Geliat Politik Angkatan Muhammadiyah Salatiga
PWMJATENG.COM, SALATIGA- Angkatan Muda Muhammadiyah Salatiga bekerjasama dengan Majelis Kader Pimpinan Daerah Kota Salatiga mengadakan dialog Idiopolitor bersama Khafidz Sirojudin (anggota DPR-RI).
Hadir dalam acara tersebut antara lain perwakilan Partai Politik se-Salatiga dan perwakilan PDM di sekitar Kota Salatiga. Dalam sambutanya Ketua Majelis Kader PDM Salatiga, Ari Iswanto menuturkan, “kader Muhammadiyah harus selalu siap untuk menjadi Kader Persyarikatan dan Kader Bangsa, seperti yang telah dicontohkan KH. Ahmad Dahlan,” ungkap alumni IMM Salatiga tersebut.
Senada dengan Majelis Kader, Ketua Pimpinan Daerah Kota Salatiga Imam Sutomo, juga menghimbau kepada seluruh Angkatan Muda Muhammadiyah Salatiga supaya tidak “alergi” dengan bidang ekonomi dan politik, kehadiran Kaum Muda Muhammadiyah dalam kancah perpolitikan justru digadang-gadang menjadi obat bagi perpolitikan Indonesia yang kurang sehat ahir-ahir ini. “Politisi muda Muhammadiyah harus menjadi pusat perubahan untuk kemajuan indonesia pada umumnya,” ungkap mantan rektor IAIN tersebut.
Dalam diskusi tersebut Khafidz Sirojudin menuturkan bahwa syarat utama menjadi seorang politisi adalah harus mempunyai Iman yang kuat, menurutnya jika seorang mempunyai iman yang kuat, maka akan tahan dengan segala godaan dan cobaan. Ia menceritakan pengalamanya menjadi politisi, banyak sekali godaan yang datang, seperti godaan harta dan wanita. Kang Khafidz juga mencontohkan bagaimana kepemimpinan seorang Muhammad yang begitu banyak cobaan, jika Muhammad tidak mempunyai iman yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa dan hanya berorientasi kepada kekuasaan, maka sudah barang tentu kepemimpinan Muhammad akan sangat mudah di tumbangkan. Selain itu menjadi seorang politisi juga harus mempunyai modal yang cukup, Muhammad mempunyai modal yang cukup untuk berjuang dari istrinya Khadijah dan sahabatnya Abu Bakar, sebuah bukti bahwa jika seorang ingin berjuang dia harus mempunyai modal yang cukup, karena menjadi politisi adalah sebuah panggilan jiwa dan kerja sosial bukan malah sebaliknya.
Kang Khafidz berpesan kepada seluruh Angkatan Muda Muhammadiyah untuk mencontoh pribadi Rosululloh, beliau adalah seorang pemimpin besar, suadagar kaya dan keturunan orang yang berpengaruh, tetapi tidak satu kalipun Ia berfikir untuk menimbun dan menyimpan kekayaanya untuk dirinya sendiri. Bahkan di ahir hayatnya Rosululloh tidak “menyisakan” sedikitpun hartanya sampai Ia menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi, sikap seperti ini yang harus dimiliki oleh politisi-politisi Muhammadiyah kedepan. (LA)