Khazanah Islam

Seni dalam Pandangan Muhammadiyah: Fitrah, Dakwah, dan Strategi Peradaban

PWMJATENG.COM, Surakarta – Seni dalam pandangan Islam, khususnya menurut perspektif Muhammadiyah, bukan sekadar ekspresi estetika, tetapi bagian dari fitrah manusia yang dianugerahkan oleh Allah. Hal ini diungkapkan oleh Yayuli, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, dalam Kajian Tarjih Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang membahas posisi seni dalam bingkai keislaman dan ke-Muhammadiyahan.

Yayuli menegaskan bahwa seni merupakan potensi dasar yang mencerminkan keindahan, dan oleh karenanya bersifat mubah selama tidak menimbulkan mudarat. “Seni adalah potensi dasar manusia yang mencerminkan keindahan, dan karena itu ia bersifat mubah selama tidak menimbulkan mudarat,” ujar Yayuli, yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pengalaman AIK dan Kaderisasi di Pondok Lembaga Pengembangan Pondok Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Menurut Yayuli, pandangan Muhammadiyah terhadap seni memiliki dasar normatif yang kuat. Dua diktum penting hasil Musyawarah Nasional Tarjih ke-23 di Banda Aceh menjadi fondasi utama: pertama, bahwa seni merupakan fitrah manusia yang harus dijaga; kedua, menciptakan dan menikmati seni diperbolehkan selama tidak menimbulkan kerusakan (fasad), bahaya (dharar), atau menjauhkan manusia dari Allah (ba‘īd ‘anillāh).

Pandangan tersebut ditegaskan kembali dalam dokumen Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) yang disahkan pada Muktamar Muhammadiyah ke-44 di Jakarta tahun 2000. Dokumen ini menyatakan bahwa seni dan budaya dapat menjadi sarana dakwah serta instrumen untuk membangun peradaban yang berkeadaban. Muhammadiyah, sebagaimana ditekankan Yayuli, mendorong pengembangan sastra Islam sebagai bagian dari strategi kebudayaan yang berlandaskan nilai-nilai tauhid.

Dalam konteks tersebut, seni tidak dipandang bertentangan dengan tauhid, melainkan menjadi pengejawantahan dari kesadaran terhadap sifat-sifat Allah yang Mahabaik, Mahabenar, dan Mahaindah. Yayuli menjelaskan, “Seni dalam perspektif Muhammadiyah merupakan manifestasi dari kesadaran terhadap Allah sebagai al-Jamīl, Zat Yang Mahaindah. Karena itu, ia harus mencerminkan nilai kebaikan, kebenaran, dan keindahan.”

Strategi kebudayaan Muhammadiyah juga mendapat penguatan dalam forum Halaqah Tarjih yang diselenggarakan di Solo pada 2–4 November 2001. Dari halaqah tersebut lahir dua pendekatan strategis, yakni strategi pro-eksistensi dan strategi ko-eksistensi. Pendekatan ini bertujuan agar seni tradisi tetap eksis, namun selaras dengan nilai-nilai Islam, bukan berdiri dalam oposisi terhadapnya.

Baca juga, Ulama Sejati Adalah Ilmuwan: Menafsir Ulang Ulul Albab dalam Cahaya Al-Qur’an dan Sains

Lebih lanjut, Yayuli mengangkat isu tentang bentuk-bentuk seni visual seperti seni patung, lukisan, dan relief. Ia menyoroti bahwa tidak terdapat larangan eksplisit dalam Al-Qur’an terhadap bentuk-bentuk seni tersebut. Dalam Surat Saba’ ayat 12–13, disebutkan bagaimana Allah menganugerahkan kemampuan kepada Nabi Sulaiman untuk memerintahkan jin membuat bangunan, patung, dan perabot-perabot:

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِن مَّحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَّاسِيَاتٍ

“Mereka membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung, dan piring-piring besar seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap berada di atas tungku.” (QS. Saba’: 13)

Namun demikian, ia memperingatkan bahwa segala bentuk seni tetap harus berjalan dalam koridor syariat. Seni tidak boleh menjadi alat untuk melahirkan kesombongan, menumbuhkan kefasikan, apalagi menjadi pengganti zikir dan kedekatan kepada Allah. “Seni tidak boleh menjadi alat untuk menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan atau menjauhkan mereka dari orientasi spiritual,” ungkapnya.

Dalam era modern, di mana ekspresi seni berkembang sangat cepat dan luas, Muhammadiyah memandang penting adanya panduan dan pemahaman yang mendalam dalam menilai bentuk-bentuk seni. Menurut Yayuli, umat Islam memerlukan rambu-rambu yang jelas agar pertunjukan seni tetap mencerminkan nilai-nilai Islam yang diajarkan Muhammadiyah.

Pendekatan Muhammadiyah ini bukanlah upaya membatasi kreativitas, melainkan upaya menjaganya agar tetap sejalan dengan ajaran Islam. Seni dalam Islam harus mampu membangun jiwa, memperhalus akhlak, serta mengokohkan kesadaran tauhid. Oleh karena itu, seni yang berkembang dalam masyarakat hendaknya menjadi bagian dari gerakan dakwah kultural yang mencerdaskan dan memanusiakan.

Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, terus berupaya memberi penjelasan atas pelbagai bentuk seni kontemporer yang muncul dalam masyarakat. Upaya ini dilakukan agar umat tidak terjebak dalam sikap ekstrem: antara menolak seni secara total atau justru menghalalkan segala bentuknya tanpa batas. Dalam hal ini, moderasi dan kebijaksanaan menjadi prinsip penting yang dipegang.

Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE
#
https://adsii.or.id/sdm/pkvgames/https://adsii.or.id/sdm/bandarqq/https://adsii.or.id/sdm/dominoqq/https://lp3ibandaaceh.id/assets/pkvgames/https://lp3ibandaaceh.id/assets/bandarqq/https://lp3ibandaaceh.id/assets/dominoqq/https://www.northforeland.co.uk/js/pkvgames/https://www.northforeland.co.uk/js/bandarqq/https://www.northforeland.co.uk/js/dominoqq/https://argenerasiunggul.id/unggul/pkvgames/https://argenerasiunggul.id/unggul/bandarqq/https://argenerasiunggul.id/unggul/dominoqq/https://beliisuzu.com/cd/pkvgames/https://beliisuzu.com/cd/bandarqq/https://beliisuzu.com/cd/dominoqq/https://cheersport.at/doc/pkv-games/https://cheersport.at/doc/bandarqq/https://cheersport.at/doc/dominoqq/
https://central.nasrda.gov.ng/https://cafe.unmaha.ac.id/https://ejournal.stital.ac.id/