Menyambut Rabiul Awal dengan Ibadah dan Suka Cita

PWMJATENG.COM – Bulan Rabiul Awal memiliki tempat yang istimewa dalam hati umat Islam. Pada bulan inilah Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan, sebagai rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, kedatangannya senantiasa disambut dengan rasa syukur, ibadah, serta suka cita. Umat Islam di berbagai penjuru dunia menjadikan bulan ini sebagai momentum memperbanyak amal kebaikan sekaligus meneladani akhlak Rasulullah ﷺ.
Rabiul Awal: Bulan Kelahiran Nabi
Sejarah mencatat, Nabi Muhammad ﷺ lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam peradaban manusia, sebab kehadiran beliau membawa risalah Islam yang mengajarkan tauhid, keadilan, dan kasih sayang. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَآ أَرْسَلْنَـٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَـٰلَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).
Ayat ini menegaskan bahwa kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad ﷺ adalah rahmat yang mencakup seluruh umat manusia. Maka, menyambut Rabiul Awal sejatinya adalah menghidupkan kembali semangat rahmat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Menyambut dengan Ibadah
Rabiul Awal bukan sekadar bulan peringatan sejarah, tetapi juga momentum memperbanyak ibadah. Umat Islam dianjurkan untuk menambah amalan sunnah seperti shalat malam, memperbanyak doa, serta membaca Al-Qur’an. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak shalawat kepada Nabi ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا
“Barang siapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan memberi shalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim).
Baca juga, Adopsi Anak dalam Islam: Menjaga Batas Syariat di Tengah Kasih Sayang
Dengan memperbanyak shalawat, umat Islam tidak hanya menunjukkan cinta kepada Nabi, tetapi juga memperoleh limpahan rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.
Suka Cita dalam Ketaatan
Menyambut Rabiul Awal dengan suka cita bukan berarti berlebihan dalam perayaan, melainkan mengisinya dengan kegiatan yang mendekatkan diri kepada Allah. Suka cita dalam Islam harus disertai ketaatan. Allah Swt. berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ ٱللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا۟ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58).
Ayat ini memberi penegasan bahwa kegembiraan yang hakiki adalah ketika seorang hamba mendapatkan rahmat Allah, dan rahmat terbesar itu adalah diutusnya Rasulullah ﷺ.
Momentum Meneladani Akhlak Nabi
Menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ seharusnya mendorong setiap Muslim untuk meneladani akhlak beliau. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai pribadi yang penuh kasih sayang, penyayang terhadap fakir miskin, dan sangat jujur.
Allah Swt. memuji akhlak Rasul dalam firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Dengan meneladani akhlak Nabi, umat Islam dapat menghadirkan wajah Islam yang damai, penuh toleransi, serta membawa manfaat bagi masyarakat sekitar.
Ikhtisar
Menyambut Rabiul Awal dengan ibadah dan suka cita merupakan bentuk syukur atas kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Momentum ini menjadi pengingat agar umat Islam memperbanyak shalawat, meningkatkan ibadah, serta meneladani akhlak beliau.
Kegembiraan dalam menyambut bulan ini seharusnya diwujudkan dalam amal nyata, seperti membantu sesama, menjaga silaturahmi, dan memperkuat ukhuwah. Dengan demikian, spirit Rabiul Awal tidak hanya hadir dalam peringatan seremonial, tetapi juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha