Berita

Kwartet Dalang Milenial SD Muhammadiyah 1 Ketelan Pentaskan “Sang Hanoman”

PWMJATENG.COM, SOLO – Semakin hari, Ekstrakurikuler Pedalangan, Karawitan dan Tari SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta memperlihatkan perkembangan menggembirakan bagi dunia pedalangan di kalangan generasi kekinian, Sabtu (18/1/2020).

Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko mengakui ada 4 dalang saat produksi shooting film dokumenter, di antaranya Gibran Maheswara Javas Setyawan kelas II, Galen Bianco Hartono kelas III, Muhammad Azkhavin Rizky Wiratama kelas V dan Brama Kesawa kelas I putra dari Ki Cahyo Kuntadi Sukesi.

Mengangkat lakon sang Hanuman binaan guru Ki Agung Sudarwanto, M.Sn yang juga merupakan anggota Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Surakarta Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang).

“Seni tradisional seperti karawitan, wayang kulit dan tari wajib dikenalkan melalui ekstrakurikuler kepada pelajar agar tidak kehilangan seni budaya adiluhung dan banyak mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan,” ujar Jatmiko, di Sanggar Madhangkara Sawahan RT 08/23 Karanganyar.

Sekolah Sehat Berkemajuan (SSB) berbasis karakter, agama dan budaya konsisten mendidik siswa berbakat seni dan siap melatih pangrawit menjadi seniman muda.

Faktor kesempatan mengedukasi tentang bahasa Jawa di era industri menuju era society yang makin minim, dan persoalan ”sulitnya” mendapatkan tontonan yang syarat tuntunan, seperti sang Hanuman pembela kebenaran.

“film dokumenter atas kerja sama salah satu stasiun Televisi Jawa Tengah sarat makna dan pengetahuan. Karena akan membuka mata banyak orang tentang kesadaran untuk merawat wayang, di dalamya ada tatah sungging atau seni membuat wayang kulit, dan rencananya anak –anak akan di sowankan dalang kondang sang maestro ki Manteb Soedharsono,”imbuhnya.

Setiap anak dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Artinya, bakat dan kemampuan menjadi tolok ukur utama bagi orang tua dan sekolah.

Peran penting, kwartet dalang cilik ini wajib pandai dalam mengolah kata melalui pesan-pesan verbal yang bisa ditangkap kawan sekolahnya.
“Ya banyolan-banyolannya saya kemas dalam bahasa sehari-hari seperti ngobrol dengan teman di sekolah. Biar pesannya lebih masuk di ingatan,” ucap Gibran. (Humas, Jatmiko)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE