Napak Tilas Dakwah Rasulullah: Jamaah KBIHU Muhammadiyah Jepara Tak Kuasa Menahan Haru di Gua Tsur!

PWMJATENG.COM, Mekah | Arab Saudi – Suasana haru dan penuh kekhusyukan menyelimuti jamaah KBIHU Muhammadiyah Jepara saat menyusuri jejak dakwah Nabi Muhammad SAW dalam napak tilas sejarah Islam di Tanah Suci. Kegiatan ini dilaksanakan pada Senin pagi, 16 Juni 2025, bertepatan dengan 20 Dzulhijjah 1446 H.
Sebanyak 73 jamaah yang tergabung dalam KBIHU Muhammadiyah Jepara memulai perjalanan dari Hotel Mawaddah, Misfalah, pukul 06.30 pagi menggunakan dua armada bus. Tujuan utama mereka adalah menapak tilas perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran Islam di Kota Mekkah.
Destinasi pertama yang dikunjungi adalah Jabal Tsur. Di dalam bus, pemandu wisata Muhammad Kosim memaparkan bahwa pada awal dakwahnya, Nabi Muhammad SAW menyampaikan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi atau dakwah sirriyah dari pintu ke pintu. Selama tiga tahun, hanya sedikit pengikut yang beliau miliki, tidak lebih dari 11 orang.
“Ancaman demi ancaman terus datang dari Abu Jahal dan kaum Quraisy, hingga akhirnya Nabi mendapat perintah hijrah ke Madinah,” ujar Kosim.
Saat proses hijrah, Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi Thalib menggantikan posisi beliau di tempat tidur agar dapat mengelabui musuh. Nabi kemudian berangkat bersama sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan bersembunyi selama tiga hari di Gua Tsur. Mereka dibantu oleh Abdullah bin Abu Bakar sebagai pencari informasi dan Asma’ binti Abu Bakar yang setia mengantarkan makanan.
Perjalanan berlanjut ke Padang Arafah dan Jabal Rahmah. Sepanjang jalan, jamaah melewati Universitas Ummul Qura, salah satu institusi pendidikan ternama di Mekkah.
Padang Arafah dikenal sebagai tempat seluruh jamaah haji melakukan wukuf setiap 9 Dzulhijjah. “Al-Hajju Arafah,” sabda Nabi Muhammad, yang artinya “Haji adalah Arafah.” Maka, siapa pun yang berhaji wajib wukuf di sini.
Baca juga, Ekonomi Kreatif dan Gig Economy: Solusi atau Ancaman bagi Ketenagakerjaan Formal?
Di Jabal Rahmah, jamaah mengenang pertemuan kembali Nabi Adam dan Hawa setelah berpisah sekian lama akibat diturunkan dari surga. “Ada dua riwayat, mereka berpisah selama 100 tahun, ada juga yang menyebut hingga 300 tahun,” jelas Kosim.
Perjalanan dilanjutkan ke Muzdalifah, Mina, dan kawasan Jamarat. Di Mina, jamaah mengingat ibadah melempar jumrah sebagai simbol melawan godaan setan. Dimulai pada 10 Dzulhijjah dengan melempar Jumrah Aqabah, kemudian dilanjutkan pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dengan total 49 kerikil.

“Jumrah itu bukan sekadar simbol, tapi bentuk konkret dari perjuangan melawan hawa nafsu dan tipu daya setan,” ungkap salah satu jamaah.
Tak kalah menggetarkan, rombongan juga mengunjungi Jabal Qurban, tempat Nabi Ibrahim menerima perintah menyembelih putranya, Ismail. Di sinilah nilai pengorbanan dan ketundukan kepada perintah Allah diuji secara nyata.
Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan ke Jabal Nur. Di gunung inilah terdapat Gua Hira, tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima wahyu dari Malaikat Jibril pada usia 40 tahun. Ketika itu, Nabi tengah bertahannus atau menyendiri dan didatangi Jibril yang berkata, “Iqra’!”
Nabi menjawab, “Maa ana bi qari’in” (aku tidak bisa membaca), hingga diulangi tiga kali sebelum akhirnya Jibril membacakan lima ayat pertama dari surat Al-‘Alaq.
Napak tilas ditutup dengan pengambilan miqat umrah di Tan’im, tepatnya di Masjid Aisyiyah. Di sinilah para jamaah yang akan menunaikan umrah memulai niat dan ihram.
“Semoga perjalanan ini menambah kecintaan kita kepada Rasulullah dan memantapkan keyakinan bahwa dakwah beliau penuh tantangan,” ujar panitia.
Kontributor : Imanullah Noor Amala El-Qudsy
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha