Menguatkan Solidaritas Kemanusiaan di Hari Imigran Internasional

Oleh : Hadwitya Handayani Kusumawardhani, S.Kom, M.Kom
PWMJATENG.COM, Setiap tanggal 18 Desember, dunia memperingati Hari Imigran Internasional, sebuah momentum penting untuk merefleksikan perjalanan jutaan manusia yang berpindah lintas negara demi keamanan, pekerjaan, atau kehidupan yang lebih layak. Peringatan ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2000 sebagai pengakuan atas kontribusi besar para imigran, sekaligus sebagai seruan untuk melindungi hak-hak dasar mereka.
Dalam dua dekade terakhir, mobilitas manusia meningkat pesat. Perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, konflik bersenjata, dan dinamika sosial-politik menjadi faktor pendorong perpindahan populasi antarnegara. Migrasi bukan hanya urusan negara yang dituju, namun fenomena global yang saling terhubung layaknya arus ekonomi, teknologi, dan budaya.
Selain dikenal sebagai negara pengirim pekerja migran, Indonesia juga menjadi salah satu tujuan bagi imigran dan pengungsi dari berbagai negara. Kehadiran mereka membawa dinamika sosial, tantangan kebijakan, namun juga peluang kolaborasi antarbangsa.
Tidak dapat dipungkiri, imigran berperan besar dalam berbagai sektor. Mereka mengisi kekurangan tenaga kerja, memperkaya keragaman budaya, serta berkontribusi pada perekonomian negara tempat mereka bermukim. Di banyak negara maju, sektor pertanian, kesehatan, dan logistik bahkan bergantung pada tenaga migran.
Pada bidang budaya, imigran membawa pengetahuan, seni, kuliner, dan cara pandang baru yang ikut membentuk masyarakat yang lebih inklusif dan dinamis. Keanekaragaman ini adalah modal sosial yang tak ternilai dalam dunia global saat ini.
Meski kontribusinya besar, jutaan imigran masih menghadapi diskriminasi, eksploitasi, serta risiko kekerasan—khususnya mereka yang berpindah secara terpaksa, seperti pengungsi dan pencari suaka. Banyak yang harus menempuh perjalanan penuh bahaya, hidup tanpa jaminan kesehatan, pendidikan, ataupun status hukum yang jelas.
Hari Imigran Internasional mengingatkan kita bahwa imigran bukan statistik, melainkan manusia yang memiliki mimpi, keluarga, dan hak yang sama seperti warga negara lainnya.
Sebagai bangsa yang menjunjung nilai kemanusiaan, Indonesia memiliki peran penting dalam memastikan perlindungan hak-hak dasar para imigran. Pendekatan humanis yang ditunjukkan oleh banyak komunitas lokal dan lembaga sosial menjadi bukti bahwa solidaritas dapat tumbuh di tengah keterbatasan.
Momentum ini menjadi ajakan bagi pemerintah, masyarakat sipil, media, dan dunia pendidikan untuk:
- Meningkatkan pemahaman publik mengenai isu migrasi.
- Menolak segala bentuk diskriminasi terhadap imigran.
- Memperkuat kebijakan perlindungan dan integrasi sosial.
- Mengapresiasi kontribusi para imigran dalam kehidupan berbangsa.
Hari Imigran Internasional bukan sekadar peringatan simbolik. Ini adalah pengingat bahwa dunia terdiri atas jutaan perjalanan manusia yang saling terhubung. Dengan memperkuat semangat solidaritas dan kemanusiaan, kita membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan bermartabat bagi semua, tanpa memandang dari mana seseorang berasal.
Editor: Al-Afasy



