Bangkitkan Ruh Ideologis, Baitul Arqam Cabang Kepil Teguhkan Kader Muhammadiyah yang Militan

PWMJATENG.COM, Wonosobo – Dalam pusaran dinamika dakwah yang kian kompleks, Muhammadiyah dituntut tidak hanya bergerak secara administratif, tetapi juga menanamkan ruh ideologis di setiap lini kepemimpinan. Di sinilah peran Baitul Arqam menjadi penting—bukan sekadar agenda rutin, melainkan jantung ideologisasi yang meneguhkan nilai, semangat, serta arah gerak Persyarikatan.
Selama dua hari, pada 11–12 Oktober 2025, Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Wonosobo menyelenggarakan Baitul Arqam Muhammadiyah Cabang Kepil di Lodji Marong. Kegiatan ini diikuti 52 peserta dari unsur Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), UPP, ortom, hingga ranting. Mereka terlibat aktif menyelami kembali nilai-nilai dasar Persyarikatan melalui berbagai materi seperti Manhaj Tarjih, Kepribadian Muhammadiyah, serta Strategi Pengembangan Organisasi.
Ketua PCM Kepil, Amin Budi Santoso, menilai kegiatan ini bukan hanya ruang pembelajaran, tetapi juga momentum untuk menyalakan kembali semangat ideologis di tengah kader. “Kalau perkaderan hanya dihadiri orang yang sama, itu tanda bahwa kaderisasi kita stagnan,” ujarnya lugas. Ia menegaskan, Baitul Arqam harus menjadi upaya nyata untuk membangkitkan kesadaran ideologis sekaligus memperkuat ghirah ke-Muhammadiyahan di tingkat akar rumput.
Baca juga, Muhammadiyah Umumkan Jadwal Puasa Ramadan 2026, Catat Tanggal Resminya!
Ketua MPKSDI PDM Wonosobo, Arif Nugroho, menambahkan bahwa keberlanjutan proses kaderisasi menjadi kunci bagi tegaknya organisasi. Menurutnya, tanpa penguatan ideologi, Persyarikatan mudah terkikis oleh derasnya arus pemikiran luar yang kerap tidak sejalan dengan nilai-nilai Muhammadiyah. “Ideologi bukan sekadar bahan bacaan, melainkan fondasi yang menjaga arah gerak dakwah,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua PDM Wonosobo Bidang MPKSDI, Khanif Rosyidi, menyampaikan gagasan pembentukan Rumah Ta’aruf sebagai respon konkret terhadap lemahnya kaderisasi di kalangan Nasyiatul Aisyiyah dan Pemuda Muhammadiyah. Ia menilai, integrasi antara perkaderan utama dan fungsional harus diwujudkan sebagai satu sistem berkelanjutan. “Kaderisasi tidak boleh terfragmentasi. Ia harus menjadi alur yang utuh, dari pengenalan ideologi hingga pengabdian di masyarakat,” kata Khanif.
Khanif juga menegaskan, Baitul Arqam diharapkan melahirkan kader yang tidak hanya loyal pada struktur organisasi, tetapi juga militan secara nilai. “Dalam Muhammadiyah, kader bukan hanya penggerak organisasi. Mereka adalah penjaga gawang ideologi, penyambung napas dakwah, dan penyulut semangat tajdid yang tak boleh padam,” tegasnya.
Kegiatan dua hari itu menegaskan kembali arah gerak Persyarikatan yang berlandaskan nilai-nilai Islam berkemajuan. Baitul Arqam menjadi sarana penyegaran ruh ideologis bagi para kader agar lebih siap menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri Muhammadiyah.
Kontributor : Rudi
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha