Tausiyah Penuh Makna di Malam Midodareni: Pesan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah dari Ketua PP Muhammadiyah
PWMJATENG.COM, Surakarta – Pada malam Midodareni pernikahan putri Bendahara PWM Jawa Tengah, Sofyan Anif, suasana terasa khidmat ketika Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agus Taufiqurrahman, menyampaikan tausiyah. Acara yang diadakan di kediaman rumah Rektor UMS pada Sabtu (28/9) malam itu, menjadi momen spesial bagi Dzakkia Ulul ‘Azmi dan Basyar Ihsan Arijuddin calon pengantin baru yang akan segera melangsungkan akad nikah.
Dalam tausiyahnya, Agus Taufiqurrahman menyampaikan pesan-pesan bijak mengenai jodoh dan pernikahan. Menurutnya, jodoh adalah bagian dari rahasia Allah yang akan datang pada waktunya ketika seseorang telah benar-benar siap. “Pernikahan itu dilakukan ketika persiapannya telah benar,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya kesiapan baik secara mental, spiritual, maupun material sebelum memutuskan untuk menikah.
Tak hanya membahas soal jodoh, Agus juga menjelaskan secara mendalam makna dari doa yang sering dipanjatkan untuk pasangan yang baru menikah, yaitu Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Menurutnya, kata “sakinah” berasal dari konsep ketenangan. Ia mengibaratkan sakinah layaknya pelajaran Alif Ba Ta, di mana huruf “T” yang disukun menggambarkan ketenangan.
“Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang menghadirkan ketenangan. Setiap kali kita pulang ke rumah, kita akan merasakan ketenangan itu,” ungkap Agus Taufiqurrahman. Keluarga, menurutnya, adalah tempat untuk menemukan kedamaian setelah menghadapi berbagai masalah di luar. “Apabila kita memiliki permasalahan di luar, maka ketika pulang, solusi bisa ditemukan di keluarga karena di sana kita mendapatkan ketenangan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Agus menekankan bahwa menikah adalah bagian dari sunnah Rasul yang harus diniatkan dengan ikhlas. Dia juga mengingatkan, keluarga yang sakinah bukanlah tentang mencari pasangan yang sempurna, tetapi lebih pada bagaimana membangun ketenangan dan kenyamanan bersama.
Baca juga, Perdamian dalam Perspektif Islam
Dalam kesempatan itu, Agus juga menjelaskan secara lebih detail tentang makna mawaddah dan rahmah. Menurutnya, kedua istilah ini merujuk pada kasih sayang, namun ada perbedaan mendasar di antara keduanya. “Mawaddah adalah kasih sayang yang bersifat indrawi, yang terlihat dari fisik dan perasaan yang terlihat jelas,” jelasnya.
Sementara itu, rahmah adalah kasih sayang yang lebih dalam dan bersifat abadi. Rahmah adalah bentuk cinta yang tetap ada meskipun kondisi fisik tidak lagi menguntungkan. “Rahmah itu tetap mencintai dan menyayangi pasangan, bahkan ketika kondisi fisik tidak lagi seperti dulu,” ujarnya. Agus meyakini bahwa jika mawaddah dan rahmah dapat menyatu dalam sebuah pernikahan, maka pasangan tersebut akan mencapai keluarga sakinah yang sesungguhnya.
Selain membahas tentang pentingnya membangun keluarga yang sakinah, Agus Taufiqurrahman juga menyinggung tentang keinginan memiliki anak dalam pernikahan. Ia menjelaskan bahwa anak adalah anugerah dari Allah yang didapatkan melalui ikhtiar. Namun, dia juga mengingatkan bahwa anak bisa menjadi ujian bagi orang tua.
“Kadang anak menjadi fitnah bagi orang tua, atau hanya menjadi penghias dunia. Tapi yang kita harapkan adalah anak yang menjadi qurrota ayun, permata hati yang senantiasa membuat hati bahagia,” tuturnya dengan penuh harap. Ia juga menjelaskan dalam bahasa Jawa, bahwa anak yang diharapkan adalah “yang cocok itu tansah kemoto-moto ati,” yang berarti anak yang terus menyenangkan hati orang tuanya.
Agus juga menekankan bahwa mendidik anak di era modern ini menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Di tengah derasnya pengaruh dunia luar, orang tua diharapkan bisa mendidik anak-anaknya menjadi sholeh dan sholehah. Tantangan ini bukan hanya soal pengaruh teknologi, tetapi juga bagaimana mempertahankan nilai-nilai agama dan moral di tengah arus modernisasi.
Kontributor : Maysali
Editor : M Taufiq Ulinuha