Berita

UMS Luluskan Dua Doktor PAI, Angkat Isu Toleransi dan Demokrasi

PWMJATENG.COM, Surakarta – Program Studi Doktor Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali meluluskan dua doktor melalui sidang terbuka promosi doktor. Dengan pengukuhan ini, UMS resmi melahirkan doktor PAI ke-60 dan ke-61, Selasa (30/12), di Ruang Amphiteater FAI UMS.

Doktor PAI UMS ke-60, Heru Wibowo, mengangkat disertasi berjudul Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural dalam Membangun Sikap Toleransi Siswa di SMA Bina Dharma Jakarta. Ia menyoroti masih dominannya pembelajaran PAI yang berorientasi pada aspek dogmatis dan tekstual, sehingga kurang memberi ruang pada penguatan nilai toleransi dan kesadaran sosial.

Heru menemukan bahwa pembelajaran PAI di SMA Bina Dharma Jakarta telah mengintegrasikan teori social learning Bandura dan pendidikan multikultural Banks dalam kurikulum nasional.

“Model ini menekankan penguatan nilai toleransi melalui keteladanan guru dan diskusi lintas agama. Pembelajaran tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tetapi juga afektif dan perilaku siswa dalam menghadapi keberagaman,” jelasnya.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan sikap toleransi siswa secara signifikan setelah mengikuti pembelajaran PAI berbasis multikultural.

Promotor Heru, Prof. Dr. Bunyamin, M.Pd.I., menyampaikan bahwa gelar doktor merupakan awal dari tanggung jawab akademik yang lebih besar.

“Ujian terbuka ini bukan akhir, tetapi awal untuk terus mengembangkan keilmuan secara lebih mendalam dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Doktor PAI UMS ke-61, Ristianti Azharita, memaparkan disertasi berjudul Persepsi Guru PAI dan Budi Pekerti tentang Nilai-Nilai Demokrasi dan Implementasinya dalam Pembelajaran di MTs Fisabilillah Kota Bekasi.

Ia menjelaskan bahwa dalam beberapa penelitian, demokrasi masih dipandang sebagai konsep sekuler yang tidak sejalan dengan Islam. Pandangan ini kerap membatasi ruang dialog, partisipasi siswa, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Namun, penelitiannya menunjukkan bahwa guru PAI dan Budi Pekerti di MTs Fisabilillah memiliki persepsi positif terhadap demokrasi. Nilai demokrasi dinilai sejalan dengan ajaran Islam, terutama prinsip musyawarah, keadilan, dan tasamuh.

“Nilai-nilai demokrasi diimplementasikan melalui musyawarah kelas, diskusi terbuka, penghargaan terhadap perbedaan pendapat, serta keadilan dalam penilaian,” ungkap Ristianti.

Promotor Prof. Dr. Waston, M.Hum., menegaskan bahwa gelar doktor bukan sekadar tambahan titel, melainkan pengakuan atas kematangan intelektual dan tanggung jawab moral seorang akademisi.

“Diskusi dan perdebatan akademik justru menjadi proses pendewasaan cara berpikir seorang ilmuwan,” katanya.

Dekan FAI UHAMKA, Dr. Ai Fatimah Nur Fuad, M.A., Ph.D., yang hadir dalam sidang terbuka tersebut, menyampaikan apresiasi atas kolaborasi akademik antara UHAMKA dan UMS.

“Kami bersyukur dosen yang dikirimkan ke UMS berhasil meraih gelar doktor. Kolaborasi akademik ini sangat berarti bagi penguatan kualitas sumber daya dosen,” ujarnya.

Dengan capaian ini, UMS menegaskan komitmennya dalam pengembangan kajian Pendidikan Agama Islam yang moderat, inklusif, serta relevan dengan tantangan toleransi dan demokrasi di masyarakat.

Kontributor: Maysali/Humas
Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE