
PWMJATENG.COM, Madiun – Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang berkomitmen menjalankan prinsip amal ma’ruf nahi munkar berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah. Tujuan utamanya adalah membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dengan menanamkan nilai-nilai keimanan, ilmu pengetahuan, dan amal dalam kehidupan sehari-hari.
Bendahara PWM Jawa Tengah, Sofyan Anif, menjelaskan bahwa menjadi bagian dari Muhammadiyah bukan sekadar memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA), tetapi harus berjuang dalam kehidupan nyata. Menurutnya, setiap warga Muhammadiyah diharapkan menjadi pelaku sejarah yang aktif dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik.
“Muhammadiyah bukan hanya sebuah organisasi, tetapi sebuah gerakan yang aktif dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap anggotanya harus berkontribusi nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
Sofyan Anif menegaskan bahwa karakter Muhammadiyah tercermin dalam simbol segitiga sama sisi yang menjadi identitas persyarikatan. Segitiga ini melambangkan tiga prinsip utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota Muhammadiyah, yakni iman, ilmu, dan amal.
Dalam ideologi Muhammadiyah, iman merupakan fondasi utama. Keimanan yang lurus menjadi ciri khas mahasiswa Muhammadiyah. Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan tidak boleh dicampuradukkan dengan kepercayaan lain yang bertentangan dengan tauhid.
“Kelahiran Muhammadiyah adalah upaya purifikasi dari berbagai aliran yang berkembang saat itu, seperti animisme dan dinamisme. KH Ahmad Dahlan merintis gerakan ini untuk meneguhkan akidah Islam yang murni. Sebagai umat Islam, kita sudah memiliki Allah, sudah bersyahadat, sehingga tidak boleh ada keyakinan lain di luar itu,” jelasnya.
Baca juga, Menyambut Ramadan dengan Semangat Baru
Selain iman, ilmu juga menjadi pilar penting dalam Muhammadiyah. Sofyan Anif menegaskan bahwa iman dan ilmu tidak dapat dipisahkan. Ayat pertama yang diturunkan dalam Al-Qur’an, yakni Iqra’ (bacalah), merupakan simbol bahwa ilmu memiliki posisi krusial dalam Islam. Oleh karena itu, Muhammadiyah menaruh perhatian besar pada pendidikan dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan sosial.
“Bukti nyata Muhammadiyah dalam mengembangkan ilmu adalah dengan mendirikan sekolah dan perguruan tinggi. Hingga saat ini, Muhammadiyah telah mendirikan lebih dari 20 ribu sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Jumlah perguruan tinggi Muhammadiyah mencapai 169, lebih banyak dibandingkan perguruan tinggi negeri yang hanya sekitar 133,” ungkapnya.
Setelah iman dan ilmu, prinsip ketiga dalam segitiga Muhammadiyah adalah amal. Menurut Sofyan Anif, seseorang yang memiliki iman dan ilmu harus mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata melalui amal saleh. Muhammadiyah tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga mendorong anggotanya untuk terlibat dalam aksi nyata di berbagai bidang kehidupan.
“Komitmen Muhammadiyah dalam amal ini begitu kuat. Bahkan, dalam pemerintahan saat ini, Presiden Prabowo mempercayakan banyak urusan pendidikan kepada Muhammadiyah. Prof. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dipercaya sebagai Mendikdasmen. Begitu pula dengan Mas Fajar yang merupakan lulusan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),” katanya.
Sebagai organisasi Islam yang telah berdiri lebih dari satu abad, Muhammadiyah terus berupaya memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat. Melalui pendidikan, layanan kesehatan, dan kegiatan sosial, Muhammadiyah membuktikan eksistensinya sebagai gerakan Islam yang maju dan modern.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha