Khazanah IslamKolom

Dakwah Akar Rumput: Dakwah Mulai dari Tataran Terkecil

Membicarakan tentang dakwah, banyak sekali yang bisa dibicarakan. Entah itu membicarakan tentang pengertian dakwah, kemudian membicarakan tentang metode berdakwah, sarana dan prasarana pendukung dakwah, siapa yang menjadi sasaran dakwah, dan masih banyak lagi. Hal-hal mendasar tersebut harus disadari oleh para pendakwah (da’i), baik da’i dari ruang lingkup terkecil maupun dengan ruang lingkup yang besar seperti tingkat nasional dan sebagainya.

Sebelum memasuki pokok pembicaraan yang tertera pada judul, penulis ingin memberikan sedikit pengertian, apa sih dakwah itu? Dan bagaimana saja metode dalam berdakwah? Dimulai dari arti dakwah, dakwah secara bahasa memiliki arti memanggil, mengundang, mengajak, himbauan, dan hidangan. Kemudian, dakwah juga bisa diartikan sebagai seruan atau ajakan. Dalam Al-Qur’an, kata dakwah memiliki arti yang sama dengan tabligh, nasihat, tarbiyah, tabsyir, dan tandzir.

Walaupun memiliki arti yang sekilas sama, namun jika dikaji lebih mendalam, kata-kata tersebut memiliki makna dan penggunaan yang berbeda. Kemudian, dakwah jika dibahas secara etimologi, Abdul Wahid dalam bukunya yaitu Gagasan Dakwah mengatakan bahwa dakwah secara etimologi berasal dari bahasa arab dari kata “da’a – yad’u –  da’watan”. Yang menurut Abdul wahid kata  “da’a – yad’u –  da’watan” ini memiliki kesamaan makna  dengan kata an-nida’ yang artinya memanggil, mengajak, menyeru.

Hal ini jika dilihat konteks ayat Qur’an, pengertian dakwah bisa kita ambil dari Firman yang Allah sampaikan pada Surat Yunus ayat 25, “Wallahu yad’u ila daaris salami wa yahdi man yasaa’u ila shiratil mustaqim”. Di dalam Ayat ini, Allah Swt. menyeru kepada kita hambanya untuk menuju jalan yang lurus yaitu Islam itu sendiri. Yang di mana dari sanalah kita akan mendapatkan jalan menuju ke kenikmatan tertinggi, yaitu surga.

Baca juga, Sambut Milad Muhammadiyah ke 109, PWM Jateng Siapkan Resepsi Milad

Kemudian, Prof. Quraish Shihab mendefinisikan arti dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha mengubah situasi menjadi lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun untuk khalayak ramai seperti masyarakat. Menurutnya, dakwah harus dilaksanakan dengan rendah hati, bijaksana, dan penuh sopan santun. Hal ini bisa kita dapatkan pada Surat Fussilat ayat 33.

Bisa kita simpulkan bahwa dakwah memiliki arti usaha kita untuk mengubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Baik untuk diri sendiri maupun juga untuk orang lain.

Dari jawaban Quraish Shihab tersebut juga bisa disimpulkan bahwa metode terbaik dalam berdakwah yaitu melakukan secara rendah hati, bijaksana, dan penuh sopan santun. Karena sudah dijelaskan tadi pada surah Yunus ayat 25, bahwa orang yang bisa mengikuti jalan yang lurus, atau mengikuti darussalam adalah orang-orang yang dikehendaki.

Nah, tugas kita sebagai da’i harus bisa meyakinkan sasaran dakwah kita. Hal itu hanya bisa dilakukan sesuai dengan yang dikatakan Quraish Shihab. Pun begitu, tetap saja akan ada saja yang tidak senang dengan apa yang kita sampaikan. Maka dari itu jalan lemah lembutlah yang terbaik. Lemah lembut saja susah diterima, apalagi dengan cara yang kasar, iya kan?

Lalu muncul pertanyaan, dari mana kita akan memulai? Menurut hemat penulis, awal atau akar dari dakwah itu harus dimulai dari individu pribadi terlebih dahulu. Sesuai firman Allah, “ya ayyuhalladzina amanud khuluu fii as silmi kaffah” yang artinya “wahai orang-orang beriman, masuklah kalian ke Islam yang kaffah”. Walau kata perintah yang dimaksud di ayat ini adalah untuk kalian, tapi secara teknis hal ini ditujukan untuk individu per individu, di mana diharap dari ayat ini dengan terbentuknya pribadi yang sesuai dengan syariat; membentuk tatanan masyarakat yang madani, sesuai dengan tujuan rasul diutus ke muka bumi; menjadi pemberi rahmat di seluruh alam; dan menjadi manusia yang saling mengasihi dalam kehidupan.

Baca juga, Lurah Bligo Apresiasi Program Benah Rumah Lazismu Pekalongan

Dengan dakwah yang dimulai dari pribadi individu itu sendiri, jalan dakwah pada tataran selanjutnya akan siap dilakukan. Karena, kita sudah memiliki bekal bagaimana dalam bersikap untuk menjalani dakwah dengan lingkungan apa pun. Entah itu lingkungan yang keras atau lingkungan yang belum tahu menahu tentang agama. Yang mana pada akhirnya, itu semua kita lakukan seperti apa yang Quraish Shihab katakana di atas, yang tentu itu adalah karakter mereka yang sudah mempelajari dan mengamalkan apa itu Islam yang kaffah.

Hal ini juga sesuai dengan firman Allah, yang di mana ayat ini juga menjadi legitimasi sasaran dakwah yaitu lingkup keluarga, “ya ayyuhalladina amanu quu anfusakum wa ahlikum naaro”. Arti dari ayat ini adalah, “Wahai orang-orang beriman jagalah diri-diri kalian dan juga keluarga kalian dari api neraka”. Ayat ini menerangkan sebelum melindungi keluarga, sebelum membekali keluarga, yang terlebih dahulu harus terlindungi ataupun memiliki bekal untuk terhindar dari kejahatan yang berujung kepada kesesatan dan akhirnya merasakan api neraka ya harus diri kita sendiri terlebih dahulu. Hal ini juga terjadi pada semua aspek yang menyangkut tentang khalayak ramai seperti pada tatanan masyarakat, dan lain sebagainya.

Jadi, menurut hemat penulis dakwah akar rumput ini ialah dakwah mulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Dimulai dari membekali diri kita dengan tetap mawas diri untuk tidak berbuat keburukan. Dan tujuan akhirnya kita bisa berdakwah dengan penuh rasa cinta kasih, rendah hati, dan bijaksana. Dari semua yang penulis sampaikan di atas, maka benarlah sabda Rasulullah Saw., “Sesungguhnya sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari no. 6035).

Dan juga pada Hadits Riwayat Tirmidzi no. 3895, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik dengan keluarganya”. Akhir dari semua ini adalah sabda Rasulullah Saw., “Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ath-Thabrani).

***

Kontributor : Abdillah Toha (Mahasantri Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS dan Kader PK IMM Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS)
Editor : Muhammad Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE