Kolom

SPIRIT 5K DALAM BERMUHAMMADIYAH (Refleksi Milad 106 Tahun)

Fathin Hammam Dhomiri*

18 November 2018 ini, Persyarikatan Muhammadiyah memasuki usia yang 106 dari sejak didirikan oleh KH.A Dahlan pada 18 November 1912, di Yogyakarta.
Tema milad kali ini adalah “Taawun Untuk Negeri” , tema ini diangkat karena belakangan ini, Indonesia tengah diuji oleh banyak musibah bencana alam, persoalan keumatan dan kebangsaan.
Melalui tema milad ini, Muhammadiyah ingin meneguhkan kembali sebagai gerakan pelayanan sosial yang kemudian membangun kebersamaan melalui ta’awun (saling tolong menolong).

Semangat Muhammadiyah ini tak bisa dilepaskan dari pemahaman KH.A. Dahlan, tokoh pendiri Muhammadiyah dalam memandang agama Islam sebagai “Dinnul Amal” (agama praktek), “DiinuTanwir” (agama yang mencerahkan) dan “Dinnul Hadharoh” (agama peradaban) sebagaimana di sampaikan oleh DR.Haedar Nasir M.Si, Ketua PP Muhammadiyah dalam pengajian Hari BerMuhammdiyah di Tegal pada ahad 11 November 2018.

Agama dalam pandangan pendiri Muhammadiyah adalah praktek dan perbuatan nyata untuk mencerahkan dan membangun peradaban. Hal ini dibuktikan dalam kisah KH.A.Dahlan yang mengajar surat Al ashr dan Almaun pada murid muridnya yang selalu di ulang ulang pada akhirnya berbuah praktek perbuatan yang sekarang berbentuk berbagai macam Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)di seluruh Tanah air bahkan sekarang merambah keluar negeri.
dari data laporan PP Muhammadiyah pada Muktamar tahun 2015 saja setidaknya tercatat sebagai berikut.

1. 13.000 Masjid dan Mushola
2. 19.951 Sekolah (TK sampai SMA/SMK/MA)
3. 457 Rumah Sakit (RS, RSIB, Klinik)
4. 176 Perguruan Tinggi
5. 635 Panti (Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Khusus)
6. 437 Baitul Mal
7. 764 BPR Syariah
8. 102 Pesantren

Jumlah AUM diatas, dipastikan sudah mengalami penambahan setelah tiga tahun terakhir ini.

Berkaitan dengan itu semua, Penulis sepakat dengan Pandangan Prof.DR.Kraemer yang termuat di Buku 3 Ensiklopedi Muhammadiyah , beliau mengatakan, ” Meskipun di antara umat Islam ada beberapa orang yang tidak setuju dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah, tapi hasilnya tidak bisa dipungkiri”

Kiprah Muhammadiyah bukan terbatas dalam bentuk AUM saja, tapi juga peran tokoh tokohnya yang ikut aktif berjuang di jaman kemerdekan dan mengisi pembangunan untuk tegaknya NKRI. Setidaknya sampai tahun ini sudah ada 11 nama tokoh Muhammadiyah yang sudah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah. Yaitu. KH.A.Dahlan (ditetapkan tahun 1961), Ir.Juanda (Bapak kemaritiman,ditetapkan 1963), KH.Fakhrudin (1964), Jenderal Sudirman (1964, Panglima TNI pertama), Siti Walidah (1971, pendiri Aisyiyah), Fatmawati Soekarno (2000, putri tokoh Muhmamadiyah Bengkulu), Hamka (2000), Gatot Mangkupraja (2004), Ir.Soekarno (2012), Kibagus Hadikusumo (2015, perumus Pancasila), Kasman Singodimejo (2018).

Alhamdulillah ala kuli haal… sampai memasuki usia 106 tahun ini, yang penulis rasakan, tidak ada tanda tanda Muhammadiyah terpecah atau bahkan bubar (naudzubillah), bahkan berita yang kita terima setiap hari, pekan atau bulan adalah amal usaha Muhammadiyah semakin maju, tumbuh dan berkembang.

Lalu apa rahasia dibalik semua ini? Faktor apa saja yang membuat Muhammadiyah bisa bertahan sampai melampaui satu abad lebih? dari pengamatan dan pengalaman penulis menjadi kader Muhammadiyah selama ini, setidaknya kunci sukses eksisnya Muhammadiyah adalah karena memiliki spirit 5 K yang selalu menjiwai segenap keluarga besar Muhammadiyah baik Pimpinan atau anggota Muhammadiyah. 5 K itu adalah Keikhlasan, Keteladanan, Kesungguhan, Kebersamaan, Kemandirian.

Pertama, Keikhlasan, kata Ikhlas diartikan secara umum, adalah beramal , bekerja, berjuang dan beribadah semata mata hanya mengharap ridha Allah SWT. Keikhlasan adalah roh perjuangan di Muhammadiyah, doktrin Ketauhidan sangat nampak terasa pada segenap keluarga besar Muhammadiyah dalam berdakwah. Tak salah jika Pak AR Fakhrudin (mantan ktua PP Muhammadiyah) pernah mengatakan, “Muhammadiyah adalah tempatnya orang ikhlas dan orang ikhlaslah yang menbutuhkan Muhammadiyah, orang yang tidak ikhlas bermuhammadiyah, cepat atau lambat pasti akan menyingkir”.
Pernyataan ini sungguh terbukti penulis rasakan dalam kehidupan nyata, semenjak aktif di ortom sampai sekarang, hampir mayoritas tokoh pejuang di Muhammadiyah adalah sosok figur yang menjaga keikhlasan dalam berdakwah.

Kedua, adalah Keteladanan. Dalam perjalananya , mayoritas Pimpinan Muhammadiyah selama ini telah terbukti dan teruji dalam menghadapi berbagai dinamika organisasi dan berbagai persoalan. Kejujuran dan keterbukaan adalah karakter yang patut diteladani, sehingga wajar jika Muhammadiyah disegani oleh eksternal dan kebijakan dipatuhi oleh internal.

Yang ketiga adalah Kesungguhan, salah satu motto perjuangan dalam bermuhammadiyah adalah semangat untuk selalu kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja berkualitas. Semangat “itqonul amal”, melakukan amal secara baik, dibuktikan dengan semakin bertambah dan berkualitasnya AUM di lingkungan Muhammadiyah, sekalipun dengan prinsip “pilplok” mipil nemplok..(bahasa tegal) ,,nempel sedikit demi sedikit, lama kelamaan semakin membesar.

Keempat, Kebersamaan. Dalam Muhammadiyah yang dibangun adalah kepemimpinan kolektif kolegial,sehingga yang diutamakan adalah super team. Bukan superman (figur sentris). Rata rata susunan Pimpinan di Muhammadiyah dalam semua level, di isi oleh perpaduan tua -muda, PNS -swasta, Baru-lama. Sesama pemimpin saling menguatkan mengisi kelebihan dan kekurangannya masing masing. Itulah indahnya kebersamaan di Muhammadiyah.

Yang kelima, Kemandirian, salah satu yang dibangun di Muhammadiyah adalah untuk bersikap “tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah”. semangat untuk “bertijarah dengan Allah” berdagang Dengan Allah, artinya, motivasi berzakat,infaq, shodaqoh selalu digelorakan. Tidak heran jika dalam sebuah pengajian pengajian Muhammadiyah seringkali di adakan lelang amal untuk pembangunan sebuah AUM. Contoh nyata, yang baru terjadi di Tegal pada 11 Nov 2018, di pengajian Milad Muhammadiyah 106 ini , yang dihadiri ketum PP Muhammadiyah, dalam hitungan beberapa menit, terkumpul dua ratus juta. Subhanallah. Semangat memberi dan mandiri ternyata menjadi karakter warga Muhammadiyah dimana mana.

Pada akhirnya,di momentum milad 106 ini, semua warga Muhammadiyah wajib memperbanyak syukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada para pendiri, pejuang dan semua pihak yang telah berjasa menjadikan Muhammadiyah sebagai pilihan untuk berperan membangun agama, bangsa dan negara ini.

Fastabiqul khoirot..

Tegal, 12 November 2018
__________
*Penulis adalah Bendahara PDM Kab Tegal & alumni Madrasah Muallimin Muhammadiyah tahun 1993

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE