Memaknai Pandemi Menggunakan Kacamata Kaum Stoik
Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya pandemi covid-19 ini sangat menggangu kehidupan kita, khususnya kehidupan dalam aspek sosial, ekonomi, dan lain sebagainya. Namun yang perlu kita ketahui yaitu, bahwasannya yang bisa menghindarkan diri kita dari dampak virus covid-19 ini adalah diri kita sendiri tentunya; bukan hanya dengan menggunakan masker; menjaga jarak; menggunakan face shield; menggunakan hand sanitizer; dan bahkan menggunakan vaksin, karena pada dasarnya mereka hanyalah benda yang melindungi diri kita; dan karena benda itu ada maka diri kita akan aman atau terhindar dari covid-19. Namun menurut perspektif saya pribadi benda tersebut hanyalah benda biasa yang dibuat oleh manusia; dan sejatinya terhindarnya kita dari virus covid-19 itu juga tergantung keyakinan kita.
Seperti seorang raja yang sekaligus seorang filosof yang bernama Marcus Aurelius, beliau adalah seorang raja Romawi dan seorang filosof, yang dimana filosofi yang beliau ajarkan sangat cocok digunakan di saat – saat pendemi seperti ini, karena sejatinya filosofi pemikiran stoic sendiri yaitu tentang bagaimana diri kita atau manusia itu menciptakan atau memunculkan rasa kedamaian di dalam diri manusia itu sendiri, dari filosofi kaum stoic ini sudah jelas bahwasannya manusia itu mampu untuk berdamai dengan dirinya sendiri yang dimana ketika kita sudah bisa mendamaikan diri kita sendiri terhadap realita social, pengaruh dari orang lain ataupun pengaruh – pengaruh yang sekiranya bisa mengusik diri kita, kita akan dengan mudah bahkan tidak peduli terkait dengan hal – hal yang bisa memicu gejolak emosi ataupun nafsu kita.
***
Ada sebuah kisah yang sangat menarik dari seorang filosof Marcus Aurelius; pada suatu ketika beliau menghadapi sebuah peperangan yang besar dengan kaum bar-bar dan beliau mengutus seseorang bala tentara untuk melakukan negosiasi; akan tetapi sungguh disayangkan karena seorang utusan tersebut malah pulang tanpa kepala dan kudanya hanya pulang membawa jasad utusan yang malang itu; dan melihat hal itu Jendral Maximus tidak melihat jalan lain kecuali menyiapkan ribuan legiun Romawinya untuk pertempuran tak terelakkan dengan kaum barbar
Anak panah dan busur raksasa disiapkan; ketapel raksasa diisi bola api; para prajurit infanteri merapatkan tameng; mengenggam erat tombak dan menghunus pedang pendek dari sarungnya. Usai memberi instruksi pada pasukan infanteri, Maximus naik kuda, bergerak memutar memimpin pasukan kavaleri untuk menyerang kaum barbar dari belakang. Begitu aba-aba “serang” dikumandangkan, ribuan anak panah, ratusan bola api menyembur kaum Barbar yang memekik maju menyerang pasukan Romawi. Dua bala tentara bertempur dalam gelapnya pagi buta, saling memotong; mengayunkan pedang; kapak; dan apapun yang bisa membuat lawannya terjungkal mati. Maximus dengan riabuan lawannya terjungkal mati. Maximus dengan ratusan pasukan kudanya menembus gelapnya hutan, menyerang kaum barbar dari belakang. Taktik supit urang (jepitan udang) mebuat kaum barbar kacau habis dibantai legium romawi di perbatasan utara imperium Romawi, di daerah Austria sekarang ini.
***
Dari kejauhan Marcus Aurelius duduk tenang dengan dikelilingi pasukan pretiora; dan beliau memperhatikan semuannya dan ialah juga yang sebenarnya mengharapkan perdamaian antara Romawi dan kaum barbar; akan tetapi perang tak bisa terelakkan; ia hanya menjalankan tugasnya sebagai seorang kaisar memerintahkan Maximus melakukan apa yang terbaik untuk Roma.
