Smart Parenting Tutup KBM Semester Gasal Sekolah Teladan
PWMJATENG.COM, PURWOREJO – Dakwah mempunyai sifat menggandeng sedangkan politik itu memecah belah. Maka pilihan persyarikatan ini untuk dakwah itu merupakan ruh gerakan amar ma`ruf dan nahi mungkar. Inilah yang diimplementasikan oleh Sekolah Teladan SD Muhammadiyah Kemiri dalam menyukseskan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang saling bersinergi antara lembaga pendidikan dengan keluarga siswa, yakni dengan menggelar Smart Parenting, Jumat (16/12/2016).
Dengan mengangkat tema “Mendidik dengan Hati, Bukan dengan Emosi” Smart Parenting ini sebagai wadah wajib syarat penerimaan raport. Sekolah mempunyai misi, dengan banyak tipe-tipe orang tua atau wali siswa bermacam karakter; ada yang peduli, ada yang kurang peduli dan ada yang tidak peduli dengan putra-putrinya. Dalam moment agenda smart parenting kali ini, sekolah berikhtiar memberikan pemahaman kepada seluruh wali siswa bahwa pilar keberhasilan siswa berkat dukungan orang tua atau wali siswa yang smart (cerdas) dan peduli kepada proses pendidikan putra-putrinya.
Proses pendidikan siswa tidak cukup dengan yang telah dilaksanakan di kelas-kelas tetapi yang utama adalah dukungan dari orangtua atau wali siswa ketikan berada di rumah. Sehingga apa saja kebiasaan baik yang telah diterapkan di sekolah harapannya dapat diteruskan dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Disini setiap orangtua atau wali siswa diharapkan smart (cerdas) dan peduli kepada pendidikan putra-putrinyaujar Widi Hastomo selaku Kepala Sekolah.
Kegiatan smart parenting kali ini dikemas dalam permainan kerjasama antara orang tua atau wali dengan siswa agar dapat menumbuhkan kepekaan dan kepeduliaan. Karena siswa beraktivitas kurang lebih 16 jam sehari di rumahnya. Dari kegiatan ini terlihat antara Bapak/Ibu yang tidak pernah memberi kasih sayang yang baik pada putra-putrinya selama di rumah.
“Fenomena hari ini banyak sekali wali yang ketika anaknya bercerita tentang keadaan selama di sekolahnya tetapi Bapak/Ibunya sibuk sednri dengan androidnya. Tipe orang tua semacam ini tidak menjadi pendengar yang cerdas. Yang dibutuhkan anak adalah didengarkan. Yang diinginkan anak adalah dipahami bahwa mereka memiliki kelebihan yang berbeda. Keluarga adalah rumah pertama sedangkan sekolah adalah rumah kedua bagi anak dalam membentuk jati dirinya. Keluarga adalah awal dimana anak mengenal kebaikan dan keburukan ucap Icheti, M.Pd. selaku Koordinator Outbond.
Pada kesempatan kali ini dibagikan pula hadiah apresiasi perlombaan umum dan seni kertas pop up serta penerimaan raport semester ganjil. (Ahmad Musdani)