
PWMJATENG.COM, Semarang – Wakil Ketua MPR RI, Eddy Soeparno, hadir di Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) dalam agenda MPR RI Goes to Campus, Kamis (25/9). Kedatangannya sekaligus memberikan kuliah umum bertajuk “Potensi Transisi Energi Mencegah Dampak Perubahan Iklim” di hadapan ratusan mahasiswa.
Rektor UNIMUS, Masrukhi, menyambut langsung kehadiran Eddy Soeparno. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa forum ini diharapkan menjadi ruang dialog antara mahasiswa dengan pimpinan lembaga negara. Menurutnya, isu transisi energi menjadi tema penting karena generasi muda akan menghadapi langsung tantangan perubahan iklim.
“Melalui kuliah umum ini, mahasiswa dapat berdiskusi dengan Wakil Ketua MPR RI terkait transisi energi yang kini menjadi isu strategis nasional maupun global,” ujar Masrukhi.

Eddy Soeparno memaparkan bahwa Indonesia menyimpan potensi besar dalam pengembangan energi baru dan terbarukan. Ia menekankan bahwa perubahan iklim menjadi ancaman nyata sehingga negara harus serius melakukan transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan.
“Indonesia memiliki cadangan sumber energi terbarukan yang melimpah, mulai dari tenaga surya, air, hingga panas bumi. Potensi ini bisa dimaksimalkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil,” jelas Eddy.
Ia juga menambahkan bahwa transisi energi bukan sekadar upaya teknis, melainkan langkah strategis untuk menyelamatkan generasi mendatang. Menurutnya, jika Indonesia gagal melakukan peralihan energi, maka dampak perubahan iklim akan semakin sulit diatasi.
Baca juga, Diikuti Ratusan Peserta, PWM Jateng Gelar Pelatihan Manajemen Reputasi Digital Organisasi
Dalam kuliah umum tersebut, Eddy menekankan pentingnya peran mahasiswa. Ia menyebut generasi muda perlu menjadi bagian dari perubahan, baik melalui riset, inovasi, maupun gaya hidup yang mendukung keberlanjutan energi. “Mahasiswa adalah agen perubahan. Anda semua harus berada di garda depan dalam mendorong penggunaan energi bersih,” katanya dengan tegas.
Eddy juga menyoroti kebijakan pemerintah yang sudah mulai mengarahkan investasi pada energi terbarukan. Namun, ia menilai langkah tersebut masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan infrastruktur dan investasi. Ia mendorong semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat, bekerja sama mempercepat proses transisi energi.
“Transisi energi membutuhkan kolaborasi. Tidak mungkin hanya pemerintah yang bergerak, tetapi harus melibatkan perguruan tinggi, sektor swasta, dan masyarakat,” tuturnya.
Mahasiswa UNIMUS terlihat antusias mengikuti kuliah umum tersebut. Beberapa di antaranya mengajukan pertanyaan seputar kesiapan Indonesia menghadapi target net zero emission pada 2060. Eddy menjawab bahwa meski tantangan cukup berat, Indonesia tetap berkomitmen untuk mencapainya.
“Kita sudah memiliki peta jalan menuju net zero emission. Tetapi yang terpenting adalah konsistensi dalam menjalankan kebijakan dan memastikan transisi energi tidak mengorbankan aspek ekonomi maupun sosial,” jawabnya.
Dalam kesempatan itu, Eddy juga mengingatkan bahwa transisi energi akan membuka lapangan kerja baru di masa depan. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menyiapkan diri dengan keterampilan yang relevan dengan industri energi terbarukan.
“Ke depan, banyak profesi baru lahir dari sektor energi bersih. Mahasiswa harus siap mengambil peluang itu,” pesannya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha