Tokoh

Islam Wasathiyah: Meniti Jalan Tengah dalam Kehidupan

PWMJATENG.COM, Surakarta – Konsep Islam Wasathiyah menjadi salah satu prinsip utama dalam ajaran Islam yang menekankan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Sebagai umat yang disebut sebagai “ummatan wasathan”, umat Islam diharapkan mampu menjaga harmoni dalam bersikap, bertindak, dan mengambil keputusan.

Pemahaman ini kembali ditegaskan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dalam tablig akbar Gema Kampus Ramadan Universitas Muhammadiyah Surakarta (GKR UMS) yang diselenggarakan di Masjid Sudalmiyah Rais, UMS, pada Jumat (14/3/2025). Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan bahwa Islam Wasathiyah tidak hanya berarti sikap moderat, tetapi juga mencerminkan keunggulan dan keseimbangan dalam segala hal.

Menurut Mu’ti, istilah “wasathiyah” memiliki makna yang luas, di antaranya keseimbangan, keadilan, serta keunggulan. Ia menuturkan bahwa kata “wasatha” disebut dalam Al-Qur’an sebanyak lima hingga enam kali. Salah satunya terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 143:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَٰكُمْ أُمَّةًۭ وَسَطًۭا لِّتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًۭا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. Al-Baqarah: 143).

Dalam pemaparan lebih lanjut, Mu’ti menegaskan bahwa Islam selalu mengedepankan keindahan dan keseimbangan. Baik dalam aspek rasional dan emosional, maupun dalam perkara dunia dan akhirat. Ia menekankan bahwa keseimbangan adalah kunci dalam menjalankan ajaran Islam secara utuh dan berkeadilan.

Salah satu contoh nyata konsep wasathiyah yang dikemukakan oleh Mu’ti adalah dalam hal bersedekah. Ia menjelaskan bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk bersedekah, tetapi dengan tetap mempertimbangkan keseimbangan. Memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan merupakan perbuatan baik, tetapi berderma secara berlebihan hingga melupakan kebutuhan diri sendiri juga bukan sesuatu yang dianjurkan.

Baca juga, Puasa sebagai Sarana Membersihkan Jiwa dan Raga

“Ibadah itu baik, tapi kalau berlebih-lebihan dalam beribadah itu tidak baik. Sedekah ya sedekah, tapi ojo kabeh dinyohne (jangan semua diberikan),” ungkapnya.

Selain dalam amalan ibadah, prinsip wasathiyah juga dapat diterapkan dalam kehidupan sosial dan pengambilan kebijakan publik. Mu’ti menyoroti bahwa dalam penyusunan hukum dan regulasi, umat Islam harus mengedepankan keadilan. Adil, menurutnya, tidak selalu berarti menyamaratakan segala sesuatu, tetapi lebih kepada menegakkan aturan sebagaimana mestinya.

“Adil itu bukan berarti sama, melainkan menegakkan aturan sebagaimana mestinya,” tuturnya. Ia menegaskan bahwa hukum tidak boleh dibuat atau diterapkan berdasarkan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu atau kelompok tertentu. Keputusan yang diambil harus berdasarkan prinsip obyektivitas dan keilmuan.

“Kalau orang itu berilmu, maka dia akan obyektif dalam mengambil keputusan,” imbuhnya.

Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, Mu’ti menegaskan bahwa Islam Wasathiyah harus menjadi landasan utama dalam membangun peradaban yang maju. Islam tidak mengajarkan ekstremisme, baik dalam bentuk pemikiran maupun tindakan, melainkan menekankan keseimbangan dalam segala aspek kehidupan.

Ia menambahkan bahwa jika konsep ini dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan bermasyarakat, maka umat Islam akan menjadi kebanggaan bagi Rasulullah ﷺ. Sebab, Islam Wasathiyah merupakan karakteristik utama yang menjadikan umat Islam sebagai yang terbaik.

“Kalau itu berhasil diwujudkan, maka Rasulullah akan bangga terhadap umatnya. Karena umatnya adalah yang terbaik,” jelasnya.

Sebagai pesan penutup, Mu’ti berpesan kepada mahasiswa UMS yang hadir dalam tablig akbar tersebut agar terus menimba ilmu dan menjadi individu yang haus akan pengetahuan. Menurutnya, seorang Muslim yang berilmu akan lebih mampu bersikap wasathiyah dalam kehidupan sehari-hari.

“Harus banyak mencari tahu dengan cara membaca, bertanya, dan penelitian,” pungkasnya.

Dengan penerapan konsep Islam Wasathiyah dalam berbagai lini kehidupan, diharapkan umat Islam dapat menjadi agen perubahan yang membawa kedamaian, keadilan, dan kemajuan bagi masyarakat luas.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE