
PWMJATENG.COM, Magelang – Tiga dosen Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA) hadir sebagai narasumber dalam Pelatihan Psikososial yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang. Acara yang berlangsung di Pendopo BPBD pada Rabu (24/9) ini mengusung tema “Psychological First Aid: Membangun Ketangguhan Mental melalui Pelatihan Psikososial”. Peserta yang hadir terdiri dari relawan, kader desa, dan anggota Organisasi Pengurangan Risiko Bencana (OPRB).
Adapun pemateri berasal dari dua fakultas berbeda. Mereka adalah Kanthi Pamungkas Sari dari Fakultas Agama Islam (FAI), serta Muhammad Khoirul dan Retna Tri Astuti dari Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes). Kehadiran akademisi ini mendapat sambutan positif dari pihak penyelenggara.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Magelang, Edi Wasono, menyampaikan apresiasi sekaligus menekankan pentingnya aspek mental dalam penanganan bencana. “Bencana bukan hanya merusak bangunan, tetapi juga melukai hati dan pikiran. Karena itu, relawan perlu dibekali keterampilan pendampingan psikososial,” ucapnya.
Sebagai narasumber pertama, Kanthi Pamungkas Sari menyampaikan materi tentang Manajemen Psikososial Kebencanaan. Ia menekankan bahwa pemulihan pascabencana tidak cukup hanya memperbaiki sarana fisik. “Pemulihan pascabencana tidak hanya soal perbaikan bangunan, tetapi juga membangun kembali semangat dan harapan warga. Pendampingan psikososial inilah yang membantu mereka bangkit,” jelasnya.
Menurutnya, relawan menjadi garda terdepan dalam proses pemulihan. Keberadaan mereka mampu memberi rasa aman sekaligus memperkuat mental warga yang terdampak.
Sesi berikutnya dipandu oleh Muhammad Khoirul yang memberikan praktik langsung Psychological First Aid (PFA). Dalam simulasi, peserta diperlihatkan cara menenangkan warga yang panik, memberikan rasa aman, hingga membangun komunikasi empatik.
Baca juga, Relatifitas dalam Perspektif Islam
Khoirul menekankan bahwa keterampilan dasar tersebut dapat dilakukan siapa saja. “Bantuan psikologis awal bukan hanya tugas tenaga profesional, tetapi bisa dilakukan relawan dan kader desa dengan teknik yang tepat,” tuturnya.
Peserta terlihat antusias mengikuti simulasi. Mereka menyadari bahwa pengetahuan praktis ini sangat berguna ketika berhadapan dengan korban yang mengalami tekanan psikologis di lapangan.
Materi terakhir disampaikan oleh Retna Tri Astuti dengan fokus pada Trauma Healing. Ia menekankan bahwa trauma berkepanjangan dapat menghambat pemulihan sosial. “Trauma healing bukan hanya terapi setelah bencana, tapi bagian dari membangun ketahanan mental jangka panjang. Relawan dan kader desa bisa menjadi pendamping yang dekat dengan korban,” paparnya.
Retna menilai, kedekatan emosional antara relawan dan warga menjadi kunci dalam proses pemulihan. Dengan demikian, korban tidak merasa sendirian menghadapi situasi sulit.
Selain menghadirkan dosen UNIMMA, kegiatan ini juga dihadiri anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Magelang, Haryono dan Mukh Ma’ruf. Keduanya menegaskan komitmen lembaga legislatif untuk mendukung penanganan bencana, termasuk dalam aspek psikososial.
Haryono menyebut, upaya penguatan kapasitas relawan perlu terus dilakukan agar penanganan kebencanaan di Magelang semakin optimal. Pernyataan ini diamini oleh Mukh Ma’ruf yang menilai bahwa pendekatan psikososial tidak kalah penting dibanding penanganan fisik.
Kontributor : Arina
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha