Berita

Cahaya Tanpa Pamrih: Refleksi Hari Guru Nasional

Umi Kulsum, M.Pd. – Ketua Umum PDA Jepara

PWMJATENG.COM, Hari Guru Nasional bukan sekadar penanda dalam kalender. Ia adalah jeda yang mengajak kita merenung: sejauh apa perjalanan hidup kita dibentuk oleh cahaya para guru? Di balik setiap pencapaian, ada sosok yang menyalakan lentera ilmu dan karakter—melalui teguran yang membangun, nasihat yang melekat dalam ingatan, atau senyum tulus yang tak pernah menuntut balasan. Di tengah keterbatasan fasilitas dan tantangan masa lalu, mereka hadir sebagai pembawa obor kecil yang menerangi langkah kita menuju masa depan.

Guru adalah fondasi yang membentuk wajah sebuah bangsa. Dari tangan merekalah lahir generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia, mandiri, dan bertanggung jawab. Mereka menyiapkan kita menghadapi dunia yang terus berubah, menanamkan ilmu sekaligus budi pekerti untuk menghadapi realitas hidup yang tidak selalu mudah.

Pada era digital yang penuh percepatan dan perubahan budaya, tantangan guru semakin kompleks. Mereka dituntut terus belajar, berinovasi, serta berkreasi agar tetap relevan bagi generasi yang pola pikir dan ritme hidupnya berbeda dari kita. Guru bukan hanya pengajar, tetapi pembelajar sepanjang hayat—yang setia beradaptasi demi mencetak generasi masa depan yang kuat, kritis, dan berdaya saing.

Namun, di balik pengabdian yang besar itu, tidak sedikit guru menghadapi tekanan berat. Ada yang berjuang tanpa dukungan memadai, baik dari masyarakat yang belum memahami dinamika sekolah maupun dari kebijakan yang membatasi kreativitas mereka. Guru diharapkan menjadi teladan, tetapi tidak selalu mendapat perlindungan atau perhatian yang selayaknya. Meski demikian, dalam banyak situasi mereka tetap berdiri teguh menghadapi kritik, tuntutan, dan ketidakpahaman, sambil menjalankan tugas mulia dengan sepenuh hati.

Pendidikan sejati tidak hanya tumbuh di sekolah, tetapi juga berakar dari rumah, lingkungan, dan pengalaman hidup sehari-hari. Karena itu, sinergi antara guru, orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah kunci. Bila salah satu pilar melemah, pendidikan berjalan timpang dan karakter anak menjadi rapuh.

Hari Guru Nasional adalah momen untuk berhenti sejenak, mengingat jasa para pendidik, dan memberikan penghargaan setulus hati. Terima kasih kami sampaikan kepada para guru yang mencurahkan waktu, tenaga, dan hati untuk mencerdaskan bangsa. Dukungan dan apresiasi kita adalah wujud penghormatan atas pengabdian panjang mereka.

Selamat Hari Guru Nasional untuk seluruh guru di Indonesia.
Semoga kita mampu meneladani ketulusan mereka, sekaligus menjadi guru bagi diri sendiri maupun orang lain. Seperti pesan Ki Hajar Dewantara:

“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”

Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE