
PWMJATENG.COM, Pekalongan – Tangis haru mewarnai momen wisuda seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP), Khaulia Prada Oktavia. Di tengah kebahagiaan meraih gelar sarjana keperawatan, perempuan 22 tahun itu datang membawa foto mendiang ibunya yang meninggal dunia setahun lalu akibat gagal ginjal.
Prosesi wisuda berlangsung pada Rabu, 22 Oktober 2025, di Aula Kampus 2 UMPP Pekajangan, Kabupaten Pekalongan. Bagi Khaulia, hari itu seharusnya menjadi momen untuk memeluk kedua orang tuanya. Namun, takdir berkata lain.
“Seharusnya saya bisa datang bersama ibu, tapi qodarullah ibu sudah pulang lebih dulu. Karena saya berharap ibu bisa datang, maka saya hanya bisa ditemani foto saja, sedangkan ayah juga sudah almarhum,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Yang membuat suasana semakin mengharukan, hari wisuda itu bertepatan dengan tepat satu tahun kepergian sang ibu. Meski begitu, Khaulia tetap menebar senyum dan berusaha tegar menjalani momen yang seharusnya membahagiakan tersebut.
Perjalanan Khaulia menyelesaikan kuliahnya tidak mudah. Di sela perkuliahan dan praktik di RSUD Kabupaten Batang, ia tetap merawat sang ibu yang harus menjalani cuci darah rutin di RSUD Azhari Pemalang. Tak jarang, ia rela menunda bimbingan skripsi dan melewatkan jadwal praktik demi menemani ibunya berobat.
Baca juga, Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1447 H
“Saya rela bolak-balik, waktu itu saya magang di RSUD Kabupaten Batang, tapi tetap laju untuk antar ibu cuci darah di RSUD Azhari Pemalang. Saya korbankan bimbingan skripsi saya. Skripsi saya jadi lebih lama daripada teman-teman, tapi saya bangga bisa memperjuangkan ibu saya,” ujarnya penuh keteguhan.
Kehilangan sang ibu di tengah proses penyusunan skripsi menjadi ujian terberat dalam hidupnya. Namun berkat semangat dan doa keluarga, terutama dari kakek dan neneknya yang kini menjadi tempatnya bersandar, ia berhasil menyelesaikan studi hingga akhirnya diwisuda.
Tidak hanya berjuang dalam hal akademik dan keluarga, Khaulia juga sempat bekerja sambil kuliah untuk mencukupi biaya hidup dan pendidikan. “Saya dua tahun kuliah sambil kerja, dibantu ibu juga. Pas ibu sakit, saya kerja lagi,” kenangnya dengan nada lirih.
Keteguhan hatinya menjadi teladan bagi banyak orang tentang arti perjuangan, kasih sayang, dan ketegaran seorang anak. Di tengah kehilangan, Khaulia tidak menyerah pada keadaan. Ia membuktikan bahwa cinta kepada orang tua bisa menjadi kekuatan besar untuk melangkah maju.
Menutup kisahnya, Khaulia menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang selalu mendukungnya, terutama kakek dan nenek yang hadir menemaninya saat wisuda. “Terima kasih kepada orang-orang yang sudah memotivasi dan memberikan effort, semoga kalian diberikan kesehatan dan kebahagiaan,” ucapnya penuh haru.
Kontributor : Nanang
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha