PEMILU SERENTAK YANG MENGGEMBIRAKAN
oleh Joko Triyanto, M.Pd.I.
( Redaktur Majalah Pencerah PDM Boyolali, Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Boyolali )
Pemilu Serentak 2019 ( Pemilihan Presiden , Wakil Presiden dan Pemilihan Legislatif DPD RI, DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten) telah dilalui dengan berbagai dinamika. Memasuki tahun 2020 sejumlah daerah akan kembali di ramaikan Pilkada serentak 2020. Masyarakat pasti mendambakan pemilu selanjutnya akan berjalan lebih baik.
Semua pihak pasti ingin berperan aktif dalam pemilu dengan gembira. Pemilu yang menggembirakan yaitu aman, damai, tentram dan jauh dari konflik.
Dalam menyukseskan agenda besar ini tentu masyarakat sebagai warga negara yang baik akan berperan sesuai bidangnya masing-masing. Pemilu serentak ini adalah momentum awal dari harapan dan perubahan masa depan yang sangat penting. Bangsa indonesia saat ini masih dalam kondisi yang cukup memprihatinkan maka perlu upaya bersama membangun perubahan menjadi bangsa yang lebih baik, salah satunya melalui instrumen demokrasi yaitu Pemilu.
Pemilu yang akan datang kondisinya pasti jauh berbeda dengan pemilu 2019 yang lalu. Sehingga orientasinya juga pasti berbeda. Kalau pemilu 2019 kemarin harus memilih banyak yaitu Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI ), Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI ), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD ) Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD ) Kabupaten. Tentu membuat masyarakat bingung karna banyaknya yang harus dipilih. Sementara pemilu yang akan datang hanya memilih Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota atau Gubernur dan Wakil Gubernur saja. Pasti lebih mudah untuk memilih yang terbaik untuk daerahnya masing -masing.
Figur yang baik, santun dan mampu menyampaikan visi dan misi untuk perubahan lebih baik adalah citra yang semestinya dikampanyekan oleh calon agar mampu menarik simpatik dari masyarakat luas. Hal ini karna masyarakat sekarang sudah cerdas. Sehingga para kandidat harus benar benar yang mumpuni.
Mayarakat yang cerdas akan berperan aktif dalam pemilu dengan bergembira dan tanpa terintimidasi oleh siapapun. Dengan begitu para kandidat dan parpol tidak bisa memastikan masa akan memberikan suara kepada kandidat yang mana. Kecerdasan masyarakat juga membuat tidak mudah percaya janji-janji kampanye begitu saja. Masyarakat akan lebih selektif dalam menilai. Inilah yang harusnya menjadi motivasi para kandidat pemimpin bupati/ walikota dan Gubernur untuk lebih kreatif dan inovatif dalam berkampanye.
Kampanye dengan model pendekatan humanistik dan dialogis dalam memperkenalkan kandidat akan menjadi pilihan. Pemilu yang menggembirakan yaitu tertib, damai, aman dan adil akan terwujud jika pendekatan dengan cara heat to heart ini diperbanyak. Dan usaha untuk menarik simpati masyarakat tidak hanya kampanye terbuka saja.
Bergembira mengurangi resiko kekerasan
Politik saat ini kondisi dan situasinya dipersepsikan sebagai hal yang negatif yaitu politik adu domba, polituk uang, politik adu domba, kekerasan dan lain sebagainya. Hal ini menjadi PR kita bersama untuk membenahi persepsi tersebut ke arah positif.Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kondisi politik dan demokrasi sebagai masyarakat yang berbangsa dan bernegara Indonesia.
Sifat Labil dan agrasif cenderung mempengaruhi psikologi masyarakat sejak pengumuman pendaftaran, kampanye hingga pengumuman hasil pemilu. Masyarakat bertindak ekslusif dan mengelompok sesuai dukungan. Dan inilah yang menyebabkan pola hubungan yang bersifat terurai, tegang dan tidak kondusif. Maka perlu adanya dari semua pihak baik penyelenggara, kandidat maupun masyarakat menciptakan iklim pemilu yang menggembirakan untuk menghindari kekerasan dan hal hal negatif tersebut.
Indonesia dalam melaksanakan pemilu bersifat luberjurdil, hal ini bisa kita lihat dan buka lagi dalam Pasal 22E UUD 1945 , menyatakan pemilu itu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Jika hal tersebut dilaksanakan dengan baik maka akan tercipta dan menghasilkan pemilu yang menggembirakan semuanya. Sistem demokrasi telah menjadi pilihan bersama, maka pemilu adalah hal yang biasa. Pemilu bukanlah sebuah peperangan melainkan kompetisi mencari pemimpin. Dan ini adalah kompetisi sesama kita sendiri sebagai anak bangsa, bukan dengan orang lain.
Sifat kestaria sangat dibutuhkan dalam mengikuti pemilu. Jika seluruh panitia, penyelenggara Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawasan Pemilu (Bawaslu), aparat penegak hukum dan semua yang berwenang, menegakkan pemilu dengan sejujur jujurnya dan se adil adilnya sesuai konstitusi yang ada. Maka, akan tercipta pemilu yang menggembirakan untuk semua. Indonesia dengan kemajemukan dan keanekaragamannya secara kultural sangat berpeluang dalam mengaplikasikan nilai nilai dan etika, kwjujuran, kedisiplinan dan keadilan.
Selanjutnya perlu di tingkatkan upaya penegakkan kultur jiwa kesatria yaitu Menang Siap rendah hati dan tidak arogan, begitupula kalah , siap dan berani menerima kekalahan dengan lapangdada. Hal tersebut perlu di aplikasikan dalam kultur agar tercipta pemilu yang menggembirakan untuk semua. (*)