Sastra

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Ziarah ke Masjid Al-Aqsa dan Cita Rasa Palestina

Seri 10: Bayang-bayang di Kota Suci

Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)

PWMJATENG.COMย โ€“ย Ketika rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke Yerusalem, Farhan tidak bisa menepis perasaan aneh yang mencekam. Setelah pria asing itu menyerahkan amplop kepadanya, ia merasa seolah ada sesuatu yang lebih besar sedang mengintai. Ia tidak tahu apakah ini hanya perasaannya saja atau ada sesuatu yang memang terjadi di balik layar, namun satu hal yang ia yakin: perjalanan ini lebih dari sekadar wisata religi.

Di dalam bus, suasana tenang. Hanya ada bisikan ringan di antara para jamaah yang beristirahat setelah seharian penuh berkeliling. Farhan duduk di samping Dani, yang tidak terlihat terlalu terganggu oleh kejadian tadi.

“Ada apa, Farhan?” tanya Dani, matanya penuh perhatian. “Kamu tampak cemas.”

Farhan hanya tersenyum tipis. “Aku rasa kita tidak hanya sedang berziarah, Dani. Ada yang lebih besar di balik semua ini,” jawabnya, sambil memandang keluar jendela bus. Pandangannya terhenti pada pemandangan kota Yerusalem yang semakin dekat.

“Maksudmu?” Dani mengernyitkan dahi, namun Farhan tidak memberikan jawaban lebih lanjut.

Kota Yerusalem mulai muncul di depan mereka. Pemandangan kota tua dengan tembok-tembok kuno dan jalanan berliku itu tampak begitu mengesankan, namun entah mengapa, Farhan merasa tidak nyaman. Bayang-bayang misterius masih menghantui pikirannya.

Setelah sampai di penginapan, mereka disambut oleh petugas hotel yang ramah, namun Farhan langsung merasa ada yang berbeda. Hotel ini tampak lebih sepi dari biasanya, dan atmosfernya terasa berat. Ketika mereka mengurus administrasi, Farhan kembali menangkap sosok pria asing yang tampaknya juga menginap di tempat yang sama.

“Apakah kamu melihatnya lagi?” tanya Dani, yang mengikuti pandangan Farhan. “Itu pria yang tadi, kan?”

Farhan mengangguk, matanya penuh tanda tanya. “Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, tapi aku merasa kita terjebak dalam sesuatu yang lebih besar dari sekadar perjalanan ini.”

Malam itu, Farhan duduk di balkon kamar hotelnya, menatap gelapnya langit Yerusalem yang bertabur bintang. Pikirannya masih terbelah, di antara perjalanan spiritual yang ia jalani dan ketegangan yang semakin menguat. Ia ingin menyelami lebih dalam, namun di sisi lain, ia takut jika ini akan membawa dampak yang lebih buruk.

Tiba-tiba, suara ketukan lembut terdengar di pintu kamar. Farhan terkejut, lalu bergegas membuka pintu. Di sana, berdiri Pak Hasyim, dengan wajah serius.

Baca juga, Jadi Khatib di Belanda, Ketua PWM Jateng Tafsir Sampaikan Makna Puasa dan Keberkahan Ramadan

“Farhan, kita perlu bicara,” katanya pelan.

Farhan mengangguk dan mempersilakan Pak Hasyim masuk. “Ada apa, Pak?”

Pak Hasyim duduk di kursi dan menatap Farhan dengan tajam. “Kamu sudah mulai merasakan apa yang aku rasakan, bukan?”

Farhan mengerutkan kening. “Apa maksud Bapak?”

Pak Hasyim menarik napas panjang, seolah hendak mengungkapkan sesuatu yang sudah lama ia simpan. “Aku sudah lama terlibat dalam perjalanan umrah dan wisata ke Timur Tengah, Farhan. Namun, ada beberapa hal yang aku rasa mulai membebani hati. Ada orang-orang yang memanfaatkan perjalanan ini untuk tujuan yang lebih gelap, dan aku rasa kita sedang berada di tengah-tengahnya.”

Farhan terdiam, mendengarkan setiap kata-kata Pak Hasyim dengan seksama.

“Farhan, orang yang kita lihat tadi, pria yang memberi kamu amplopโ€ฆ dia adalah bagian dari jaringan yang berusaha memanfaatkan pelancong-pelancong seperti kita. Mereka mengincar orang yang memiliki pengaruh, dan aku khawatir kamu sudah terlibat dalam permainan yang lebih besar.”

Farhan terkejut. “Apa maksud Bapak? Kenapa aku?”

Pak Hasyim menatapnya dengan serius. “Kamu adalah orang yang memimpin rombongan ini, Farhan. Mereka mengincarmu, tapi mereka juga tahu bahwa kamu adalah seseorang yang memiliki akses ke banyak orang. Aku khawatir kita sudah menjadi target.”

Farhan merasa darahnya berdesir mendengar penjelasan itu. Apa yang sedang terjadi? Mengapa ia merasa terjebak dalam permainan yang tak ia pahami?

“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Farhan, matanya penuh tekad.

Pak Hasyim menarik napas dalam-dalam. “Kita harus terus melanjutkan perjalanan ini, tapi dengan kewaspadaan yang lebih tinggi. Aku akan berbicara dengan beberapa orang yang aku percayai di sini. Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang siapa yang mengawasi kita.”

Farhan mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanan ini kini bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat suci, namun juga menyelidiki kebenaran yang tersembunyi di baliknya.

Namun, saat mereka berbicara, suara ketukan keras kembali terdengar dari pintu. Farhan merasa cemas, namun ia berusaha tetap tenang. Siapa lagi yang datang malam-malam begini?

Pak Hasyim berdiri dan membuka pintu, dan di sana, berdiri sosok pria yang mereka takuti, pria asing yang telah memberi Farhan amplop misterius itu.

“Kalian sedang membicarakan sesuatu yang tidak seharusnya kalian ketahui,” kata pria itu dengan nada tenang, namun tegas. “Saya hanya ingin memberi tahu kalian, perjalanan ini berisiko.”

Farhan menatap pria itu dengan tatapan tajam. “Apa yang kamu inginkan?”

Pria itu tersenyum tipis, lalu meninggalkan sebuah pesan terakhir, “Kebenaran tidak selalu datang dengan cara yang kita harapkan, Farhan.”

Setelah itu, pria itu pergi begitu saja, meninggalkan Farhan dan Pak Hasyim dalam kebingungan yang semakin dalam.

(Bersambung ke Seri 11โ€ฆ)

Ass Editor : Ahmad; Editor :ย M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE