Gelar Literary Celebration 2.0, FKIP UMS Teguhkan Eco-Theology Melalui Sastra

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar Literary Celebration 2.0 sebagai ruang ekspresi sastra yang mengusung konsep eco-theology. Kegiatan ini menegaskan keterkaitan antara manusia, alam, dan Tuhan melalui karya sastra dan film mahasiswa.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMS menjadikan eco-theology sebagai benang merah dalam pementasan puisi, cerita fiksi, dan film pendek. Konsep ini menekankan relasi spiritual dan etis manusia dengan alam sebagai bagian dari tanggung jawab keimanan.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UMS, Dr. Titis Setyabudi, S.S., M.A., menjelaskan bahwa Literary Celebration 2.0 menjadi titik temu antara sastra, spiritualitas Islam, dan kesadaran ekologis. Ketiganya terangkum dalam tema “Rakai Lumia: Islamic Planetary.”
“Ini menjadi momentum penting untuk menghadirkan perspektif eco-theology dalam pembelajaran dan apresiasi sastra,” ujar Titis, Kamis (25/12).
Ia menjelaskan, “Rakai Lumia” bermakna penjaga cahaya yang melambangkan pencerahan, tanggung jawab etis, dan kesadaran moral manusia. Adapun “Islamic Planetary” merepresentasikan pandangan kosmik Islam yang menempatkan manusia sebagai khalifah di bumi, bukan sebagai penguasa yang eksploitatif.
Dengan pendekatan tersebut, kerusakan lingkungan dipahami tidak hanya sebagai persoalan ekologis, tetapi juga sebagai kegagalan spiritual dalam menjalankan amanah ilahiah. Mahasiswa diajak membaca ulang karya sastra dan realitas lingkungan melalui nilai etika Islam dan keberlanjutan.

Pementasan pembacaan puisi dan cerita fiksi menjadi ajang artistik sekaligus refleksi ekologis. Karya-karya tersebut mengangkat tema relasi manusia dan alam, kerusakan lingkungan, serta pencarian harmoni spiritual melalui bahasa simbolik dan metaforis.
Selain itu, Literary Celebration 2.0 juga menayangkan 10 film pendek karya mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris UMS. Menurut Titis, medium audiovisual tersebut memperkuat pesan eco-theology dengan menampilkan alam sebagai subjek yang memiliki nilai intrinsik.
“Melalui film, mahasiswa menegaskan bahwa krisis lingkungan menuntut perubahan cara pandang manusia terhadap alam dan Tuhan,” ungkapnya.
Pengampu mata kuliah Poetry and Fiction, Dr. Phil. Dewi Candraningrum, menyatakan bahwa sastra menjadi medium mahasiswa untuk menyuarakan kegelisahan atas krisis ekologis.
“Sastra berkelindan dengan iman, ekologi, dan kemanusiaan. Melalui karya, mahasiswa belajar menyuarakan kegelisahan sekaligus harapan,” jelasnya.

Sastrawan asal Pakistan, Rehan Zayer Sabir, yang menjadi juri utama, menilai integrasi nilai keislaman dan kepedulian lingkungan melalui sastra sangat relevan dengan tantangan global saat ini.
“Krisis lingkungan sejatinya juga krisis moral dan spiritual. Sastra mampu membangun kesadaran reflektif atas hal tersebut,” tegasnya.
Kegiatan yang digelar di Auditorium Mohammad Djazman pada 15–16 Desember 2025 itu turut dihadiri pelajar serta perwakilan guru SMA, SMK, dan MA se-Solo Raya. Pengampu mata kuliah Literary Appreciation, Dr. M. Thoyibi, menilai kehadiran mereka membuka dialog pembelajaran sastra yang berorientasi nilai dan keberlanjutan.
“Perspektif eco-theology penting untuk membentuk kepekaan sosial dan spiritual generasi muda,” ujarnya.
Melalui Literary Celebration 2.0, FKIP UMS menegaskan peran sastra sebagai media dakwah kultural yang lembut, reflektif, dan relevan dalam merespons krisis lingkungan serta spiritualitas manusia.
Kontributor: Gede/Humas
Editor: Al-Afasy



