Berita

Refleksi 113 Tahun Muhammadiyah: Antara Nilai dan Fakta, Historitas dan Realitas

rudyspramz, MPI

PWMJATENG.COM, Setelah 113 tahun perjalanan panjang Muhammadiyah, kita menyaksikan perkembangan yang luar biasa. Dunia internasional bahkan menempatkan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi keagamaan terkaya di dunia dari sisi aset. Capaian besar ini patut disyukuri—buah dari kerja keras, dedikasi, dan pengelolaan amal usaha yang istikamah dari generasi ke generasi.

Namun, di tengah rasa syukur itu, terdapat pula keprihatinan yang tidak boleh diabaikan. Kekayaan dan kemajuan institusional tersebut ternyata belum sepenuhnya menetes ke bawah. Masih banyak guru di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang menerima gaji rendah. Biaya pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi Muhammadiyah pun masih dirasakan berat oleh sebagian masyarakat. Argumentasi selalu tersedia, tetapi solusi nyata sering kali tak kunjung hadir.

Kita tentu tidak menuntut kesempurnaan ideal. Tetapi setidaknya harus ada semangat wasathiyah—keseimbangan antara kemajuan dan keberpihakan, antara profesionalitas dan nilai keadilan sosial.

Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) telah bergerak maju dengan pesat. Banyak amal usaha yang kuat mampu menopang keberlangsungan persyarikatan, bahkan membantu AUM lain yang masih lemah. Di sisi lain, muncul pula fenomena baru yang perlu dicermati: adanya bantuan dari pihak-pihak luar Muhammadiyah yang secara ideologis dapat mengaburkan batas kepemilikan, arah gerakan, dan nilai dasar yang menjadi fondasi kita.

Pertanyaan penting pun mengemuka:
Apakah pesatnya gerak amal usaha kita masih digerakkan oleh paham keagamaan Muhammadiyah—oleh napas teologi amal shalih, fiqih kontemporer, tasawuf akhlaqi, serta manhaj tarjih yang berkemajuan? Ataukah ia sekadar terdorong oleh logika alamiah dunia usaha: kompetisi, laba, perluasan aset, dan akumulasi modal?

Refleksi 113 tahun ini sepatutnya menjadi momentum untuk meninjau kembali teologi al-Ma’un dan al-Isra’ yang dahulu menjadi roh perjuangan Muhammadiyah. Demikian pula Risalah Islam Berkemajuan dan Manhaj Tarjih perlu terus dihidupkan sebagai pedoman ideologis dan praksis dalam mengelola amal usaha.

Jangan sampai amal usaha kita hanya megah secara fisik, tetapi kehilangan ruh perjuangan; kehilangan denyut dakwah, pendidikan yang membebaskan, dan kian tercerabut dari akar teologisnya sendiri.

Seratus tiga belas tahun Muhammadiyah bukan hanya penanda usia, tetapi panggilan untuk kembali meneguhkan dasar gerakan dan arah pembaruan. Bahwa kemajuan sejati tidak hanya berwujud aset, gedung, atau peringkat, melainkan tegaknya nilai-nilai historis: Kemuhammadiyahan, Keislaman, kemanusiaan, keadilan sosial, dan kemajuan.

Wallāhu a‘lam.

Editor: Al-Afasy

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE