat akomodatif terhadap tokoh tokoh lintas profesi dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang; dari Undip, Unnes, IAIN (sekarang UIN), Unissula, dari petinggi Suara Merdeka. Salah satu karya monumental di era kepemimpinan Prof Dr H Abu Su’ud di samping Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Tengah adalah berdirinya Universitas Muhammadiyah Semarang.

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah di Karanganyar menetapkan Drs. KH Ahmad Dahlan Rais, M.Hum dan masa kepemimpinannya tetap mengakomodir tokoh-tokoh lintas profesi dan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Kota Semarang; dari Undip, Unnes, IAIN (sekarang UIN), Unissula, di samping juga terdapat unsur pengusaha dari Jepara. Karya monumental yang dilahirkan di era kepemimpinan PWM Jateng Periode 2000-2005 ialah melahirkan BPRS Artha Surya Barokah. Keberadaan usaha ini benar-benar dimaksudkan untuk mengembangkan usaha di bidang keuangan dan proses perkaderan Muhammadiyah juga di bidang perbankan.

Baca juga, Majelis Lembaga Persyarikatan Harus Diisi Anak Muda!

Keberadaan BPRS Artha Surya Barokah membawa misi dakwah juga perkaderan termasuk di dalamnya adalah penyegaran di dalam manajemen personalia, utamanya di jajaran direksi dan manjernya di perbankan syariah yang didirikan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah atas saham mutlak dari persyarikatan Muhammadiyah.

Termasuk salah satu bagian dari sejarah, yakni pertama kali Gedung Dakwah Muhammadiyah yang memiliki lift. Bahkan pada saat itu Pimpinan Pusat Muhammadiyah saja belum memiliki lift pada gedung dakwah pusatnya. Di era periode Drs. H. Ahmad Dahlan Rais, M.Hum. juga telah dicanangkan pendirian Ponpes Napza yang ada di Wonolpo. Saat itu juga Pak Dahlan Rais diusung untuk menjadi anggota DPD RI yang sebenarnya menang dan jadi. Namun, karena ada manipulasi terhadap suara, akhirnya gagal menuju DPD RI.

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah di Purwokerto menetapkan Drs. KH. Marpuji Ali, M.Ag. sebagai Ketua PWM. Dalam kepemimpinannya, PWM Jawa Tengah pernah mengadakan tabligh akbar yang menghebohkan masyarakat Kota Semarang, khususnya di Masjid Agung Jawa Tengah ( MAJT) yang membuat jalan-jalan padat bahkan macet karena jama’ah bejubel di halaman dan luar MAJT tersebut.

Di periode 2005-2010 inilah berdiril bangunan monumental Masjid At Taqwa Muhammadiyah Jawa Tengah yang finishingnya diselesaikan di era periode 2015-2020. Di era ini juga Muhammadiyah berikhtiar dan berijtihad mencalonkan Bapak Drs. KH. Marpuji Ali, M.Ag. sebagai anggota senator yaitu DPD RI, namun belum berhasil mendulang kemenangan.

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Purworejo menetapkan Drs. KH. Musman Tholib, M.Ag. sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah. Periode kepemimpinan 2010-2015 ini melanjutkan penyelesaian pembangunan Masjid At Taqwa Muhammadiyah Jawa Tengah dan proses tanah-tanah Muhammadiyah Jawa Tengah, baik di kompleks Unimus maupun di Wonolopo yang merupakan wakaf dari Bapak Roisudin.

Baca juga, Perbedaan Anggota, Peserta dan Penggembira Musywil Muhammadiyah Jateng

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Kudus mengamanatkan kepada Dr. KH Tafsir M.Ag sebagai Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah. Kesannya kalem, santun dan slow. Tetapi di tangan beliau Muhammadiyah Jawa Tengah periode 2015-2020 telah memperkuat posisi tanah wakaf di Wonolopo menjadi destinasi wisata dan pendayagunaan Gedung Ponpes Napza tersebut semakin produktif untuk Labkes Unimus dan ITESA Muhammadiyah Semarang saat ini.

Di samping itu kebijakan yang sangat produktif adalah membeli aset tanah yang bersebelahan dengan Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Tengah di Jalan Singosari Raya Semarang. Termasuk juga mendirikan Badan Usaha Muhammadiyah di bidang konstruksi, yakni PT. Sinar Muhindo yang saat ini sangat berkembang dan mendapatkan kepercayaan tidak hanya di Amal Usaha Muhammadiyah, bahkan dapat kepercayaan di unit ssaha milik Katolik yaitu UNIKA.

Musywil Muhammadiyah di Tegal esok dibutuhkan sosok-sosok yang dapat mengintegrasikan penguatan ideologi Muhammadiyah, keislaman, pergerakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan pengelolaan Amal Usaha Muhammadiyah secara profesional. Sehingga dibutuhkan tokoh tokoh yang bervariasi dalam memimpin Muhammadiyah menadatang.

Berkah selalu dalam kepemimpinan Muhammadiyah. Tidak ada rekayasa, tidak ada manipulasi, tidak ada tipu-tipu dan kepura-puraan dalam berMuhammadiyah serta penguatan ruhul Ikhlas dan ruhul jihad adalah terdepan dalam berkiprah di Muhammadiyah. Bersama Muhammadiyah dihantarkan ke pintu jannatunna’im.

*Ketua Majelis Pemberdayaan Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PWM Jateng

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE