
PWMJATENG.COM, Surakarta – Tim Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Mereka berhasil meraih juara 3 dalam ajang Gelar Inovasi Harmoni Nusantara (GIHN) 2025 yang diselenggarakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Melalui inovasi bertajuk “Ben Bunter”, tim ini menghadirkan terobosan unik berupa serbuk pengganti bentonite dari limbah bangunan untuk menstabilkan lubang bor fondasi.
Tim tersebut terdiri atas Gayuh Aji Prasetyaningtiyas sebagai ketua, Denny Vitasari sebagai anggota satu, dan Syifa Al-Imani sebagai anggota dua. Inovasi mereka membuktikan bahwa limbah bangunan tidak hanya dapat dimanfaatkan kembali, tetapi juga menjadi solusi atas dua persoalan besar sekaligus: lingkungan dan industri konstruksi.
Gayuh menjelaskan bahwa INOVATALK merupakan kompetisi inovasi berskala nasional yang diikuti peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Kompetisi ini terbagi menjadi dua kategori besar, yakni STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) serta Sosial Humaniora. “Kami ikut kategori STEM yang fokus pada pengembangan sains dan teknologi,” ujarnya, Minggu (19/10).
Ia mengungkapkan bahwa riset tentang Ben Bunter telah dilakukan sejak 2023. Karya tersebut awalnya diseleksi secara internal di UMS melalui presentasi poster penelitian sebelum akhirnya dikirim ke ajang GIHN. “Saya lolos seleksi internal UMS, lalu posternya dikirim ke panitia. Dua minggu kemudian kami dinyatakan masuk 10 besar dan diundang untuk melakukan demonstrasi langsung,” kata Gayuh.
Gayuh kemudian menjelaskan latar belakang inovasi tersebut. Menurutnya, proses pengeboran tanah untuk fondasi sering menghadapi kendala berupa keruntuhan dinding lubang bor, terutama pada tanah dengan ikatan partikel lemah seperti pasir. Biasanya, permasalahan itu diatasi menggunakan bentonite dari tambang mineral yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Baca juga, EMT Muhammadiyah Resmi Terverifikasi: Jadi yang Pertama di Indonesia, Kado Milad ke-113 Muhammadiyah
“Kami mencoba menggantinya dengan bahan limbah bangunan seperti batu bata dan plester. Batu bata mengandung montmorillonite yang serupa dengan bentonite, sedangkan plester memiliki SiO2 yang berfungsi sebagai pengikat,” jelas Gayuh.
Cara kerja produk ini sederhana namun efektif. Ketika dinding lubang bor runtuh, serbuk Ben Bunter dituangkan dan dicampurkan menggunakan mata bor dengan lumpur selama 15 menit. Setelah proses itu, pengeboran dapat dilanjutkan dengan hasil dinding yang lebih stabil dan kedalaman yang sesuai target.

Syifa Al-Imani menuturkan bahwa tim hanya memiliki waktu tiga hari untuk menyiapkan prototipe dan presentasi setelah lolos ke babak 10 besar. “Kami membuat prototipe berupa mesin mini bor dan serbuk limbah bangunan. Waktu persiapannya benar-benar singkat,” katanya.
Kendala terbesar yang mereka hadapi adalah bagaimana mewujudkan ide menjadi prototipe yang bisa dibawa dan diuji langsung di lokasi lomba. Namun, tantangan itu justru menjadi bagian dari proses kemenangan tim. Gayuh menilai bahwa keunggulan utama inovasi mereka terletak pada aspek keberlanjutan. “Produk kami memanfaatkan limbah yang biasanya terbuang. Dari sisi kompetitor lain, banyak yang sudah punya lisensi dan dikomersialisasi, tapi belum ada yang berangkat dari pemanfaatan limbah seperti kami,” jelasnya.
Selain mempresentasikan ide, tim UMS juga melakukan demonstrasi langsung di hadapan dewan juri. “Kami benar-benar menunjukkan perbedaan kondisi sebelum dan sesudah penggunaan serbuk Ben Bunter, dan hasilnya terbukti efektif. Banyak tim lain yang tidak membawa prototipe,” ujar Gayuh.
Ia berharap inovasi ini tidak berhenti di meja lomba. “Semoga produk ini bisa menjawab persoalan lingkungan akibat penambangan bentonite yang masif. Kami ingin Ben Bunter benar-benar bisa berkontribusi mengurangi limbah bangunan sekaligus eksploitasi tambang,” harapnya.
Syifa menambahkan bahwa pihaknya ingin terus mengembangkan inovasi ini agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat. “Semoga Ben Bunter bisa membantu menyelesaikan masalah di lapangan, khususnya pada proyek konstruksi, dan menjadi solusi praktis yang ramah lingkungan,” tuturnya.
Kontributor : Zaatudin
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha