Frugal Innovation dari UMS Tembus Forum Global QS Higher Education Summit 2025 di Korea Selatan

PWMJATENG.COM, SURAKARTA – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi di kancah internasional. Dwi Linna Suswardany, S.K.M., M.P.H., dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan sekaligus Ketua Pusat Studi Penyakit Kronis UMS, menjadi salah satu pembicara dalam QS Higher Education Summit: Asia Pacific 2025 yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, pada 4–6 November 2025.
Dalam sesi Spotlight Sessions: Innovation, Linna berbagi panggung dengan akademisi dari Amerika Serikat, Vietnam, dan Hong Kong, seperti Wendy Lin-Cook (Rensselaer Polytechnic Institute), David Chun (Montclair State University), Prof. Sunmee Choi (VinUniversity), dan Prof. Cher Ping Lim (The Education University of Hong Kong).
Linna menyampaikan gagasannya bertajuk “Frugal Innovation: From Financial Constraints to Universities with Impact (UMS)”, yang terinspirasi dari pesan almarhumah ibunya:
“Jika kamu hanya punya satu benih, tanamlah dengan bijak, karena satu benih itu bisa bermanfaat untuk satu kampung,” kenang Linna, Selasa (11/11).
Pesan tersebut memotivasinya ketika menjalankan program Kelurahan Peduli Tuberkulosis (TBC) di Panularan, Surakarta, tanpa alokasi pendanaan khusus.
Materi yang dibawakan Linna bukan hasil riset laboratorium, melainkan pengembangan inovasi sistemik berbasis design thinking dan system thinking. Ia dan timnya memanfaatkan anggaran praktik mahasiswa untuk menciptakan model pembelajaran berbasis masyarakat yang berdaya guna.
“Kami tidak menambah anggaran baru, tetapi menata ulang anggaran praktik agar setiap rupiah dan jam belajar menghasilkan manfaat berlapis—bagi mahasiswa, masyarakat, dan institusi,” tuturnya.
Inovasi ini juga mengubah perilaku kader TBC melalui pendekatan komunikasi persuasif yang terbukti efektif dalam mendorong perubahan perilaku kesehatan.
Langkah sederhana tersebut menghasilkan capaian konkret yang sesuai dengan mandat Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Selama Juni–Juli 2025, UMS berhasil memenuhi empat indikator utama Kelurahan Peduli TBC, termasuk pelatihan kader, produksi media komunikasi persuasif, serta penguatan kolaborasi antara universitas, puskesmas, dan masyarakat.
Dari 26 universitas yang diberi mandat oleh Dinkes Surakarta, hanya 25 persen yang berhasil melaksanakan pelatihan kader, dan UMS menjadi satu-satunya kampus yang mengintegrasikan kegiatan ini dalam mata kuliah praktik Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan.
Inovasi yang berawal di Kelurahan Panularan ini memberi kontribusi nyata terhadap enam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu SDG 3 (Kesehatan), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 9 (Inovasi), SDG 10 (Pengurangan Kesenjangan), SDG 1 (Tanpa Kemiskinan), dan SDG 17 (Kemitraan).
“Model ini mengajarkan bahwa inovasi tidak lahir dari kelimpahan, tetapi dari keterbatasan yang diolah dengan kolaborasi dan empati,” jelas Linna.
Keikutsertaan Dwi Linna Suswardany di QS HES 2025 didukung oleh Quacquarelli Symonds (QS) dan International Office UMS, sebagai bagian dari strategi internasionalisasi kampus dalam memperkuat reputasi akademik dan kontribusi global.
Wakil Rektor I UMS, Prof. Ihwan Susila, Ph.D., yang turut hadir dalam forum tersebut, menegaskan bahwa inisiatif seperti yang dilakukan Linna mencerminkan arah baru UMS.
“Frugal Innovation bukan sekadar strategi bertahan di tengah keterbatasan, tetapi wujud keberanian universitas dalam mendesain sistem pembelajaran yang relevan, kolaboratif, dan berdampak,” ujarnya.
Capaian ini sejalan dengan visi Rektor UMS, Prof. Harun Joko Prayitno, yang menegaskan transformasi UMS sebagai Kampus Berdampak, yaitu perguruan tinggi yang unggul secara akademik sekaligus memberi solusi nyata bagi masyarakat.
Kontributor: Maysali (Humas)
Editor: Al-Afasy