Pada saat fajar merekah, dengan lega ia menyaksikan keberhasilan jenderalnya. Maximus, dalam mengalahkan kaum barbar di Germania. Namun bukannya senang ia malah bertanya kepada Maximus tentang perlu tidaknya perang itu terjadi, dan salah satu kutipan kata yang menarik dari seorang filosof yang bergelar raja ini adalah “ aku adalah seorang pecinta dan bukanlah seorang petarung” maka sangat jelas disini bahwa ketika kita bisa mencintai diri kita, kita juga bisa mengkontrol emosi kita, dalam hal apapun dan ketika kita bisa mengelola emosi dengan baik maka yang terjadi adalah kita bisa dengan bijak menyikapi permasalahan apapun, termasuk salah satunya adalah permasalahan yang terjadi di kala pandemi ini.
Didalam ajaran kaum stoik ini juga lebih menekankan kita kepada berpasrah atau tawakkal menerima keadaannya di dunia, dan menurut ajaran kaum stoik sendiri sikap ini adalah cerminan dari kemampuan nalar manusia, bahkan kemampuan tertinggi dari semua hal, dan seperti yang kita ketahui banyak orang yang menyerah dengan hidupnya di masa pandemi ini, hal ini disebabkan kurangnya orang dalam berpasrah dan mengelola ketenangan dirinya karena kebanyakan orang juga lebih mengedepankan kepanikannya ketimbang ketenangan dan keberpasrahan diri maka dari itu ada kutipan yang berbunyi “ kepanikan hanyalah momok yang akan membunuhmu secara perlahan “ oleh karenanya para kaum stoik sepakat bahwa emosi negatif (panic) yang menghancurkan manusia dihasilkan dari keputusan yang salah.
***
Maka dari itu kunci sukses untuk menghadapi pandemi yang terjadi hari ini adalah dengan hidup yang tenang berpasrah dan lebih mencintai diri sendiri layaknya kaum stoik dan sophis; di mana mereka menganggap bahwasannya manusia yang memiliki kesempurnaan moral dan intelektual tidak akan pernah mengalami emosi – emosi yang merusak kebahagiaan misalkan, marah berlebihan; panik berlebihan; sedih berlebihan; dan lain sebagainya. Ketika diri kita mulai bisa mengontrol itu semua maka kesadaran mencintai diri sendiri pun akan muncul dengan sendirinya; dan disisi lain akan muncul aura ketenangan atau emosi yang semulanya negatif menjadi emosi yang positif. Akan tetapi banyak orang yang memaknai stoik ini dengan bodo amat atau hidup dengan seenaknya sendiri; tapi stoik yang sesungguhnya bukan bodo amat dengan segala macam aspek yang berkaitan dengan kehidupan; akan tetapi stoik yang dimaksud disini adalah stoik yang dia menekankan ketenangan bukan sikap apatis terhadap suatu hal.
Akan tetapi perlu kita sadari juga bahwa pandemi ini bukanlah penyakit/virus yang bisa kita anggap sepele karena berdasarkan data dari covid-19.go.id sebaran virus covid-19 ini menyebar ke 227 negara yang ada di dunia dan salah satunya Indonesia yang dimana di Indonesia sendiri ada sekitar 4.275.528 orang yang terpapar dan sekitar 144.192 yang meninggl dunia, terjadiny hal ini juga disebabkan karena apatisnya seseorang dalam mengahadapi pandemic covid-19 ini, dengan contoh tidak menaati prokes, tidak menjaga pola makan, tidak menjaga pola tidur atau tidak menjaga pola hidup bersih dan sehat,
Oleh karena itu sangat penting diri kita menjaga pola hidup bersih dan sehat serta mencintai diri kita sendiri karena dengan mencintai diri kita sendiri kita akan paham seberapa kemampuan diri kita untuk menghadapi badai pandemi covid-19 ini. (MTU)