Kolom

Ekonomi Wasathiyah dalam Tinjauan Teologi, Ideologi, dan Praksis

Ekonomi Wasathiyah dalam Tinjauan Teologi, Ideologi, dan Praksis

Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)

PWMJATENG.COM – Muhammadiyah menggagas ekonomi wasathiyah, sebuah gerakan ekonomi tengahan, ekonomi syariah yang rahmatan lil ‘alamin.

Ketika Muhammadiyah akan terjun ke ekonomi ada tarikan kedalam yang kuat berbasis nilai sejarah yaitu watak dakwah, sosialisme Islam dan semangat Islam Berkemajuan. Sehingga ekonomi Muhammadiyah yang akan dibangun bersifat wasathiyah tidak mungkin mengarah ke kapitalis tapi juga tidak sosialis ‘murni’, artinya ada nilai-nilai Qur’ani yang diambil dari dua kutub tersebut.

Mengkaji Muhammadiyah selalu menantang ketika ada program baru selalu ingin kita kuatkan dari aspek yang fundamental sebagai ruh kader dan gerak organisasi yaitu aspek teologi, ideologi dan praksisme.

Teologi Berkemajuan

Sejarah konflik teologis/ilmu Kalam masa Islam klasik antara Mazhab Kalam Asya’riyah dan Atsariyah (Salafiyah) tentang dzat dan sifat Allah dan polemik persoalan kafir, musyrik, dosa besar, perbuatan manusia, takdir dst yang tidak pernah selesai sampai sekarang dan tidak produktif dan hanya menyisakan perpecahan menjadi banyak aliran teologi : Muktazilah, Murjiah, Syiah, Asy’ariyah, Maturudiyah, Jabariyah, Qodariyah.

Muhammadiyah berusaha ‘menyatukan’ dan mengalihkan agar perdebatan soal dzat dan sifat Allah itu tidak perlu diperdebatkan karena diluar akal manusia, Allah tidak akan membebani manusia diluar kemampuannya. Dalam HPT jilid 1 : Janganlah kamu pikirkan dzat Allah tapi pikirkanlah ciptaan Allah, makhlukNya dan semua yang ada di alam semesta (ayat-ayat qauniyah). Dengan pikiran ini akan mendorong ke arah penelitian, observasi dan berpotensi menciptakan ilmu pengetahuan baru, mengamati persoalan kemanusiaan dan problem peradaban.

Dari langit ke bumi, dari ketuhanan ke kemanusiaan dan peradaban, dari spiritualitas wahdaniyah ke aktifisme pembebasan.

Baca juga, Tiga P: Pesan Utama di Bulan Ramadan

Dinamika intelektual Muhammadiyah menyadari persoalan ini sehingga muncul gagasan Tauhid Sosial (Amien Rais) Teologi Transformatif (Muslim Abdurrahman), Ilmu Sosial Profetik (Kuntowijoyo) Teologi Modernis (Najib Burhani) Tauhid Peradaban (Amien Abdullah), dll.

Ideologi Tajdid

Pemikiran kritis dan inklusif para pendiri Muhammadiyah yang menyerap kebaikan-kebaikan dari manapun meski beda agama, etnis, bangsa yang kemudian ‘mengawinkan’ dengan ayat-ayat Al Qur’an yang langsung diwujudkan secara nyata untuk memajukan umat melalui pembaruan pendidikan, kesehatan, sosial dan kultural menjadi basis etika dan nilai sejarah yang menjadi karakter Muhammadiyah ke masa depan.

Semakin kokoh ketika dalam bentang sejarah, Persyarikatan memutuskan berbagai dokumen ideologis (Kitab Masalah Lima, Manhaj Tarjih, Muqaddimah, Kepribadian, MKCH, PHIWM, RIB) sebagai respon konteks jaman yang terus berubah dan berkembang, menjadikan pemikiran dan paham keagamaan Muhammadiyah semakin tersistematisasi dan terlembaga yang membedakan dengan ormas Islam lain dan menjadi ideologi gerakan bagi para kader, pimpinan, anggota, warga persyarikatan dan umat Islam keseluruhan.

Ideologi itu adalah Tajdid yang merupakan dua sayap puritanisme dalam aqidah dan ibadah serta sayap progresifisme Islam dalam muamalah yng akan menerbangkan Muhammadiyah menyusuri lorong waktu dari jaman ke jaman menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam membawa Risalah Berkemajuan, sebagai Dien Al Hadlarah.

Praksisme dalam Fiqih

Dalam tinjauan praksis, dengan dukungan finansial, ilmu dan sumber daya insani yang kuat dari PTM dan Persyarikatan serta kolaborasi dengan banyak pihak dan didukung pangsa pasar umat Islam yang terkonsolidasi, maka gerakan ekonomi Muhammadiyah akan menjadi seperti barisan para saudagar muslim dengan bangunan ideologis yang kokoh seperti disebutkan dalam QS As Saf 4 yang akan berjihad mewujudkan peningkatan ekonomi, kesadaran politik, kekuatan kultural untuk menggapai kesejahteraan dan kemajuan umat.

Dalam ranah yang lebih aplikatif perlu segera disusun Fiqih Ekonomi Berkeadilan, Pemberdayaan dan Berkemajuan.

Pengamalan model Praksisme Islam ini dalam konteks demokrasi akan menjadi kekuatan civil Islam tangguh yang mandiri tidak terpengaruh oleh kebijakan politik atau jatuh bangunnya sebuah rezim sehingga lebih independen menyuarakan politik moral dan kebangsaan. Wallahu a’lam.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE