Berita

Ibu-ibu Aisyiyah Karanganyar Ternyata Pandai Bikin Pupuk Organik

PWMJATENG.COM, KARANGANYAR – Sesuai dengan tema Tanwir Aisyiyah beberapa waktu lalu yaitu Penguatan Ekonomi Keluarga, ibu – ibu Aisyiyah diharapkan mampu membantu pengembangan ekonomi keluarga secara mandiri. Sebagai organisasi otonom khusus dari Muhammadiyah, Aisyiyah memiliki beberapa Majelis dan Lembaga yang bergerak bersinergi sesuai dengan tema Tanwir. Tidak hanya Majelis Ekonomi (ME) Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) yang berperan dalam masalah ekonomi, Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) pun bisa ikut andil dalam penguatan ekonomi keluarga.

Seperti yang terlihat di Panti Puteri Aisyiyah Karanganyar kemarin pagi (30/03). LLHPB PDA Karanganyar menyelenggarakan sebuah kegiatan latihan membuat pupuk yang bekerjasama dengan OISCA. Dengan keterampilan membuat pupuk ini, ibu – ibu Aisyiyah bisa mendayagunakan barang – barang disekitar untuk dijadikan pupuk yang bernilai ekonomi. Hal tersebut disampaikan Panitia penyelenggara sekaligus Ketua LLHPB PDA Karanganyar, Dra. Hj. Umi Rusdiyati, M.Pd ketika memberikan pelaporan di hadapan para peserta.

“Kegiatan ini bekerjasama dengan OISCA, sehingga ibu – ibu bisa membuat pupuk yang nanti bisa untuk dijual, kita akan berlatih membuat Efektivitas Mikroorganisme dari Daun Bambu (EMB)”, terangnya.

Sementara itu Ketua PDA Karanganyar, Dra. Hj. Kunthi Bastona menyampaikan kegiatan LLHPB yang diselenggarakan di halaman Panti Puteri Aisyiyah tersebut memang sengaja tidak diberi kajang dengan tujuan untuk mendekatkan peserta dengan alam. Berdasarkan pantauan, kegiatan tersebut memang tanpa kajang dan betul – betul alami kecuali hanya kursi dan meja sekedarnya. Ia pun menghimbau agar selain mampu menguatkan ekonomi rumah tangga, ibu – ibu Aisyiyah harus cerdas dan dekat dengan anak terlebih perkembangan teknologi sekarang ini.

“Ibu – ibu harus belajar cerdas, anak – anak harus didapingi, agama harus diajarkan kepada anak dalam kehidupan sehari – hari sehingga nilai – nilai kebenaran bisa ditanamkan sejak kecil“, tuturnya.

Ia berharap, dengan pelatihan ini ibu – ibu Asiyiyah mampu untuk meningkatkan ekonomi keluarga sedikit demi sedikit. Setelah pelatihan, para peserta bisa menularkan ilmu yang didapatnya kepada rekan – rekan yang lain. Ia mencontohkan, pengeluaran keluarga bisa dikurangi dengan penanaman cabai di rumah. Menanam cabai tidak membutuhkan lahan cukup pot seadanya.

“Bila setiap keluarga punya cabai 3 saja, insya Allah bisa mengurangi pengeluaran, sekarang menanam tidak harus punya lahan luas”, tambahnya.

Praktek membuat EMB ini terbilang mengasyikkan. Peserta hanya perlu menyediakan sebuah kardu, daun bambu kering, nasi dan gula tebu. Barang – barang ini bisa dengan mudah didapatkan. Perwakilan dari OISCA, Rifa’an, menjelaskan kepada peserta tentang praktek membuat EMB ini.

“Nasi dikepeli, kemudian masukkan kedalam kardus yang sudah ada daun bambu keringnya, diamkan selama 3 hingga 5 hari”, terangnya.

Untuk diketahui bahwa Mikroorganisme pada daun bambu dapat dikembangkan sebagai biodekomposer dari sampah organik. Mikroorganisme tersebut adalah Saccharomyces cerrevisiae, Lactobacillus sp dan Aspergillus sp. Mikroorganisme tersebut mempunyai keunggulan masing-masing dalam mengurai sampah organik maupun perannya untuk menyuburkan tanah.

Setelah didiamkan selam 3 hingga 5 hari, maka nasi yang sudah berjamur tadi (biang) akan berbau seperti alkohol kemudian disiram dengan tetes tebu (molase) untuk mendorong pertumbuhan dan kerja bakteri. Bila sudah jadi, EMB ini bisa digunakan sebagai pupuk untuk menyuburkan tanah sekaligus bisa disiramkan ke tanaman. (MPI PDM Kra – Oew)

Aji Rustam

Jurnalis MPI PWM Jateng, Wartawan Seniour TribunJateng

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE