Gambaran Neraka dalam Tafsir Al-Mudatsir: Peringatan Bagi Umat Manusia

PWMJATENG.COM, Surakarta – Kajian tafsir kembali menghadirkan pesan mendalam tentang hakikat kehidupan akhirat. Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ainur Rha’in, membahas mengenai gambaran neraka serta para penghuninya sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Al-Mudatsir. Kajian ini berlangsung pada Kamis (11/9) melalui platform Zoom Meeting dan diikuti oleh mahasiswa serta masyarakat umum.
Ainur menjelaskan bahwa Al-Qur’an memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai neraka sebagai tempat yang penuh penderitaan. Salah satu neraka yang disebut dalam Surah Al-Mudatsir adalah Saqar. Neraka ini diperuntukkan bagi orang-orang yang menolak dan menghina ajaran Islam. Menurut penjelasannya, neraka Saqar dipenuhi dengan kesakitan yang tiada henti, membuat penghuninya bagaikan orang paling bangkrut karena kehilangan segalanya, termasuk harapan untuk terbebas.
Ia menyampaikan, orang yang dimasukkan ke dalam neraka akan dibakar dengan api yang sangat panas hingga kulit mereka hangus. Namun, siksaan itu tidak berhenti di situ. “Ketika api itu membakar kulit hingga menghitam, melepuh, dan mengelupas, maka kulit itu akan diganti Allah dengan kulit baru. Begitupun seterusnya. Proses pergantian kulitnya sakit sekali,” ucap Ainur dalam pemaparannya.
Penjelasan ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an:
كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ
“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain agar mereka merasakan azab itu.” (QS. An-Nisa: 56)
Selain Saqar, Ainur juga menyinggung kedahsyatan neraka Jahannam. Menurut riwayat, neraka itu akan dihadirkan pada hari kiamat dengan 70 ribu tali kekang. Setiap kekang ditarik oleh 70 ribu malaikat. “Yang dijelaskan itu baru yang menariknya, belum termasuk malaikat penjaganya, malaikat yang menyiksanya, dan malaikat yang berada di dalamnya,” tegas Ainur.
Dalam kajiannya, Ainur menguraikan ciri-ciri orang yang akan menjadi penghuni neraka. Ia menyebut beberapa karakter yang diingatkan Allah dalam Surah Al-Mudatsir. Pertama, mereka adalah orang yang tidak melaksanakan salat. Kedua, orang yang enggan memberi makan orang miskin. Ketiga, mereka yang senang berbicara bathil. Keempat, orang yang tidak mempercayai adanya Hari Pembalasan.
“Hal paling utama yang membedakan kita dengan orang kafir adalah salat. Malaikat berkata, seandainya aku tidak diperintahkan oleh Allah untuk memberi rezeki, maka aku tidak akan sudi memberikannya kepada orang yang tidak salat,” jelas Ainur mengutip sebuah riwayat.
Ainur juga menyoroti fenomena kekinian yang tidak kalah berbahaya, yakni penyebaran informasi palsu atau hoaks di media sosial. Menurutnya, orang yang dengan sengaja menyebarkan hoaks termasuk dalam golongan orang-orang bathil. Mereka menutupi kebatilan dengan kebatilan yang lain.
Baca juga, Muhammadiyah Unggul Berkemajuan: Menapaki Jalan Transformasi Gerakan Global
Ia mengingatkan bahwa penghuni neraka umumnya memiliki sifat keras kepala. Mereka sulit menerima nasihat, bahkan menolak kebaikan yang diingatkan kepada mereka. “Penghuni neraka itu keras kepala. Diingatkan kebaikan tidak mau. Kata-katanya kasar dan kotor serta mudah mendzalimi orang lain,” terang Ainur.
Fenomena hoaks, ujar Ainur, menjadi tantangan besar di era digital. Ia menekankan pentingnya umat Islam untuk berhati-hati dalam menggunakan lisan maupun tulisan agar tidak terjerumus pada perilaku bathil.
Kajian tafsir yang disampaikannya bukan semata untuk menakut-nakuti, tetapi sebagai peringatan agar manusia sadar akan konsekuensi dari amal perbuatan. Ainur menegaskan bahwa mempelajari tentang surga dan neraka sangat penting sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dunia. “Kita perlu mempersiapkan diri menghadapi hari kiamat dengan membekali diri dengan ilmu tentang akhirat. Jangan sampai kita menjadi bagian dari penghuni neraka,” pesannya.
Peringatan tersebut juga sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Mudatsir ayat 42–46, yang menceritakan percakapan penghuni surga dengan penghuni neraka:
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ، وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ، وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ
“Apa yang memasukkan kalian ke dalam Saqar? Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat. Kami juga tidak memberi makan orang miskin. Kami biasa berbincang dalam kebathilan bersama orang-orang yang membicarakannya. Dan kami mendustakan Hari Pembalasan.” (QS. Al-Mudatsir: 42–46)
Kajian yang disampaikan Ainur Rha’in menghadirkan refleksi mendalam bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara. Salat, kepedulian sosial, menjaga lisan, serta keyakinan terhadap Hari Akhir adalah kunci untuk menghindarkan diri dari siksaan neraka.
Melalui penjelasan tersebut, umat Islam diingatkan agar tidak terlena dengan dunia dan terus memperbaiki diri. Persiapan menghadapi akhirat bukan hanya dengan amal ibadah ritual, tetapi juga dengan menjaga akhlak, membiasakan sikap jujur, dan menghindari kedzaliman.
Kontributor : Aisyah
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha