Din Syamsuddin : Muhammadiyah Harus Memahami Praksisme dan Populisme Keagamaan
PWMJATENG.COM, KENDAL – Berbagai persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia ibarat perahu yang sedang pecah. Perahu bangsa ini sedang pecah luar biasa. Demikian kata Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA Ahad (19/2) pada pengajian hari bermuhammadiyah tingkat Daerah Kendal di halaman Rumah Sakit Darul Istiqomah (RSDI) Muhammadiyah Kaliwungu, Kendal.
Di hadapan ribuan anggota jamaah, ketua umum PP Muhammadiyah periode 2005 – 2015 itu menyampaikan ketika perahu bangsa lagi pecah, Muhammadiyah sebagai kekuatan pemersatu ummat diharapkan tampil untuk menjembatani dan memberi solusi, “ Muhammadiyah perlu memahami dan mengedepankan praksisme keagamaan, yaitu kerja dan kerja kemanusiaan yang sesuai keagamaan , “ katanya.
Muhammadiyah sebagai bagian dari bangsa Indonesia dalam menjalankan tugas – tugas juga mengedepankan populisme keagamaan “ Muhammadiyah sebagai populisme keagamaan senantiasa mendahulukan kepentingan masyarakat luas, menjunjung tinggi hak – hak rakyat, yang dilandasi kearifan “ ujar Din. Namun faktanya, menurut beliau, ummat Islam seperti mendorong mobil mogok, “ sejarah mencatat, ummat Islam sering ibarat mendorong mobil mogok, tetapi ketika mobil itu bisa berjalan, dengan sendirinya ditinggalkan, bahkan menjadi korban ketidakadilan hukum. Hukum seperti tumpul ke atas, tapi tajam ke bawah “ ungkapnya.
Ditambahkan, ummat Islam di Indonesia yang mayoritas dinilai oleh ummat lainnya tidak toleran, “ ummat Islam dikatakan anti toleransi, padahal ketika Islam mayoritas di suatu negara senantiasa sifat – sifat toleran dijaga, dan menghormati hak – hak keagamaan minoritas, tetapi ketika salah satu pemeluk agama minoritas menistakan Islam, kitab suci dan ulama proses hukumnya seperti tidak jelas “ ungkapnya lagi.
Menyinggung tentang perpolitikan nasional, Din menyoroti dominasi MMII , “ MMII adalah money (uang), mass (massa besar), information (pemilik media), dan idea (gagasan) “ katanya, menggambarkan perpolitikan Indonesia yang dikendalikan oleh asing dan aseng. Din tidak berhenti sampai di situ, ketika musim pilkada dan pemilu popular dengan istilah NPWP “ Nomer Piro Wani Piro “ katanya disambut gerr jamaah, memplesetkan kepanjangan NPWP dalam istilah Jawa, nomor berapa, berani berapa.
Dibagian lain, Din Syamsuddin mengingatkan tentang Sidang Tanwir Muhammadiyah yang akan berlangsung 24 – 26 Februari 2017 di Ambon, Maluku, “ Sidang Tanwir sebagai permusyawaratan tertinggi setelah Muktamar diharapkan mampu melaksanakan tugas – tugas dakwah Muhammadiyah, menyelamatkan bangsa Indonesia dari kegelapan menuju pencerahan, katanya sambil mensitir ayat Alqur’an surat Al baqarah ayat 257, “ Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya, “
Sementara ketua PDM Kendal, KH. Muslim mengingatkan, Muhammadiyah didirikan untuk menyelamatkan dan memajukan bangsa, “ jangan sampai Muhammadiyah menjadi beban bangsa, tetapi memperingan bangsa, dan diharapkan seluruh AUM maju dan berkualitas “ katanya. (A. Ghofur/MPI Kendal)