BeritaOrtom

DPD IMM Jawa Tengah Gaungkan Pentingnya Ruang Aman bagi Kader: Bahas Kesehatan Mental dalam Webinar ‘Safe Space Circle’

PWMJATENG.COM, Semarang – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) Jawa Tengah sukses menggelar webinar bertajuk “Safe Space Circle: Meningkatkan Kesehatan Mental melalui Ruang Aman di Lingkungan Organisasi” pada Jumat, 17 Oktober 2025, melalui platform Zoom. Kegiatan yang diinisiasi oleh Bidang Kesehatan DPD IMM Jawa Tengah ini menjadi ruang reflektif bagi kader untuk memahami pentingnya kesehatan mental dalam aktivitas organisasi yang dinamis dan menuntut adaptasi cepat.

Ketua Umum DPD IMM Jawa Tengah, Nia Nur Pratiwi, dalam sambutannya menegaskan bahwa stabilitas mental merupakan fondasi penting dalam berorganisasi. “IMM Jawa Tengah ingin memberikan pemahaman bahwa organisasi harus sehat secara mental sebelum melakukan berbagai hal,” ujarnya. Ia berharap kegiatan ini menjadi pengingat bahwa banyak aktivis masih menghadapi tantangan psikologis, baik secara personal maupun kolektif.

Nia juga mengingatkan, sebelum bertanggung jawab pada organisasi, setiap individu perlu menyelesaikan urusan pribadinya terlebih dahulu. “Sebagai aktivis, kita harus mampu menuntaskan masalah pribadi sebelum mengurusi urusan organisasi,” katanya. Ia menambahkan bahwa kesejahteraan mental dapat dibangun dengan memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagaimana teori Abraham Maslow, mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, kasih sayang, hingga harga diri dan aktualisasi diri. Menurutnya, bila aspek dasar ini tidak terpenuhi, organisasi bisa kehilangan keseimbangan dan produktivitas. Ia pun menekankan pentingnya memahami kepribadian anggota agar organisasi dapat berjalan harmonis.

Pada sesi pertama, Wilda Kumala Sari, Ketua Korps IMMawati DPP IMM sekaligus pendiri Ruang Gembira Belajar, memaparkan konsep kebahagiaan sejati atau eudaimonia. Ia menjelaskan bahwa kebahagiaan bukan sekadar kesenangan, melainkan kesejahteraan batin yang berkelanjutan. Ada lima elemen penting dalam kesejahteraan mental, yakni emosi positif, keterlibatan (engagement), relasi, makna, dan pencapaian (accomplishment). Wilda mengingatkan, stres tidak selalu buruk karena dapat berfungsi positif (eustress) jika dikelola dengan baik. “Kuncinya adalah mengenali pikiran dan emosi kita sendiri agar tidak terjebak dalam stres yang destruktif,” paparnya.

Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!

Sesi berikutnya diisi oleh Rizqi Ulin Nuha, Sekretaris Bidang Kesehatan DPD IMM Jawa Tengah sekaligus pendiri Komunitas Kesehatan Mental Sahabat Karsa. Ia menekankan bahwa organisasi semestinya menjadi tempat bertumbuh yang mendukung kesehatan mental anggotanya. “Safe space harus dibangun agar setiap orang merasa diterima, dihargai, dan bebas dari ancaman atau penghakiman,” ujarnya. Menurutnya, dukungan kelompok (support group) menjadi salah satu cara efektif untuk menciptakan lingkungan inklusif. Langkah awalnya bisa dimulai dari diri sendiri dengan menjadi pendengar yang baik, menjaga kerahasiaan, serta menggunakan bahasa yang empatik dan tidak menghakimi.

Dalam sesi tanya jawab, peserta bernama Zalfa Lilatul menyoroti tantangan penerapan konsep kesejahteraan psikologis di lingkungan organisasi Indonesia yang masih kental dengan budaya hierarkis. Ia mengutip teori Positive Psychology dari Martin Seligman dan mempertanyakan sejauh mana organisasi mampu membangun literasi emosional dan empati kolektif sebagai dasar ruang aman. Menanggapi hal ini, Wilda mengakui bahwa budaya hierarki memang menjadi hambatan karena banyak individu takut mengekspresikan kerentanan psikologisnya. “Kepemimpinan yang empatik menjadi kunci. Pemimpin harus berani menunjukkan sisi rentan mereka agar tercipta budaya tanpa penghakiman,” jelasnya.

Pertanyaan lain datang dari Resvy Andrian yang membagikan pengalaman pribadi mengenai tekanan dari rekan organisasi. Ia mengaku sempat merasa tertekan dan kehilangan semangat. Menanggapi hal itu, Ulin menilai bahwa situasi semacam ini kerap terjadi. Ia menekankan pentingnya membangun batasan pribadi (boundaries) untuk menjaga kesehatan mental. “Organisasi seharusnya menjadi tempat bertumbuh, bukan ruang pemaksaan. Setiap individu berhak mengatakan ‘tidak’ pada hal yang melanggar batas dirinya,” tegasnya. Ia menambahkan, tekanan dari lingkungan kelompok menunjukkan adanya support group yang tidak sehat. Karena itu, setiap kader perlu mencari lingkungan yang benar-benar suportif.

Menutup kegiatan, Ulin mengajak seluruh kader IMM Jawa Tengah untuk bersama-sama menciptakan ruang aman di lingkup organisasi. Ia menegaskan, “Dengan adanya safe space, para aktivis akan lebih tenang secara batin dan siap menghadapi dinamika organisasi.” Sebagai tindak lanjut, DPD IMM Jawa Tengah berkomitmen membentuk support group di lingkungan internal IMM sebagai langkah konkret mendukung kesehatan mental dan emosional kadernya.

Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE