Muhammadiyah Jateng pada Jambore Nasional JATAM: Petani Harus Jadi Subjek Kedaulatan Pangan

PWMJATENG.COM, Kebumen – Pendopo Kabupaten Kebumen dipenuhi suasana hangat pada Jumat pagi (19/9), ketika Expo Inovasi Teknologi dan Bazar Produk Pangan resmi dibuka. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Jambore Nasional 1 Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) yang diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Muhammad Abduh Hisyam, hadir memberikan sambutan penuh semangat. Ia menegaskan bahwa jambore harus menjadi momentum penting untuk memperkuat kesadaran kolektif dalam mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
“Jambore ini tidak boleh berhenti hanya sebagai acara seremonial. Ia harus menjadi gerakan dakwah nyata yang menyentuh langsung kehidupan para petani,” ujar Abduh dengan lantang, disambut tepuk tangan meriah peserta.
Dalam sambutannya, Abduh menjelaskan alasan pemilihan Kebumen sebagai lokasi jambore. Ia menyebut daerah ini sangat identik dengan Muhammadiyah. Bukti kuatnya adalah fakta bahwa Bupati Kebumen saat ini berasal dari kader ‘Aisyiyah.
“Ini menjadi bukti bahwa Muhammadiyah dan Aisyiyah berakar kuat di Kebumen. Karena itu sangat tepat bila daerah ini dijadikan pusat perhelatan besar,” ucapnya di hadapan hadirin.
Pesan ini menegaskan posisi Kebumen bukan hanya sebagai tuan rumah, melainkan juga simbol eratnya hubungan Muhammadiyah dengan masyarakat setempat.
Abduh juga menyinggung posisi mulia petani dalam ajaran Islam. Ia menjelaskan, dalam fiqih, profesi petani memiliki kedudukan istimewa karena diwajibkan membayar zakat lebih besar dibanding profesi lain.
Baca juga, Muhammadiyah Jateng Gelar Pelatihan Manajemen Reputasi Digital, Dodok Sartono: Citra Muhammadiyah Harus Dibangun dengan Nilai dan Kinerja
“Petani dalam istilah Islam disebut falah, artinya orang yang beruntung. Namun, kenyataan di sekitar kita justru banyak petani yang terpuruk. Artinya, cita-cita fiqih itu belum sepenuhnya terwujud,” tegasnya.
Pernyataan tersebut mendapat anggukan serius dari para peserta. Mereka tampak memahami pesan yang disampaikan Abduh tentang kontradiksi antara nilai Islam dan realitas kehidupan petani.

Lebih jauh, Abduh menyoroti lemahnya perlindungan bagi petani di Indonesia. Menurutnya, kondisi ini menjadi tantangan sekaligus panggilan dakwah bagi Muhammadiyah untuk turun tangan.
“Kita berharap dari jambore ini lahir kesadaran kolektif untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Bukan sekadar ketahanan pangan, tetapi kedaulatan yang menempatkan petani sebagai subjek utama,” tegasnya.
Seruan tersebut kembali disambut tepuk tangan peserta yang hadir. Abduh menekankan bahwa perjuangan ini tidak boleh berhenti pada wacana, melainkan harus diwujudkan melalui aksi nyata.
Abduh menutup sambutannya dengan mengingatkan bahwa Jambore Nasional JATAM harus melahirkan gerakan berkesinambungan. Menurutnya, jika dakwah ini menyentuh kehidupan petani, mereka akan kembali pada hakikat sejati sebagai falah, yakni golongan yang beruntung.
“InsyaAllah, jika dakwah ini dijalankan dengan sungguh-sungguh, petani Muhammadiyah akan merasakan keberkahan hidup,” pungkasnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha