
PWMJATENG.COM, Surakarta – Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Harun Joko Prayitno, menyampaikan tausiyah penuh makna kepada mahasiswa baru dalam kegiatan Baitul Arqam kloter keempat di Masjid Sudalmiyah Rais UMS, Senin (15/9). Acara ini diikuti sekitar 350 peserta yang tampak antusias mendengarkan pesan-pesan sang rektor.
Dalam tausiyahnya, Harun menekankan pentingnya keseimbangan antara ikhtiar dan doa sebagai kunci kesuksesan. Ia menegaskan, keduanya tidak bisa dipisahkan. “Ikhtiar dan doa harus seimbang. Berdoa bukan berarti memerintah Allah, melainkan memohon dengan penuh tawadhu’,” ujarnya di hadapan mahasiswa baru.
Ia kemudian mengingatkan mahasiswa dengan kutipan ayat Al-Qur’an, “Askuruni Waskurukum, Waskuruni Wala Taqfuruun”, yang bermakna pentingnya bersyukur dan tetap sadar dalam berdoa. Menurutnya, rasa syukur adalah landasan utama dalam meraih keberkahan ilmu dan kehidupan.
Rektor UMS juga memberikan penekanan pada komitmen dan kesungguhan dalam menempuh studi di perguruan tinggi. Ia menyampaikan bahwa masa studi ideal berada pada rentang 3,5 hingga 4 tahun. Oleh sebab itu, mahasiswa harus menjaga fokus, energi, dan konsistensi.
“Jangan hanya mengejar gelar, tetapi selesaikan studi dengan tepat waktu dan tetap berpegang pada akhlakul karimah,” tuturnya. Harun mengingatkan bahwa kecerdasan intelektual tanpa akhlak akan kehilangan makna.
Ia menambahkan bahwa setiap mahasiswa perlu menyeimbangkan kemampuan akademik (knowing) dengan soft skill. Menurutnya, ilmu yang baik bukan hanya dipelajari, tetapi juga diamalkan. “Ilmu yang bagus adalah ilmu yang dimanfaatkan, sedangkan ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon tanpa buah,” ungkapnya memberi perumpamaan.
Selain tentang akademik dan keilmuan, Harun juga mengingatkan mahasiswa baru agar selalu berbakti kepada orang tua. Ia menegaskan, kasih sayang dan bakti kepada orang tua adalah bagian dari akhlak yang harus dijunjung tinggi.
Baca juga, Branding dan Positioning Muhammadiyah di Era Digital: Menjaga Identitas di Tengah Arus Disrupsi
“Berbuatlah baik kepada orang tuamu dengan kasih sayang, dan jangan sekali-kali menyepelekan mereka, bahkan jika salah satu atau kedua orang tuamu telah tiada,” pesannya.
Harun menilai, keberhasilan seorang mahasiswa tidak hanya diukur dari prestasi akademik, tetapi juga dari bagaimana ia memuliakan orang tua. Nilai spiritual dan moral ini, menurutnya, akan menjadi bekal penting dalam menghadapi perjalanan hidup.

Tausiyah yang disampaikan Harun tersebut menjadi panduan sekaligus motivasi bagi mahasiswa baru UMS. Ia berharap pesan itu dapat menguatkan mereka dalam menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan karakter Islami.
“Ilmu tanpa amal tidak akan memberi manfaat. Karena itu, mahasiswa UMS harus berkomitmen untuk menggunakan ilmu demi kemaslahatan umat,” tegasnya.
Pesan-pesan rektor itu tidak hanya memberikan dorongan semangat, tetapi juga mengarahkan mahasiswa untuk memahami hakikat pendidikan yang lebih luas, yakni membangun karakter Islami yang peka terhadap persoalan sosial.
Kegiatan Baitul Arqam sendiri merupakan program wajib bagi mahasiswa baru UMS. Program ini dirancang sebagai pembinaan ideologi Muhammadiyah yang menyatukan wawasan keislaman, nilai kepemimpinan, serta semangat pengabdian.
Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa diharapkan tidak hanya memahami Islam sebagai ajaran, tetapi juga menginternalisasikannya dalam perilaku sehari-hari. Harun menyebut, visi UMS adalah melahirkan generasi yang Islami, mencerahkan, unggul, mendunia, dan berkelanjutan.
“Melalui Baitul Arqam, mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi insan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga membawa manfaat nyata di masyarakat,” katanya.
Kontributor : Al
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha