BeritaSejarah

Resepsi Milad ke-113 Muhammadiyah Jateng Digelar di Kudus: Menapak Jejak Sejarah Muhammadiyah di Kota Santri

PWMJATENG.COM, Semarang – Puncak peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah tingkat Jawa Tengah digelar di Kabupaten Kudus pada Sabtu (22/11). Peringatan ini tidak hanya menjadi momentum refleksi atas kiprah panjang Muhammadiyah dalam dakwah dan pendidikan, tetapi juga mengajak masyarakat menengok kembali sejarah awal masuknya gerakan Islam modernis ini ke Kota Santri.

Gerak awal Muhammadiyah memang bermula dari Kauman, Yogyakarta. Sejak berdirinya pada 1912, organisasi yang dipelopori oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini baru menjangkau daerah-daerah sekitar Yogyakarta pada tahun 1917. Dakwah Muhammadiyah berkembang melalui kebiasaan KH. Ahmad Dahlan yang kerap berdagang batik sambil menyampaikan tabligh. Dalam setiap perjalanannya, ia tidak hanya membawa kain batik, tetapi juga membawa gagasan pembaruan Islam yang rasional dan mencerahkan.

Menurut catatan sejarah, ketika KH. Ahmad Dahlan berdagang hingga ke Jawa Timur, gerakan dakwahnya mendapat sambutan hangat di kota-kota seperti Ponorogo, Blitar, Sumberpucung, Kepanjen, Pasuruan, Jember, dan Banyuwangi. Sebagian besar pedagang batik yang berasal dari Yogyakarta sangat menghormati sosok KH. Ahmad Dahlan karena keteladanan dan kejujurannya dalam berdagang. Dari ketertarikan itu, mereka pun tertarik mengikuti tabligh dan akhirnya mendirikan ranting Muhammadiyah di daerah masing-masing.

Salah satu yang terkenal adalah Ranting Muhammadiyah Sumberpucung yang didirikan oleh keluarga Mataram—sebutan untuk orang Yogyakarta yang menetap di wilayah tersebut. Di berbagai daerah lain, Muhammadiyah berkembang karena masyarakat terpesona pada gagasannya yang menekankan rasionalitas dalam memahami ajaran Islam tanpa meninggalkan ruh syariat.

Tonggak penting terjadi pada 1 November 1921, saat Muhammadiyah resmi berdiri di Surabaya sebagai cabang dengan H. Mas Mansur sebagai ketuanya. Dari Surabaya inilah pengaruh Muhammadiyah meluas ke berbagai daerah, termasuk Kabupaten Kudus. Penyebaran ke Kudus berlangsung melalui dua jalur: dari timur melalui Malang dan Surabaya, serta dari selatan melalui Yogyakarta.

Baca juga, Aplikasi Al-Qur’an Muhammadiyah (Qur’anMu)

Peran pedagang sangat dominan dalam proses penyebaran tersebut. Salah satu tokoh penting adalah H. Djamhari, putra Dasiman, seorang pedagang batik Kudus yang kerap mengambil barang ke Yogyakarta. Melalui interaksi dagang itulah nilai-nilai Muhammadiyah mulai dikenal di Kudus.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1916, sekitar 47 persen anggota Muhammadiyah berasal dari kalangan saudagar atau wiraswasta, melampaui jumlah pegawai dan ulama. Kelas menengah ini menjadi tulang punggung penyebaran dakwah Muhammadiyah, termasuk di Kudus.

Selain ditopang oleh para pedagang, peran ulama dan mubaligh dalam memperkuat gerakan dakwah juga sangat signifikan. Mereka menjadi jembatan antara masyarakat dan gagasan pembaruan Islam yang dibawa KH. Ahmad Dahlan. Setelah mendapat dukungan dari berbagai tokoh lokal, Muhammadiyah Kudus akhirnya berdiri resmi melalui Surat Ketetapan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta sebagai Pimpinan Muhammadiyah Cabang (PMC) Kudus.

Bukti konkret kehadiran Muhammadiyah di Kudus tampak pada berdirinya Sekolah Dasar Muhammadiyah pada tahun 1926. SD Muhammadiyah 1 Kudus menjadi salah satu manifestasi nyata semangat pendidikan Islam modern di wilayah tersebut. Sekolah itu lahir dari semangat pemuda Muhammadiyah yang ingin memperbaiki kondisi masyarakat yang masih jauh dari ajaran Islam yang murni.

Kala itu, sejumlah pemuda mendatangi rumah KH. R. Asnawi untuk meminta bimbingan agama. KH. Asnawi menyarankan mereka menuntut ilmu ke Yogyakarta agar mendapatkan pemahaman Islam yang lurus. Di sanalah mereka berjumpa dengan KH. Ahmad Dahlan, sosok yang kemudian menginspirasi lahirnya gerakan Muhammadiyah di Kudus.

Kini, seratus tahun lebih berselang, semangat dakwah dan pendidikan yang diwariskan KH. Ahmad Dahlan itu terus hidup di jantung kota Kudus. Melalui peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah Jawa Tengah, masyarakat diajak meneladani jejak perjuangan itu—bahwa dakwah sejati tidak berhenti pada mimbar, tetapi juga menembus ruang-ruang kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE