
PWMJATENG.COM, Semarang – Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki fondasi ideologi yang kokoh dalam membangun peradaban Islam yang sebenar-benarnya. Dalam Kajian Ramadan 1446 H dan Dialog Ideopolitor PWM Jawa Tengah, Wakil Ketua PWM Jateng, M. Abdul Fattah Santoso, mengupas secara mendalam tentang bagaimana ideologi Muhammadiyah perlu dikontekstualisasikan dalam menghadapi tantangan zaman.
Ideologi Muhammadiyah berakar pada beberapa dokumen penting yang menjadi pedoman dalam gerak dan perjuangannya. Mukaddimah Anggaran Dasar (MAD), Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup (MKCH), Kepribadian Muhammadiyah, Paham Agama, serta Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan elemen-elemen utama yang membentuk landasan ideologis organisasi ini.
Dalam pandangan Muhammadiyah, ideologi tidak sekadar menjadi sistem keyakinan, tetapi juga menjadi basis dalam menyikapi situasi sosial dan politik. Oleh karena itu, Muhammadiyah tidak hanya berorientasi pada aspek nominal-kuantitatif dalam pertumbuhan umat, tetapi juga pada aspek substantif-kualitatif dalam menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Ideologi Muhammadiyah sangat erat kaitannya dengan pemahaman agama. Islam diposisikan sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:
“وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ”
(Dan Kami tidak mengutus engkau [Muhammad] melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam). (Q.S. Al-Anbiya: 107)
Baca juga, Polemik Rukyat, Kritik KHGT, dan Masa Depan Kalender Islam
Dengan demikian, Islam dalam pandangan Muhammadiyah bukan hanya sebatas ritual ibadah, tetapi juga mencakup aspek kemanusiaan, sosial, dan politik. Muhammadiyah menekankan pentingnya humanisasi, liberasi, dan transendensi dalam membangun masyarakat Islam yang berkualitas, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an:
“كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ”
(Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, serta beriman kepada Allah.) (Q.S. Ali Imran: 110)
Dakwah Muhammadiyah dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dilakukan melalui tiga pendekatan utama, yaitu:
- Pendekatan Struktural, yaitu dengan terlibat dalam sistem pemerintahan dan kebijakan publik.
- Pendekatan Moral, yakni melalui pendidikan dan penyadaran keagamaan.
- Pendekatan Pemberdayaan, yang bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat.
Dalam konteks negara, Muhammadiyah memandang Indonesia sebagai darul ahdi wa syahadah, yaitu negara yang berdasarkan kesepakatan bersama dan menjadi tempat untuk bersaksi dalam menegakkan nilai-nilai Islam. Konsep ini sejalan dengan visi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, yakni cita-cita membangun negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah.
Di era globalisasi, Muhammadiyah menghadapi berbagai tantangan, seperti ketimpangan sosial, ekstremisme kekerasan (violence extremism), konflik geopolitik, dan perubahan iklim. Untuk menghadapi tantangan ini, Muhammadiyah menegaskan pentingnya:
- Perdamaian Global, dengan memperkuat diplomasi kemanusiaan.
- Keadilan Sosial, melalui distribusi kesejahteraan yang merata.
- Dialog Antaragama, guna membangun harmoni dan mengurangi konflik.
Dalam menghadapi realitas global yang semakin kompleks, Muhammadiyah berkomitmen untuk mengarusutamakan konsep wasathiyah, yakni moderasi dalam beragama dan berkehidupan. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan antara ajaran Islam dengan dinamika zaman.
Sebagai organisasi Islam yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan dakwah, Muhammadiyah terus mengembangkan pemikiran dan strategi dakwah yang relevan dengan perkembangan zaman. Dengan menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, Muhammadiyah berupaya membangun masyarakat Islam yang berkualitas dan berkontribusi bagi peradaban dunia.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha