Kolom

Dakwah dan Dinamika Perselisihan dalam Majelis Ilmu: Menjauhi Perselisihan dengan Mencari Kebenaran

Dakwah dan Dinamika Perselisihan dalam Majelis Ilmu: Menjauhi Perselisihan dengan Mencari Kebenaran

Oleh : Zaidan Tilome (Mahasiswa IQT Universitas Muhammadiyah Surakarta)

PWMJATENG.COM – Aktivitas pengkajian ilmu dan dakwah merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di era modern. Dahulu, masyarakat menjalin hubungan sosial melalui masjid dan majelis keagamaan yang fokus pada pembahasan ilmu agama maupun wirid. Seiring waktu, ikatan sosial semacam ini sempat mengalami pergeseran. Namun, kini majelis ilmu kembali berperan sebagai sarana mempererat hubungan antarumat Islam, baik di pedesaan maupun perkotaan.

Kebangkitan majelis ilmu membawa konsekuensi meningkatnya intensitas interaksi antaranggota, yang tak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bertemu dalam majelis pekanan, dan sebagian bahkan terhubung melalui pekerjaan atau aktivitas lain di luar majelis. Segala puji bagi Allah atas ketetapan-Nya ini. Namun, interaksi yang tinggi membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat dan perselisihan. Allah menyebutkan dalam Surah Shad ayat 24:
“Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersekutu itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka yang demikian itu.”

Ketika perbedaan pendapat muncul, suasana pertemuan bisa menjadi kaku dan tidak nyaman. Perselisihan yang belum terselesaikan berpotensi menimbulkan ketegangan emosional yang sulit dikendalikan. Sering kali, dorongan kezaliman manusia membuat seseorang menilai orang lain yang berbeda pandangan secara tidak objektif. Padahal, setelah amarah mereda, banyak hal yang awalnya dianggap salah bukanlah kesalahan yang sebenarnya. Salafus shalih mencontohkan, salah satu praktik terbaik adalah menjauhi hal-hal yang memicu pertikaian untuk meredam emosi, menenangkan pikiran, dan menelaah persoalan secara rasional.

Asas dan Hakikat Dakwah

Dalam konteks dakwah, penting memahami hubungan antara dakwah dan pengelolaan ketidakmampuan masyarakat. Pendekatan dakwah yang moderat dapat memfasilitasi rekonsiliasi dan mengurangi ketegangan di antara kelompok masyarakat. Penelitian Islahuddin et al. (2023) menegaskan pentingnya pendekatan inklusif dan dialogis dalam dakwah untuk menciptakan keharmonisan sosial. Dialog berbasis saling menghargai dan toleransi menjadi kunci menyelesaikan konflik.

Baca juga, Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1447 H

Dinamika dakwah modern, menurut Triantoro (2018), menunjukkan bahwa dakwah dapat menanggulangi sikap fanatisme yang menjadi sumber konflik. Gerakan kontemporer seperti Teras Dakwah di Yogyakarta memadukan pendekatan populer dalam menyampaikan pesan agar diterima berbagai kalangan. Selain itu, integrasi nilai kearifan lokal dan budaya sangat penting untuk memperkuat komunikasi dakwah (Wa’di, 2022).

Upaya Mengontrol Emosi

Para salafus shalih mencontohkan cara menjauh sejenak dari masalah, yang sejalan dengan metode psikologi modern. Seseorang yang marah perlu mengidentifikasi alasan dan keadaan mentalnya. Kemarahan bisa muncul bukan hanya karena perselisihan, tetapi juga faktor dominasi atau perasaan tersubmisif. Tahap ini dilakukan dengan menjauhi titik permasalahan, merenung, dan meninjau hubungan dengan pihak terkait. Pengelolaan amarah termasuk menginternalisasi perasaan tersebut dan memvisualisasikan kemarahan sebelum mengekspresikannya.

Tujuan Muslim Sejati yang Berselisih adalah Mencari Kebenaran

Esensi perselisihan dalam Islam adalah pencarian kebenaran demi pemahaman yang lebih baik. Berselisih memungkinkan individu dan komunitas memperdebatkan ide yang memperkaya perspektif dan mendorong pengembangan pemikiran. Rina et al. (2022) menekankan pentingnya perencanaan dakwah yang matang dalam menghadapi perbedaan pendapat, sehingga pesan disampaikan jelas dan berlandaskan kebenaran.

Penelitian Lase & Halawa (2022) menunjukkan, berbicara dan bertindak sesuai kebenaran adalah prinsip fundamental dalam pengajaran karakter generasi muda. Kejujuran dan keberanian menyampaikan kebenaran menjadi kunci membangun masyarakat yang beradab dan bersatu.

Diam Saat Perselisihan

Berpaling dari orang bodoh dalam perselisihan bukan berarti sepenuhnya diam. Psikologi modern menunjukkan, menahan emosi yang tak tersalurkan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu, penting mengelola emosi dan menata respons agar dampak negatif minimal. Salah satunya, mengungkapkan perbedaan pendapat secara bijak setelah mempertimbangkan jeda dan refleksi. Hal ini membantu meredam amarah sekaligus memperjelas pokok permasalahan dan batas yang harus dijaga dalam perbedaan pendapat.

Semoga Allah senantiasa menjauhkan kita dari perselisihan, mempererat tali persaudaraan, dan melapangkan hati dalam menghadapi perbedaan.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE