
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) menggelar pelatihan bertema “Penerapan Pembelajaran STEAM-Project Based Learning untuk Pembelajaran Matematika dan IPA Sekolah Dasar yang Menyenangkan.” Kegiatan ini berlangsung di SD Birrul Walidain Muhammadiyah Tanon, Sragen, dengan melibatkan guru-guru dari SD Muhammadiyah Sragen, SD Birrul Walidain Muhammadiyah Tanon, dan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Taraman.
Pelatihan tersebut bertujuan memperkaya wawasan guru agar lebih kreatif, inovatif, dan mampu menghadirkan pembelajaran Matematika serta IPA yang menyenangkan. Tim berharap guru dapat mengubah cara mengajar konvensional menjadi lebih interaktif sehingga siswa merasa antusias ketika belajar.
Acara yang digelar pada Sabtu (30/8) itu dibagi dalam tiga sesi. Pada sesi pertama, dosen Program Studi Matematika UMS, Nuqthy Faiziyah, menyampaikan materi mengenai konsep STEAM. Ia menekankan bahwa pembelajaran harus menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi siswa, terutama pada mata pelajaran Matematika yang kerap dianggap sulit.
“Jangan menambah trauma kepada siswa terkait Matematika, beri kesan menyenangkan. Dengan STEAM, siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis sekaligus menikmati proses belajar karena mendapat visualisasi nyata,” ujar Nuqthy yang juga menjadi Ketua Tim Pengabdian UMS, Kamis (11/9).
Pemaparan itu memberi perspektif baru kepada peserta bahwa pembelajaran tidak cukup hanya berfokus pada teori. Lebih dari itu, guru dituntut menghadirkan pengalaman belajar yang membekas.
Pada sesi kedua, dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UMS, Ika Candra Sayekti, memaparkan materi tentang Project Based Learning (PjBL). Ia mengungkapkan masih banyak kendala yang dihadapi guru, di antaranya keterbatasan media pembelajaran, rendahnya keaktifan siswa, serta minimnya kreativitas pendidik.
Baca juga, Branding dan Positioning Muhammadiyah di Era Digital: Menjaga Identitas di Tengah Arus Disrupsi
“Guru dituntut kreatif dalam keterbatasan. Guru adalah dalang dalam pembelajaran,” tegas Ika.
Menurutnya, pembelajaran berbasis proyek dapat menjadi solusi. Siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga melakukan eksplorasi langsung. Dengan begitu, mereka bisa memahami materi secara lebih mendalam.

Sesi terakhir diisi praktik langsung. Para peserta diminta membuat mobil karet bertenaga dari botol bekas. Aktivitas sederhana itu menjadi sarana untuk menerapkan STEAM sekaligus melatih keterampilan berpikir analitis. Guru diminta mengidentifikasi unsur sains, teknologi, engineering, seni, dan matematika dalam proyek tersebut, lalu mempresentasikan hasilnya.
Praktik tersebut menjadi momen paling ditunggu karena guru dapat mengalami langsung bagaimana siswa akan merasakan pembelajaran berbasis proyek. Bukan hanya melatih kreativitas, tetapi juga menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih dalam.
Seorang guru SD Birrul Walidain Muhammadiyah Tanon mengaku terkesan dengan pengalaman itu.
“Pelatihan ini seru, menyenangkan, dan mudah dipahami. Membuat mobil bertenaga pegas memang tidak mudah, tapi justru menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar, apalagi jika nanti diterapkan di kelas,” tuturnya.
Kegiatan tersebut disambut positif oleh para peserta. Antusiasme tampak dari interaksi, pertanyaan, hingga kesungguhan mereka saat menyelesaikan proyek. Pihak panitia menilai respon itu sebagai tanda bahwa guru siap untuk menerapkan metode baru di kelas.
Nuqthy menegaskan, keberhasilan pendidikan dasar bergantung pada kemampuan guru menghadirkan suasana belajar yang berkesan. Dengan STEAM PjBL, siswa tidak hanya belajar konsep, tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis, bekerja sama, dan memecahkan masalah.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha