Syiar Digital Muhammadiyah: UMS Dorong Penyampaian Dakwah Kreatif dan Ramah

PWMJATENG.COM, SURAKARTA — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terus memperkuat perannya dalam syiar digital dan pengelolaan media sosial berbasis nilai Islam Berkemajuan. Komitmen tersebut tampak melalui keterlibatan UMS sebagai narasumber pada Ngaji Syiar Digital Berkemajuan #3, sebuah webinar nasional yang digelar oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Webinar bertema “Merancang dan Mengevaluasi Konten Media Sosial untuk Meroketkan Engagement” ini dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting dan diikuti ratusan peserta dari berbagai wilayah Indonesia, termasuk Papua. Pendaftaran dilakukan melalui laman resmi penyelenggara.
Kegiatan menghadirkan dua narasumber utama:
- Razuli, S.Sos., Pengelola Media Sosial UMS,
- Dr. Fajar Junaedi, S.Sos., M.Si., Pimpinan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah.
Dalam pemaparannya, Razuli menekankan bahwa strategi komunikasi digital harus berakar pada tiga elemen: identitas organisasi, nilai yang diusung, dan audiens target.
“Media sosial bukan sekadar visual menarik dan konten viral. Kita membawa nilai dakwah, kemaslahatan, serta karakter keilmuan. Itu yang membedakan kita,” jelas Razuli.
Ia menegaskan bahwa lembaga berbasis nilai seperti Muhammadiyah memiliki pendekatan berbeda dibanding institusi umum, terutama dalam menjaga roh dakwah dan etika komunikasi.
Razuli juga memaparkan pentingnya segmentasi, mengingat tidak semua pengguna media sosial otomatis menjadi audiens lembaga. Data internal UMS menunjukkan mayoritas audiens mereka berasal dari kelompok Gen Z, sehingga pendekatan konten harus lebih interaktif dan menghibur.
Ia merinci preferensi tiap generasi:
- Gen Z → konten interaktif, cepat, menghibur (meme, TikTok, hook kuat).
- Millennial → konten inspiratif-informatif yang rapi dan estetik.
- Gen X → konten autentik dan praktis seperti testimoni manfaat.
- Boomer → konten ringkas, langsung pada inti informasi.
Contoh yang berhasil adalah konten komedi dakwah, meme ucapan, dan moment marketing yang terbukti menghasilkan engagement lebih tinggi dibanding konten formal.
“Mahasiswa sering menganggap akun resmi seperti teman. Banyak yang DM untuk curhat. Saat kita membalas, kedekatan itu terbentuk,” ujar Razuli menggambarkan pendekatan humanis yang diterapkan UMS.
Beberapa statistik yang ia paparkan:
- 50,2% penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial.
- 73% Gen Z mengikuti brand dengan konten yang tak terduga dan menghibur.
- Konten hiburan dapat meningkatkan engagement hingga 2–2,3 kali dibanding konten promosi.
Karena itu, ia menekankan pentingnya menyeimbangkan konten: menghibur, informatif, edukatif, dan dakwah, sesuai tujuan serta karakter audiens.
Dalam sesi demonstrasi, Razuli menampilkan contoh konten UMS yang efektif, seperti carousel dengan meme ucapan, video pendek edukatif, hingga konten yang memanfaatkan momentum hari besar dan agenda kampus. Ia juga menekankan pentingnya evaluasi pascapublikasi melalui metrik reach, share, komentar, dan sentimen.

Sementara itu, Dr. Fajar Junaedi menegaskan bahwa syiar digital harus responsif terhadap perubahan perilaku warganet agar pesan dakwah dapat diterima secara efektif.
Webinar semakin interaktif melalui sesi tanya jawab dan studi kasus pengelolaan media sosial amal usaha Muhammadiyah dari berbagai daerah. Peserta juga memperoleh panduan mengenai evaluasi engagement, strategi storytelling, hingga pemilihan format konten yang selaras dengan misi dakwah Persyarikatan.
Kontributor: Fika/Humas
Editor: Al-Afasy



