Beginilah Pre Event Solo Gamelan Festival, Sang Hanoman Hipnotis Penonton
PWMJATENG.COM, SOLO – Sejumlah siswa SD Muhammadiyah 1 Ketelan memainkan gamelan dalam pre event Solo Gamelan Festival (SGF) di Foodcourt Solo Grand Mall, Kamis Malam (15/8/2019).
Penampilan mereka diharapkan menjadi viral dan menarik perhatian banyak masyarakat calon pengunjung SGF 2019.
Ruangan penuh sesak. Semua kursi terisi. Tampak hadir Maretha Dinar C, SE., MM Dinas Kebudayaan, Dewan Pendidikan Drs. H. Muhammad Abu Nasrun, S.Pd., SH., M.Pd yang juga mantan kepala sekolah dan dalang, pengrawit, komposer Blacius Subono.
Gamelan Festival, merupakan sebuah pergelaran seni khususnya musik gamelan dengan beragam jenis dan bentuk pengembangannya, dan bersifat non – elektrik, menampilkan berbagai potensi kelompok gamelan yang terdapat di Surakarta, dengan melibatkan unsur anak-anak, pelajar, dan masyarakat umum di 5 kecamatan serta komposer gamelan di Solo.
Dibuka dengan tari Payung, Luthung, Caping, Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) “Jurus Kipas”, dalam pentas diiringi sinden membawakan lagu.
Hadirin kagum dengan keberanian murid-murid SD tampil di panggung dengan percaya diri. Riuh tepuk tangan dan tawa mewarnai pementasan ini.
Seluruh guru karyawan dan wali murid ikut bergembira dan bangga, melihat anak-anak atas prestasi bidang kesenian ini.
“al Hamdulillah, kami sangat berbangga hati, anak-anak diberi kesempatan dan kepercayaan memeriahkan acara Dinas Kebudayaan. Anak-anak malam ini tampil luar biasa, menampilkan beberapa kesenian yang ada di sekolah mulai seni tari, seni bela diri, dan seni karawitan pedalangan,” ungkap Imam Priyanto, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Jum’at (16/8/2019).
Sesuai pantaun dan jangkauan alunan Gamelan Milenial masuk mall secara live mampu menyedot perhatian ratusan pengunjung. Mereka dibuat kagum oleh penampilan penari cilik yang rata-rata masih seusia anak SD.
Acara di tutup Gibran Maheswara dengan lakon Sang Hanoman bercerita tentang Anoman yang sedang diutus Rama Wijaya memberantas angkara murka. Berhasilkah Anoman sebagai duta Sri Rama?
Pertunjukan wayang kulit dan kolaborasi orang merupakan salah satu warisan tradisi budaya yang adiluhung. Lakon yang dibawakan di atas panggung selalu jelas berada dalam dua sifat, baik dan buruk.
Gibran putra dari Agus Setyawan yang mulai menyukai wayang sejak usia 1,5 tahun. Ngomong-omong soal Gibran, dalang cilik ini kerap bikin prestasi.
Sehabis manggung di Hari Wayang Dunia 2018, ia dihadiahi piagam penghargaan “Penyaji Kolaborasi Wayang Kulit dan Wayang Orang” Bahkan Gibran pernah diundang tampil di beberapa program TV swasta nasional.
”Harapan, cita-cita dan do’a kami semoga kesenian SD Muh 1 bisa mewarnai kesenian-kesenian yang ada di Nusantara khususnya di Surakarta dan mampu menginspirasi serta mewarnai baik tingkat lokal, nasional maupun internasional,” harap Imam. (Jatmiko)