Busyro Muqoddas dan Budi Setiawan Soroti Isu Geotermal Jenawi pada Pembukaan Diklat SAR MDMC Karanganyar

Karanganyar (13/12/2025) — Dua Tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr. H. M. Busyro Muqoddas, S.H., M.Hum. dan H. Budi Setiawan, S.T., menyoroti isu geotermal Jenawi Karanganyar saat membuka Diklat SAR Dasar Lembaga Resiliensi Bencana–Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB–MDMC) PDM Karanganyar Tahun 2025.
Kegiatan penguatan kapasitas relawan SAR Muhammadiyah ini tidak hanya menekankan teknis kebencanaan, tetapi juga membangun kesadaran terhadap ancaman ekologis serta risiko kemanusiaan akibat eksploitasi sumber daya alam yang tidak berkeadilan.
Ketua PP Muhammadiyah, Busyro Muqoddas, mengingatkan bencana berkaitan erat dengan relasi manusia dan alam.
“Banyak bencana hari ini bukan azab, melainkan akibat perbuatan manusia yang zalim terhadap alam. Tugas relawan bukan hanya menyelamatkan korban, tetapi juga menjaga lingkungan agar bencana tidak berulang,” tegasnya.
Busyro menilai diklat ini sebagai ikhtiar kolektif untuk menyiapkan kader SAR berintegritas, berilmu, dan berpihak pada keselamatan manusia serta kelestarian lingkungan.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah, H. Budi Setiawan, S.T., menekankan relawan Muhammadiyah harus unggul secara moral dan spiritual selain kompeten secara teknis.
“MDMC dibangun di atas nilai Al-Qur’an dan etika kemanusiaan. Relawan SAR Muhammadiyah harus bekerja dengan standar kompetensi yang jelas, komunikasi baik, dan tanggung jawab moral tinggi,” ujarnya.
Ia mengingatkan, ketidaksiapan relawan berdampak serius bagi korban, keluarga, dan kepercayaan publik. Penyelamatan nyawa dan perlindungan lingkungan adalah prinsip fundamental SAR Muhammadiyah.
Pelaksanaan Diklat SAR Dasar diawali Diklat Ruang di wilayah Jenawi, kawasan yang disorot publik terkait rencana proyek geotermal. Pemilihan lokasi dimaksudkan memperkuat wawasan kebencanaan berbasis konteks lokal, sekaligus melatih kepekaan relawan terhadap potensi risiko lingkungan di sekitar mereka.
Ketua PDM Karanganyar, Arif Babher, S.Ag., M.Pd.I., menegaskan diklat bukan hanya latihan keterampilan, tetapi juga pengingat pentingnya menjaga keseimbangan alam. Ia mengajak peserta dan warga persyarikatan bersikap kritis terhadap proyek yang berpotensi memicu bencana ekologis.
Ketua MDMC Karanganyar, Naziat Fatchur Rohman, menyebut Karanganyar memiliki karakter geografis yang kompleks sehingga penguatan kapasitas relawan merupakan kebutuhan mendesak.
“Karanganyar memiliki karakter geografis yang kompleks. Karena itu, penguatan kapasitas relawan SAR menjadi kebutuhan mendesak,” ujarnya.
Diklat 2025 dirancang dengan dua medan utama: jungle rescue dan water rescue, menyesuaikan potensi bencana dominan di Kabupaten Karanganyar.
MDMC Karanganyar berharap diklat ini melahirkan relawan Muhammadiyah yang profesional, berwawasan lingkungan, dan berjiwa kemanusiaan kuat dalam bingkai dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
Editor: Al-Afasy
Kontributor: Wahid Ilham Isnanto



