Sabar Apakah Pasrah?

PWMJATENG.COM – Dalam kehidupan manusia yang penuh dengan ujian dan perubahan, sabar sering kali menjadi kata yang mudah diucapkan tetapi sulit dipraktikkan. Banyak orang yang memahami sabar sebagai sikap pasif, menyerah pada keadaan tanpa upaya untuk memperbaiki diri. Namun, benarkah sabar itu sama dengan pasrah? Dalam pandangan Islam, sabar bukanlah kepasrahan tanpa usaha, melainkan bentuk keteguhan hati dan keimanan yang kokoh di hadapan takdir Allah.
Makna Sabar dalam Islam
Secara bahasa, sabar berarti menahan diri atau mengendalikan emosi. Dalam konteks keislaman, sabar mencakup kemampuan menahan diri dari keluh kesah, menjaga hati dari keputusasaan, dan tetap teguh menjalankan ketaatan kepada Allah meskipun di tengah kesulitan. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)
Ayat ini menunjukkan bahwa sabar bukanlah tindakan pasif, tetapi bentuk kesungguhan dalam menghadapi ujian dengan tetap berpegang pada ketaatan dan doa. Orang yang sabar bukan berarti berhenti berusaha, melainkan terus berjuang dengan keyakinan bahwa setiap usaha berada dalam pengawasan Allah.
Perbedaan antara Sabar dan Pasrah
Sabar berarti bertahan dan berusaha dengan penuh keyakinan kepada ketentuan Allah. Sementara pasrah yang keliru sering dipahami sebagai menyerah tanpa usaha. Dalam Islam, sikap yang benar adalah tawakal—berserah diri kepada Allah setelah melakukan ikhtiar terbaik. Rasulullah saw. bersabda:
اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
“Ikatlah (untamu) dan bertawakallah (kepada Allah).” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa pasrah bukan berarti meninggalkan usaha. Seorang muslim dituntut untuk berikhtiar dengan sungguh-sungguh, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Sabar dan tawakal berjalan beriringan; sabar menjaga hati dalam proses, sementara tawakal menenangkan jiwa setelah berusaha.
Sabar: Kekuatan Spiritual dan Moral
Sabar bukan hanya soal menahan diri dari amarah atau kesedihan. Ia merupakan kekuatan spiritual yang memampukan seseorang menghadapi penderitaan tanpa kehilangan arah. Dalam konteks sosial, sabar juga berarti menjaga sikap positif di tengah cobaan, tidak mudah menyalahkan orang lain, serta tetap berbuat baik meski keadaan tidak berpihak.
Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa sabar adalah setengah dari iman, sebab kehidupan seorang mukmin senantiasa berputar antara syukur dan sabar. Ketika diberi nikmat, ia bersyukur; ketika diuji, ia bersabar. Keduanya adalah tanda kedewasaan spiritual seorang hamba.
Buah dari Kesabaran
Sabar bukan hanya mendatangkan ketenangan batin, tetapi juga janji besar dari Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)
Janji pahala tanpa batas menunjukkan betapa mulianya sabar di sisi Allah. Sabar menjadikan seseorang kuat menghadapi takdir tanpa kehilangan semangat hidup. Ia tidak menyerah, tetapi berjuang dengan hati yang ikhlas dan pikiran yang tenang.
Menumbuhkan Sabar di Tengah Ujian
Untuk menumbuhkan sabar, seseorang perlu memperkuat iman dan memperbanyak dzikir. Mengingat Allah membantu hati menjadi tenang, sebagaimana firman-Nya:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 28)
Selain itu, memahami hikmah di balik setiap ujian membuat seseorang mampu melihat cobaan bukan sebagai hukuman, melainkan sebagai sarana penyucian diri dan peningkatan derajat.
Ikhtisar
Sabar bukan berarti pasrah tanpa daya. Ia adalah bentuk kekuatan hati yang lahir dari keimanan dan keyakinan pada kebijaksanaan Allah. Sabar menuntut usaha, doa, dan keikhlasan. Ketika seseorang mampu bersabar, ia sejatinya sedang menapaki jalan menuju kedewasaan spiritual. Maka, janganlah menyamakan sabar dengan menyerah. Sebab dalam sabar, ada perjuangan; dan dalam perjuangan, ada cinta kepada Allah.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha



