Panen Perdana Melon Premium Muhammadiyah Banyumas: Bukti Wakaf Bisa Jadi Sumber Ekonomi Umat

PWMJATENG.COM, Banyumas – Sebuah gebrakan baru lahir dari Muhammadiyah Banyumas. Panen perdana melon premium varietas Golden Aroma berhasil digelar pada Jumat (12/9/2025) di Greenhouse Hidroponik yang berdiri di atas tanah wakaf produktif milik Muhammadiyah. Lokasinya berada di kawasan Perum Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).
Kegiatan ini merupakan buah kerja sama antara Lazismu Banyumas, Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kembaran, serta UMP. Program pertanian produktif ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam menguatkan kemandirian ekonomi organisasi.
Direktur Lazismu Banyumas, Amrulloh Sucipto Aji, dan Ketua PCM Kembaran, Sugiyanto, hadir langsung dalam momen panen perdana tersebut. Kehadiran mereka bukan sekadar seremonial, melainkan juga bukti dukungan penuh terhadap inisiatif pemberdayaan ekonomi umat melalui sektor pertanian.
Sejak awal pembangunan hingga panen perdana, jamaah tani Muhammadiyah dilibatkan secara aktif. Semangat kemandirian organisasi menjadi landasan utama dalam menjalankan program ini. Sebanyak 700 bibit melon premium dari varietas Golden Aroma dan Henry ditanam pada tahap awal. Dari jumlah itu, sekitar 450 buah berhasil dipanen pada kesempatan pertama.
Meskipun dihadapkan pada tantangan hama serta cuaca yang tidak selalu mendukung, hasil panen ini dinilai cukup menggembirakan. Para pengelola optimistis capaian tersebut akan menjadi pijakan kuat untuk pengembangan program serupa di masa mendatang.

Ketua PCM Kembaran, Sugiyanto, menekankan bahwa greenhouse hidroponik ini dirancang sebagai program jangka panjang. Ia berharap produksi melon premium dapat terus ditingkatkan dan memberi manfaat luas.
“Panen perdana ini menjadi motivasi bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas produksi. Kami menyadari masih ada kendala, tetapi ke depan akan terus diperbaiki agar hasilnya lebih optimal,” kata Sugiyanto.
Senada dengan itu, Direktur Lazismu Banyumas, Amrulloh Sucipto Aji, menyebut program pertanian produktif berbasis wakaf ini merupakan wujud nyata gerakan ekonomi umat. Ia menilai tanah wakaf produktif Muhammadiyah Banyumas mampu memberi manfaat lebih dari sekadar fungsi sosial.
Baca juga, Hukum Gaji yang Didapatkan dari Pekerjaan Lewat Jalur Ordal
“Dengan memanfaatkan tanah wakaf produktif Muhammadiyah Banyumas, kami ingin menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi dapat berjalan beriringan dengan misi sosial dan dakwah Muhammadiyah,” ungkapnya.
Melon premium hasil panen ini tidak hanya sekadar komoditas pertanian biasa. Buah tersebut memiliki peluang pasar yang cukup besar. Selain banyak diminati di pasar tradisional, melon jenis ini juga berpotensi menembus pasar modern yang menuntut kualitas lebih tinggi.

Kondisi itu membuat PCM Kembaran semakin yakin bahwa program pertanian produktif mampu memberi kontribusi signifikan bagi penguatan ekonomi umat. Dengan manajemen yang tepat, hasil pertanian ini tidak hanya memberi keuntungan finansial, tetapi juga menjadi sarana pemberdayaan bagi warga persyarikatan.
Panen perdana melon premium ini juga diharapkan menjadi titik awal tumbuhnya pusat produksi berbasis wakaf produktif di Banyumas. Keberhasilan ini membuka jalan bagi kerja sama lebih luas, baik dengan lembaga internal Muhammadiyah maupun pihak eksternal yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan ekonomi umat.
Selain menjadi sumber penguatan organisasi, program ini juga berpotensi memperluas jaringan distribusi produk pertanian. Kolaborasi dengan pasar modern, koperasi, hingga platform digital menjadi peluang besar yang akan digarap di masa depan.
Secara khusus, Lazismu dan PCM Kembaran menilai bahwa program pertanian produktif ini dapat menjadi model pemberdayaan ekonomi umat yang terintegrasi. Tidak hanya mengandalkan hasil panen, melainkan juga menghidupkan kembali semangat jamaah tani Muhammadiyah untuk bergerak bersama.
“Keberhasilan panen perdana ini menjadi bukti bahwa tanah wakaf yang dikelola dengan serius mampu memberi manfaat nyata. Ini bukan hanya soal pertanian, tetapi juga soal kemandirian dan keberdayaan umat,” jelas Amrulloh.
Dengan pencapaian tersebut, Muhammadiyah Banyumas kini memiliki peran baru sebagai motor penggerak ekonomi lokal. Greenhouse hidroponik berbasis wakaf ini diharapkan tidak berhenti pada panen perdana saja, melainkan berkembang menjadi pusat produksi yang berdaya saing tinggi.
Kontributor : Romi
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha