Khutbah Iedul Fitri 1440 H : Daya Imsak dan Gema Takbir adalah Energi Revolusi Mental yang Dahsyat
Oleh : YUSUF SUYONO
الحمد لله الكبير المتكبر العظيم الذي له حق التكبرو الكبرياء و العظمة ، العزيز الغفار الذي له حق العزة و المغفرة ، نحمده في كل آواننا و نستعينه في جميع أمورنا. أشهد أن لا إله إلا الله الأول الذي لا شيء قبله و الآخر الذي لا شيء بعده . و أشهد أن محمدا عيده و رسوله الذي نهتدي بهداه. اللهم صل على ا محمد و على آله و أصحابه و من والاه إلى يوم القيامة .أيها الإخوة أصيكم بتقوى الله إنه قد فاز المتقون. قال تعالى في قرآنه الكريم :ولا تمش في الأرض مرحا إنك لن تخرق الأرض و لن تبلغ الجبال طولا.
Gema takbir, tahmid dan tasbih serta tahlil membahana di seluruh jagad raya ini sejak terbenamnya matahari tadi malam hingga saat ini menyambut datangnya hari nan fitri ini.Hari wisuda bagi mereka yang telah menjalani proses pendidikan keimanan di lembaga pendidikan Ramadlan. Kita saat ini adalah alumni lembaga pendidikan Ramadlan th 1440 H yang baru Maghrib semalam berakhir. Sebagaimana alumni lembaga pendidikan pada umumnya, alumni Ramadlan juga bertingkat-tingkat predikat hasilnya, ada cumlaude, baik sekali, baik, cukup dan ada pula yang gagal. Namun, kemanakah kita digolongkan ? wallahu a’lam. Yang jelas kita masing-masing sedikit banyak bisa mengukur kwalitas ibadah shiyam Ramadlan kita yang Maghrib semalam berakhir.
الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Jamaah shalat Ied yang dirahmati Allah,
Alumni Ramadlan adalah manusia yang fitriy, figur yang menemukan kembali fitrahnya. Mengapa ?, karena selama sebulan, Allah telah menggembleng kita dengan semesta pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dari situ, akhlaq buruk kita kosongkan (bertakhalli), dan akhlaq mulia dan terpuji kita hiaskan pada diri kita (bertahalli), dan akhirnya bertajalli (menjadi) manusia fitriy. Bagaimanapun, kita telah dibekali oleh Allah daya dahsyat bernama IMSAK. Daya ini, akan membuat kita memiliki daya tahan terhadap godaan, rayuan syetan lewat hawa nafsu kita. Dalam puasa, kita sudah dilatih menolak hal-hal halal yang biasanya dibolehkan. Kalau ini, menjadi karakter kita, maka sudah barang tentu terhadap hal-hal yang diharamkan Tuhan akan lebih ditolak lagi. Secara demikian, alumni Ramadlan hanya akan say YES pada hal-hal yang baik, dan say NO terhadap hal-hal yang jelek. Itulah sifat orang taqwa yang menjadi tujuan utama (ultimate goal) disyari’atkannya shiyam Ramadlan oleh Allah sejak tahun kedua Hijriah.
Hari ini, kita beridul Fitri. Kata fithri atau fithrah berarti “asal kejadian”, “bawaan sejak lahir”. Ia adalah naluri. Fitri juga berarti “suci”, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci bebas dari dosa. Fithrah juga berarti “agama” karena keberagamaan mengantar manusia mempertahankan kesuciannya.Dengan beridul fitri, kita harus sadar bahwa asal kejadian kita adalah tanah: Allah Yang membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan manusia dari tanah. (Q.S. As-Sajdah ayat 7)
Kita semua lahir, hidup dan akan kembali dikebumikan ke tanah. Firman Allah, Dari bumi Kami menciptakan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu untuk dikuburkan dan darinya Kami akan membangkitkan kamu pada kali yang lain. (Q.S. Thaha ayat 55).
Kesadaran bahwa asal kejadian manusia dari tanah, harus mampu mengantar manusia memahami jati dirinya. Tanah berbeda dengan api yang merupakan asal kejadian iblis. Sifat tanah stabil, tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan, tidak membakar. Tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuhan — tapi api tidak dibutuhkan oleh binatang, tidak juga oleh tumbuhan. Jika demikian, manusia mestinya stabil dan konsisten, tidak bergejolak, serta selalu memberi manfaat dan menjadi andalan yang dibutuhkan oleh selainnya.
Selanjutnya karena manusia diciptakan Allah dari tanah, maka tidak heran jika nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air, merupakan fithrah manusia. Tanah air adalah ibu pertiwi yang sangat mencintai kita sehingga mempersembahkan segala buat kita, kita pun secara naluriah mencintainya. Itulah fithrah, naluri manusiawi. Karena itulah, cinta tanah air adalah manifestasi dan dampak keimanan. Oleh karena itu, apabila ada orang memfitnah kaum Muslimin sebagai golongan yang kurang nasionalis, kurang cinta tanah air, bahkan anti NKRI, maka orang yang menfitnah itu adalah orang tidak paham dengan ajaran Islam.
Saudara-saudara sekalian, Allah berpesan bahwa bila hari raya fithrah tiba, maka hendaklah kita bertakbir. QS. Al-Baqarah ayat 185 berbunyi :
……ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم و لعلكم تشكرون
(…..dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.)
Kalimat takbir merupakan satu prinsip lengkap menembus semua dimensi yang mengatur seluruh khazanah fundamental keimanan dan aktivitas manusia. Kata Ibn Atha’illah as-Sukandary,
لا يزال للعيد معناه ما دام للتكبير في الصدر صداه
(‘Ied masih memiliki makna, selama takbir masih memiliki gema di dalam dada). Mengapa demikian ?. Karena takbir yang bergema di dada orang berpuasa hakikat, berimplikasi dalam jiwanya.
Pertama, الاحساس بمراقبة الله (merasa diawasi Allah). Meyakini bahwa Allah boten sare akan melahirkan apa yang disebut ihsan yakni berbuat yang terbaik dengan keyakinan seakan-akan sang pelaku melihat Allah di depan hidungnya, atau setidaknya berkeyakinan seakan-akan Allah melihat dia. Secara demikian, sehingga akan sangat berhati-hati dalam beraktifitas apapun. Kalimat Tarji’ atau Istirja’ إنا لله وإنا إليه راجعون akan dia jadikan kompas kemana dia melangkah. Ayat kursiy tidak direduksi hanya sebagai penangkal penampakan syetan, tetapi dijadikan constant reminder (pengingat yang konstan) untuk menjalani hidup ini. Contoh paling jelas untuk kasus ini adalah jawaban seorang penggembala muda kepada Khalifah Umar Ibn al-Khaththab ketika beliau mengetesnya. Jauh di daerah pegunungan, Sang Khalifah bertemu dengan seorang penggembala muda yang menggembalakan ribuan domba milik majikannya. Bertanyalah sang Khalifah kepadanya, Nak, tahukah kamu jumlah domba yang kamu gembalakan itu ?. “Tentu, tuan, karena saya hidup bersama domba-domba ini setiap harinya”, jawab sang penggembala. “Apakah majikanmu juga tahu persis jumlah domba-dombanya ini ?”, Tanya Umar lagi. “Saya kira majikanku tidak tahu jumlah domba-dombanya, karena dia jarang sekali kemari”, jawab penggembala lagi. “Wah, ini kesempatan bagimu untuk menjual barang seekor atau dua ekor saja, dan uang penjualannya kamu ambil, toch majikanmu tidak tahu ini”, Tanya Umar lagi sambil mengetes keimanan sang penggembala. “ Fa aynallah ?/Di mana Allah ?”, jawaban singkat dalam bentuk interrogative yang membuat khalifah Umar tercengang. Jawaban inilah yang menggambarkan betapa Allah Maha Tahu akan segala aktifitas hamba-Nya, meskipun orang lain tidak tahu. Secara demikin, dia akan selalu memilih yang baik dari pada yang jelek.
Kedua, takbir yang bergema di dada, akan menghindarkan orang yang berpuasa hakikat dari sifat angkuh, sombong, arogan; karena hanya Allah Yang Akbar. Apa arti dia di tengah keMahaBesaran Allah. Betapapun tinggi ilmu yang dia miliki, betapapun terhormat status social yang dia sandang, betapapun kayanya dibanding orang lain; namun dia mengimani dan menyadari firman Allah QS. Al-Isra’ : 37-38 :
ولا تمش في الأرض مرحا إنك لن تخرق الأرض و لن تبلغ الجبال طولا.
( Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi Ini dengan sombong, Karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu.).
Orang semacam itu akan menjadi “ Banter Ora Nglanchangi, Dhuwur Ora Ngungkuli, Pinter Ora Ngguroni, Landhep Ora Natoni ”.
Sebaliknya, orang yang hanya berpuasa asal-asalan lebih-lebih yang tidak berpuasa, akan gampang sekali terkena penyakit AIDS (Angkuh, Iri Hati, Dengki, dan Sentimen). Contoh personal untuk ini adalah sosok yang bernama Fir’aun, yang ucapan sombongnya diabadikan dalam QS. An-Nazi’at (79) : 24 :فقال أنا ربكم الأعلى (Seraya) berkata: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi”.)
Salah satu penyebab kesombongan adalah menonjolnya egoisme (الأنانية) yang selalu menonjolkan أنا /aku nya. Dari situ akan muncul pula sifat selfish, individalis sehingga melupakan kebersamaan. Inilah sifat Fir’aunis. Fir’aun membunuh semua bayi laki-laki yang dihawatirkan akan mendongkel kekuasaanya, dan dengan sombongnya membunuh keluarga Masithah yang meyakini tiada Tuhan selain Allah, karena dianggap mengusik kekuasaannya. Dalam puasa Ramadlan, perintah berlapar dan dahaga itu, hakikatnya kita sedang dididik untuk bertenggang rasa pada mereka yang bernasib malang yang barangkali selama hidupnya selalu berlpar dan berdahaga melulu. Dengan takbir yang bergema di dada kita, kita menyadari diajari berukhuwwah basyariyah (persaudaraan sesama manusia) yang tidak boleh terjadi eksploitasi sebagian manusia atas manusia lainnya; tidak boleh sebagian manusia merasa superior atas sebagai yang lain. Karena hal itu, bertentangan natur manusia sebagi makhluk social yang sama-sama diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Akbar. Tidak sepatutna terjadi brutalisme, transgresifitas sesama manusia. Adalah tidak mengherankan apabila dalam Islam kata أنا/aku dalam Quran termasuk bacaan gharib (asing/aneh) karena harakat fathah diinkuti alif tetapi harus dibaca pendek. Makna tersiratnya, adalah bahwa keakuan/egoisme dalam Islam harus dipangkas dan tidak boleh ditonjolkan. Bandingkan dengan I /aku dalam bahasa Inggris, kata I/aku, harus berhuruf besar dimanapun dia berada ; di awal, tengah, atau akhir kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa aku/egoisme padabangsa Barat sangat ditonjolkan dan dibesar-besarkan. Dalam ajaran shiyam Ramadlan, orang yang berpuasa ketika diajak konflik oleh pihak lain, dia disuruh menjawab إني صائم berkali-kali. Hal ini mengandung ajaran supaya orang Islam pada saat tertentu untuk mengalah secara proporsional, ngalah luhur wekasane. Kalau toh harus menang, maka Menang harus tanpa ngasorake, Nglurug tanpa bala, Digdaya tanpa aji-aji, dan sugih tanpa bandha, misah-misuh tanpa muna-muni.Atau menjadi manusia yang banter nanging ora nglancangi, dhuwur nanging ora ngunkuli, pinter nanging ora ngguroni, landhep nagging ora natoni. Manusia yang rauufur rahiem ala Rasulullah.
Ketiga, takbir yang bergema di dada akan menambah tebal rasa malu sesorang. Kalau seorang manusia masih punya rasa malu, hakikatnya dia punya harapan akan kebaikan dirinya. Sebaliknya, kalau rasa malu sudah tidak punya lagi, maka dia akan bertindak semau gue. Sabda Rasulullah, “الحياء لا يأتي إلا بخير “ (malu itu tidak membawa kecuali kebaikan), mengapa ?, karena, “ الدين هو الحياء كله “ (malu itu adalah total agama itu sendiri). Hilang malu, hilang pula agama. Dunia sudah terbolak balik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Ahmad hadis no 7571 :
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم:إنها ستأتيعلى الناس سنون خداعة يصدق فيها الكاذبو يكذب فيهاالصادق،ويؤتمنفيها الخائن و ويخون فيها الأمين و ينطق فيها الرويبضة قيل وماالرويبضة قال : السفيه يتكلم في أمر العامة. {رواه أحمد}
(dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya akan dating kepada manusia tahun-tahun penipuan, di dalamnya orang yang berdusta dipercaya sedangkan orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah sedangkan orang orang yang amanah dikhianati. Dan di dalamnya juga terdapat Ar-Ruwaibidlah”. “ Apa itu Ar-Ruwaibidlah wahai Rasul ?”. Beliau shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda : “ Yaitu orang bodoh yang berbicara (memberi fatwa) dalam urusan manusia”. (HR. Imam Ahmad).
Raden Ngabehi Rangga Warsito berkata bahwa zaman seperti itu disebut zaman edan (era gila). Seperti yang digambarkannya :
“ Manungsa padha seneng nyalah, ora ngindahake hukume Allah. Barang jahat diangkat-angkat, barang suci disengiti. Wong bener thenger-thenger, wong salah bungah-bungah. Wong apik ditampik-tampik, wong jahat munggah pangkat. Wong wadon ilang kawirangane, wong lanang ilang kaprawirane“.
Masihkah kita ingat ketika ada berita seorang cleaning service yang menemukan tas penuh dengan uang kemudian mengembalikannya kepada pemiliknya tanpa terkurangi satu sen pun, dan itu menjadi berita heboh dan viral ?. Prilaku tukang cleaning service itulah moral agama Islam, dan itulah yang benar menurut ajaran Islam. Tetapi, mengapa jadi berita aneh di negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia ini. Hal itu menggambarkan bahwa kejujuran sudah sangat langka. Mestinya, kita malu. Karena ternyata di luar sana kita juga dikenal tidak malu-malu lagi milik barang kang melok, mung kari muluk tanpa melek, akhirnya dadi wong sing malak.Pada hal, kalau malak tanpa melek akhire kena mala.
Ada cerita lain yang seharusnya membuat kita malu. Saat seorang dosen Indonesia sedang mengambil gelar doctor di Jepang, seorang temannya kehilangan dompet ketika berada di bandara. Sepertinya dompet itu terjatuh pada saat menunggu pesawat. Lalu dua orang dosen Indonesia itu melaporkan berita kehilangan itu ke Polisi Jepang. Anehnya polisi Jepang itu menanggapi dan berkata, “ Biasanya pak, kalau di sini ada barang jatuh atau hilang, asalkan tidak ditemukan oleh orang orang Indonesia atau orang Pilipina,pasti akan dikembalikan atau dilaporkan kepada polisi. Bapak berdo’a saja mudah-mudahan tidak ditemukan oleh orang Indonesia atau orang Pilipina”. Tentang orang Pilipina itu, terserahlah. Tetapi tentang orang Indonesia di Jepang yang kurang baik reputasinya itulah, yang kita harus malu.
Definisi malu adalah perasaan hina dan rendah dalam hati, karena melakukan sesuatu yang tidak baik dan aib(cela). Malu ini dalam agama ada tiga macam, yaitu : malu kepada Allah, malu kepada orang, dan malu pada diri sendiri. Malu pada Allah harus melandasi bentuk-bentuk malu yang lain. Selama Ramadlan kemarin, iman sudah dikokohkan, akal tidak dikalahkan hawa nafsu bahkan dapat mengendalikannya, sehingga timbul kesadaran untuk melakukan amal shaleh dan tidak mengamalkan amal yang salah. Iman harus dibentengi dengan taqwa, dan dihiasai oleh rasa malu. Kata seorang Hukama,” al-Imanu ‘uryaanun, libaasuhu at-taqwa wa zinatuhu al-haya’ (iman itu asalnya telanjang, yang jadi pakaiannya adalah taqwa, dan yang jadi hiasannya adalah rasa malu).
Rasulullah pernah meminta seorang sahabat untuk memiliki rasa malu dengan mengatakan, “ إذا لم تستح فاصنع ما شئت {رواه البخاري} (andaikan kau tidak malu, silahkan berbuat semaumu. HR. Muslim). Silahkan berbuat semaumu di sini, adalah tanda cemooh beliau kepada orang yang tidak punya malu.
Jamaah shalat Ied yang dirahmat Allah. Allahu Akbar Allahu Akbar walillahil hamd.
Begitulah implikasi ucapan takbir menyambut Hari Raya kita ini, yang sebelumnya sebulan lamanya kita telah digembleng di lembaga pendidikan Ramadlan dengan bekal rohani –daya imsak, sehingga kita diharapkan menjadi insan-insan taqwa. Insan yang selalu merasa dalam pengawasan Allah; insan yang sudah berhias dengan akhlaq-aklaq mulia dan terhindar dari akhlaq-akhlaq tercela seperti sombong, angkuh, arogan; insan yang sudah tebal rasa malunya pada Allah, diri sendiri, dan orang lain.
Manusia-manusia taqwa seperti itulah, yang akan membukakan berkah baik dari langit dan bumi bagi negaranya. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf (7) : 96 :
ولو أن القرى آمنوا واتقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء و الأرض ولكن كذبوا فأخذناهم بما كانوا يكسبون
( Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. ).
Dan negeri yang seperti itulah yang dinyatakan Allah sebagai بلدة طيبة و رب غفور (suatu negeri yang baik dan Allah mengampuni dan meridlainya). Tetapi orang-orang munafiqlah yang akan mempurukkan negeri, karena kekufuran mereka terhadap ajaran agama Allah yang diturunkan untuk manusia seluruhnya sampai akhir zaman. Keterpurukan negeri bisa berbentuk kelaparan, rasa tidak aman, sumber daya alamnya memang melimpah tetapi penduduknya tidak berdaulat atasnya. QS. An-Nahl (16) : 112
وضرب الله مثلا قرية كانت آمنة مطمئة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان فكفرت بأنعم الله فأذاقها الله لباس الجوع و الخوف بما كانوا يصنعون
(Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.)
Jamaah salat rahimakumullah.
Mari kita merenung, muhasabah diri di hari ‘Iedul Fitri ini dengan bertanya pada diri kita masing-masing. Apakah puasa kita kemarin sudah menghasilkan daya imsak dan takbir menyambut Iedul Fitri ini dan yang kita ucapakan dalam keseharian kita, akan terus bergema di dada kita ? Apakah kita sudah pantas ber’Iedul Fitri dalam arti kembali pada agama yang benar, sesuai dengan asal kejadian kita, atau kesucian kita. Atau baru ber’Iedul Fitri dalam arti hanya kembali makan lagi di siang hari ?. Mari kita menyadari bahwa kita kaum Muslimin adalah mayoritas di negeri tercinta ini. Merah-hijaunya, maju-mundurnya, baik buruknya, timbul-tenggelamnya negeri kita Indonesia ini, tergantung pada kita dan keadaan kita. Kalau kita berakhlaq mulia, berprilaku sesuai dengan desain dan system Allah, iman dan bertaqwa niscaya negeri kita akan maju, jaya dan punya reputasi baik di mata Dunia, dan kita akan berdaulat atasnya.
Ber’Iedul Fitri bukan hanya secara fisik serba baru, tetapi hakikat ber’Iedul Fitri adalah meningkatnya religiusitas kita dari yang simbolis menjadi yang fungsional, dari sekedar syari’at menjadi yang hakikat.
ليس العيد لمن لبس الجديد * ولكن العيد لمن طاعته تزيد
وليس العيد لمن تجمل اللباس والمركوب * إنما العيد لمن غفرت له الذنوب
(‘Iedul Fitri bukan milik mereka yang berpakaian baru dan mengkilap, tetapi ‘Iedul Fitri adalah milik mereka taatnya pada Allah meningkat; ‘Iedul Fitri bukanlah milik mereka yang pakaian dan kendaraannya baru dan indah, tetapi ‘Iedul Fitri milik mereka yang dosa-dosanya diampuni Allah).
Untuk itu marilah kita berdo’a pada Allah, semoga kita dimasukkan golongan alumni Ramadhan yang baik, yang benar-benar ber’Iedul Fitri dan menjadi manusia fitri sesuai dengan desain dan system Allah SWT.
بسم الله الرحمن الرحيم ، الحمد لله رب العالمين ، حمدا يوافي نعمه و يكافيء مزيده ، يا ربنا لك الحمد كما ينبغي لجلال وحهك و عظيم سلطانك . اللهم صل على سيدنا محمد و على آله و صحبه أجمعين ، اللهم اغفر للمؤمنين و المؤمنات و المسلمين و المسلمات الأحياء منهم و الأموات ، اللهم أعز الإسلام و المسلمين و اخذل من خذل المسلمين ، رب اجعل هذا بلدا آنما و ارزق أهله من الثمرات من آمن بالله و اليوم الآخر ، ربنا ظلمنا أنفسنا و إن لم تغفر لنا و ترحمنا لنكونن من الخاسرين ،اللهم تقبل منا إنك انت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم، تقبل الله منا و منكم و جعلنا من العائدين و الفائزين، ربنا آتنا في الدنيا حسنة و في الآخرة حسنة و قنا عذاب النار ، وصلى الله على محمد و على آله وصحبه و سلم. والحمد لله رب العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته