Menjadikan Pekerjaan sebagai Ladang Ibadah

PWMJATENG.COM – Bekerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam Islam, pekerjaan tidak hanya dipandang sebagai cara mencari nafkah, melainkan juga dapat bernilai ibadah apabila diniatkan dengan benar dan dilakukan sesuai ajaran agama. Pandangan ini memberikan makna yang lebih dalam bagi setiap aktivitas, termasuk rutinitas sehari-hari di tempat kerja.
Allah Swt. menegaskan bahwa manusia diciptakan di muka bumi untuk beramal dan memakmurkannya. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
“Dialah yang menjadikan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya.” (QS. Hud: 61)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi amanah untuk bekerja, mengelola bumi, dan menjadikannya tempat yang bermanfaat bagi kehidupan. Dengan demikian, bekerja bukan hanya urusan duniawi, tetapi juga bagian dari tanggung jawab spiritual.
Pekerjaan Bernilai Ibadah
Islam mengajarkan bahwa setiap pekerjaan yang halal, dilakukan dengan niat baik, dan bermanfaat bagi orang lain dapat bernilai ibadah. Nabi Muhammad saw. bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menegaskan bahwa bekerja dengan tangan sendiri lebih mulia dibandingkan bergantung pada orang lain. Maka, pekerjaan bukan sekadar sarana mencari penghasilan, melainkan juga jalan untuk menjaga harga diri, kemandirian, serta kehormatan.
Niat yang Lurus
Agar pekerjaan bernilai ibadah, niat menjadi kunci utama. Seorang Muslim harus menghadirkan kesadaran bahwa bekerja dilakukan demi mencari ridha Allah, bukan hanya keuntungan materi. Misalnya, seorang guru yang mengajar dengan tujuan mencerdaskan generasi penerus, seorang pedagang yang menjaga kejujuran, atau seorang petani yang menanam demi keberlangsungan hidup banyak orang. Semua itu akan dicatat sebagai amal saleh bila dilandasi niat ikhlas.
Allah Swt. berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa keikhlasan dalam bekerja sangat menentukan nilai ibadahnya. Tanpa niat yang lurus, pekerjaan hanya menjadi rutinitas duniawi semata.
Baca juga, Jejak Hijrah Nabi Ibrahim: Dari Babilonia ke Makkah, Risalah Tauhid yang Abadi
Etos Kerja dalam Islam
Selain niat, etos kerja juga mendapat perhatian penting dalam ajaran Islam. Seorang Muslim dituntut untuk bekerja dengan profesional, disiplin, dan penuh tanggung jawab. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ
“Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang di antara kamu melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna.” (HR. Thabrani)
Hadis ini menegaskan pentingnya kualitas dan kesungguhan dalam bekerja. Islam menolak sikap malas, menunda-nunda, atau bekerja asal-asalan. Justru, bekerja dengan penuh kesungguhan akan menghadirkan manfaat besar, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Menyelaraskan Dunia dan Akhirat
Bekerja juga menjadi cara seorang Muslim menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat. Pekerjaan yang halal memberikan nafkah bagi keluarga, mendukung kegiatan sosial, sekaligus menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bahkan, menafkahi keluarga dianggap sebagai salah satu bentuk sedekah.
Rasulullah saw. bersabda:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ أَعْطَيْتَهُ مِسْكِينًا، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan hamba sahaya, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu, yang paling besar pahalanya adalah yang engkau nafkahkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa bekerja untuk menafkahi keluarga memiliki nilai ibadah yang tinggi. Dengan demikian, seorang Muslim tidak perlu meremehkan pekerjaannya, karena setiap usaha yang halal memiliki pahala di sisi Allah.
Ikhtisar
Bekerja adalah amanah sekaligus ibadah. Seorang Muslim hendaknya meniatkan pekerjaannya untuk mencari ridha Allah, melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab, serta menjadikannya sebagai sarana memberi manfaat bagi orang lain. Dengan niat yang ikhlas dan etos kerja yang baik, setiap aktivitas pekerjaan akan tercatat sebagai amal saleh.
Pada akhirnya, menjadikan pekerjaan sebagai ladang ibadah adalah wujud kesadaran bahwa hidup ini bukan sekadar mengejar dunia, tetapi juga persiapan menuju akhirat.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha