Ghuraba di Tengah Kemaksiatan yang Merajalela

PWMJATENG.COM – Fenomena kemaksiatan kian marak di tengah kehidupan modern. Gaya hidup hedonis, pergaulan bebas, hingga sikap abai terhadap ajaran agama menjadi pemandangan sehari-hari. Dalam situasi demikian, keberadaan orang-orang beriman yang tetap teguh pada kebenaran sering kali terasa asing. Mereka disebut sebagai ghuraba, yakni orang-orang yang terasing karena menjaga agama di tengah arus kemaksiatan.
Istilah ghuraba berasal dari sabda Nabi Muhammad ﷺ:
بَدَأَ الإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam dimulai dalam keadaan asing, dan ia akan kembali menjadi asing sebagaimana permulaannya. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing itu.” (HR. Muslim)
Hadis tersebut menegaskan bahwa pada masa ketika kebanyakan manusia berpaling dari kebenaran, orang yang tetap berpegang teguh pada Islam akan dianggap aneh, bahkan terasing. Namun, justru mereka yang mendapat kabar gembira dari Rasulullah ﷺ.
Makna Ghuraba dalam Kehidupan Modern
Di era digital, kemaksiatan semakin mudah menyebar. Melalui media sosial, konten hiburan yang jauh dari nilai moral mudah diakses siapa saja. Norma agama seringkali dianggap kuno dan menghambat kebebasan. Dalam kondisi ini, orang yang memilih menjaga pandangan, menahan diri dari hiburan yang haram, dan konsisten melaksanakan ibadah, sering dipandang berbeda.
Mereka dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman, bahkan dicap fanatik. Padahal, perbedaan sikap itulah wujud nyata keimanan. Menjadi ghuraba berarti berani tampil berbeda, tetap istiqamah, dan tidak hanyut dalam arus mayoritas. Allah ﷻ berfirman:
وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
“Dan jika engkau menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” (QS. Al-An‘am: 116)
Ayat ini mengingatkan bahwa mayoritas tidak selalu berada di atas kebenaran. Justru sering kali kebenaran hanya dipegang oleh segelintir orang yang istiqamah.
Baca juga, Adopsi Anak dalam Islam: Menjaga Batas Syariat di Tengah Kasih Sayang
Tantangan Menjadi Ghuraba
Menjadi ghuraba bukan perkara mudah. Tantangannya sangat besar, mulai dari cemoohan, pengucilan sosial, hingga stigma negatif. Seseorang yang menolak ajakan pergaulan bebas, menjaga shalat di tempat kerja, atau menutup aurat sesuai syariat, mungkin akan menghadapi berbagai tekanan.
Namun, Rasulullah ﷺ memberikan motivasi bahwa balasan bagi ghuraba sangat istimewa. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa mereka adalah orang-orang yang memperbaiki kerusakan umat.
الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
“Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki (umat) ketika manusia telah rusak.” (HR. Ahmad)
Artinya, ghuraba bukan hanya menjaga diri, tetapi juga berusaha memperbaiki lingkungan sekitarnya. Mereka menjadi pelita di tengah kegelapan moral.
Relevansi bagi Umat Islam
Kondisi hari ini menuntut umat Islam untuk berani mengambil posisi sebagai ghuraba. Ketika kemaksiatan dipandang wajar, justru saat itulah nilai Islam harus ditegakkan. Kaum muda, terutama, menghadapi godaan besar dari budaya instan dan permisif. Oleh karena itu, kesadaran menjadi Muslim yang berbeda dari arus kebanyakan menjadi kunci menjaga kemuliaan iman.
Islam tidak melarang berinteraksi dengan dunia modern, namun tetap menuntut umatnya menjaga prinsip. Seorang ghuraba mampu memanfaatkan teknologi untuk kebaikan, tanpa hanyut dalam kemaksiatan yang dibawanya.
Ikhtisar
Menjadi ghuraba di tengah kemaksiatan yang merajalela adalah ujian keimanan. Orang-orang beriman mungkin merasa terasing, namun di mata Allah merekalah yang istimewa. Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira kepada mereka, sebab kesabaran dan istiqamah dalam menjaga kebenaran bukanlah hal mudah.
Dalam kehidupan modern yang sarat godaan, sikap ghuraba justru menjadi kebutuhan. Mereka hadir sebagai penjaga nilai Islam, sekaligus teladan bagi masyarakat. Dengan semangat tersebut, umat Islam dapat tetap tegar menghadapi derasnya arus kemaksiatan dan menjaga cahaya iman tetap bersinar.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha