Tafsir Surah At-Thoriq: Manusia Senantiasa dalam Pengawasan Malaikat

PWMJATENG.COM, Surakarta – Kajian tafsir Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali digelar secara daring pada Kamis (6/3). Mengangkat tema Surah At-Thoriq, kajian ini menjadi bagian dari program pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang rutin diadakan setiap Kamis siang. Kegiatan ini diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan UMS guna memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam.
Pada sesi ini, Ainur Rha’in selaku pemateri memaparkan bahwa Surah At-Thoriq mengandung pelajaran mendalam tentang kebesaran Allah SWT dan penciptaan manusia. Ia menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an, Allah SWT berulang kali menyebut langit, matahari, dan bulan sebagai bukti kebesaran-Nya. Keteraturan benda-benda langit ini menjadi penanda waktu dan arah bagi manusia.
“At-Thoriq sendiri berarti sesuatu yang datang pada malam hari, seperti bintang. Bintang-bintang ini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai penunjuk arah maupun sebagai tanda kekuasaan Allah,” jelasnya.
Salah satu istilah menarik dalam surah ini adalah “Mutsaqib” (\مُثَقِّب), yang diartikan sebagai benda langit yang menyala dan bersinar. Beberapa ulama mengaitkan istilah ini dengan fenomena lubang hitam (black hole), meskipun pemahaman ini masih dalam ranah ijtihad.
Selain membahas tanda-tanda kebesaran Allah, kajian ini juga menyoroti bahwa manusia senantiasa dalam pengawasan malaikat. Dalam salah satu ayatnya, Allah SWT berfirman:
\إِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ\
“Setiap jiwa pasti ada penjaganya.” (QS. At-Thoriq: 4)
Ainur Rha’in menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan keberadaan malaikat yang senantiasa mencatat amal perbuatan manusia. Hal ini menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu berhati-hati dalam setiap tindakan, karena setiap amal akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.
Baca juga, Menjaga Lisan dan Hati Selama Berpuasa: Esensi Puasa yang Sempurna
Lebih lanjut, kajian ini membahas tentang penciptaan manusia yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Allah SWT menegaskan bahwa manusia berasal dari sari pati tanah, kemudian berkembang melalui proses yang telah ditetapkan di dalam rahim. Fakta ini sejalan dengan penelitian ilmiah tentang embriologi.
Tidak hanya itu, Ainur Rha’in juga menyinggung tentang kebangkitan manusia setelah kematian. Ia menegaskan bahwa menghidupkan kembali manusia setelah mati bukanlah perkara sulit bagi Allah. Hal ini ditegaskan dalam ayat:
\إِنَّهُ عَلَىٰ رَجْعِهِ لَقَادِرٌ\
“Sesungguhnya Dia benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup kembali).” (QS. At-Thoriq: 8)
Menurutnya, jika penciptaan manusia pertama kali saja bisa dilakukan oleh Allah, maka menghidupkan kembali setelah mati bukanlah sesuatu yang mustahil.
Kajian ini juga menyoroti fenomena alam seperti siklus air dan hujan yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Langit berperan dalam mengembalikan air ke bumi dalam bentuk hujan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an. Selain itu, dijelaskan pula bahwa ada waktu-waktu tertentu ketika pintu langit terbuka, seperti saat adzan, iqamah, dan bulan Ramadan. Pada waktu-waktu ini, doa lebih mustajab untuk dikabulkan.
Menutup kajian, Ainur Rha’in menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah sumber kebenaran mutlak. Manusia diperintahkan untuk meneliti alam sebagai bentuk tafakkur dan mencari ilmu yang akan menguatkan keimanan mereka. Program rutin ini diharapkan semakin memperkuat pemahaman AIK di kalangan sivitas akademika UMS serta menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha