Berita

Sekolah Ceria, Solusi Anak-anak dengan Gembira di Lokasi Pengungsian

PWMJATENG.COM, PALU – Muhammadiyah Disaster Manajemen Center ( MDMC) dirikan sekolah ceria disetiap pos pelayanan ( Posyan) yang ada di delapan titik wilayah terdampak bencana, Palu, Sigi dan Donggala. Sekolah ceria yang digarap cluster Psikososial berbasis alam karena bangunan sekolah utama hancur akibat gempa, Sabtu( 10/11).

Dan gempa dan  tsunami yang menimpa sebagian sekolah  mengakibatkan aktivitas sekolah terhenti.

Kehadiran Relawan MDMC selain mendirikan tenda-tenda darurat, supplai logistik  untuk korban tsunami juga mendirikan sekolah darurat yang dikemas dengan  ceria.

Sekolah  ceria dibuat dengan tujjuan sebagai wadah bimbingan anak-anak yang terkena dampak bencana  agar kebiasaan sekolah yang setiap hari dilakukan tidak terputus.

” Selain mengisi aktivitas formal,  kami sebagai relawan ingin membuat anak-anak tidak merasa terauma atas kejadian yang menimpanya dengan cara bermain sambil belajar.” Sari, Relawan MDMC menjelaskan.

Program sekolah ceria diisi dengan outdoor learning, bimbingan belajar mata pelajaran sekolah dan sebagai program inti adalah bimbingan ibadah untuk bisa belajar agama lebih dalam.

Awal kami membuat program bimbel ini karena melihat kenyataan bahwa anak-anak sering datang dan bermain di posko MDMC PANTOLOAN, sehingga kami berinisiatif untuk membuat program bimbel suapaya  belajar dan bermainnya bias seimbang.

Sistem bimbel ini kami buat dengan belajar mengajar yang santai dan tidak di wajibkan. Namun anak-anak sanggat antusias karna metode belajar mengajar kami buat dengan  santai sehingga membuat anak-anak tidak bosan dan cepat menangkap pelajaran.

Hal yang paling ditunggu anak-anak  adalah aktivitas sore yang kami buat untuk membuat para anak-anak lebih bisa bersoaialisasi dengan teman-temannya, agar hubungan mereka saling lebih akrab. Selain itu tujuan kami membuat program fun game adalah sebagai wadah untuk meningkatkan semanggat dan mengembalikan keceriannya dari trauma-trauma yang dia alami pasca tsunami.

 

Sebelum terjadinya bencana tsunami  anak-anak sebelumnya tidak memiliki aktivitas TPA/belajar Mengaji di tempatnya dan setelah pasca tsunami didirikanlah musollah darurat yang menjadi tempat ibadah juga kami gunakan sebagai tempat untuk belajar baca tulis Al-Qur’an (TPA) buat anak-anak, ramaja dan ibu-ibu.

Warga disekitar  posyan pantoloan sangat mengapresiasi adanya kegiatan TPA karena seblumnya anak-anak tidak mempunyai aktivitas seperti ini. ( Sari-mdmc)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE