Mengkaji Ulang Ideologi dan Orientasi Gerakan IMMawati
Oleh IMMawati Fitika Dian Safitri (Sekertaris Bidang IMMawati PC IMM Kabupaten Banyumas 2016-2017)
RASANYA sudah jenuh saat mendengar gelar IMMawati bagi aktivis perempuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Yah, seolah gelar IMMawati yang disematkan bagi aktivis perempuan di IMM hanyalah turun-temurun yang bersifat pragmatis dan minim akan prestasi. Seperti halnya baru-baru ini terdengar kabar dari grup WhattApps Keluarga IMM di tingkat regional, perbincangan mengenai IMMawati yang seolah menjadi sumber keributan tersendiri karena ada celoteh salah seorang IMMawan (aktivis laki-laki IMM), entah lahir dari Pimpinan Cabang mana dan SPI macam apa, mengatakan “Hingga hari ini IMMawati selalu terbungkam bicara soal pergerakan, gagasan ikatan dan perkaderan. Entah gerakannya yang di batasi atau dirinya yang membatasi”.
Perkataan salah seorang IMMawan diatas seolah membuatku tertunduk terlebih melihat kondisi IMMawati hari ini seperti benar adanya apa yang diungkapkan salah seorang aktivis IMMawan itu. Memang hampir sekian lama saya ber-IMM belum pernah terdengar sosok IMMawati yang begitu tangguh. Itu mungkin baru pengamatan penulis sebagai aktivis ikatan yang minim data mengenai IMMawati dan memang belum mengenal tokoh-tokoh aktivis perempuan yang dulunya aktivis IMMawati dalam kancah politik dan kebangsaan di negeri ini. Kecuali sosok IMMawati Ela Novitasari, sosok yang pernah penulis kagumi. Seorang yang harus melepas jas merah (sebutan almamater IMM) demi terjun ke dunia politik.
Sampai saat ini kekaguman itu masih tetap ada bagi penulis sosok IMMawati Ela Novitasari, seorang IMMawati yang pernah saya dengar tidak pernah sekontroversial itu yang masuk dunia politik. Terlebih pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 ia juga menjadi Gadis Ahok dan menjadi tim Sukses Penemangan Ahok-Djarot. Keputusan itulah yang membuat para kader IMM di tataran regional sampai tataran bawah tingkat pimpinan komisariatpun ikut berkomentar mengenai bahkan mencaci atas pilihan sikap IMMawati Ela yang mendukung Ahok. Namun dari sudut pandang yang berbeda penulis melihat bahwa IMMawati Ela ingin menengahi arus politik praktis dalam tubuh partai yang dia ikuti sekalipun hal itu terkesan menciderai ikatan.
Berangkat dari persoalan diatas penulis mulai berfikir. Apakah dasar dan landasan seorang IMMawati? Harus seperti apakah IMMawati bergerak? Dan untuk apakah ia bergerak dan ikut dalam organisasi ikatan ini. Dari selayang pertanyaan itu penulis mencoba membuka lembar sejarah perjuangan IMMawati di masa lalu sejak IMM berdiri dan perkembangannya, dan saat itu penulis hampir terhenyak dan membisu. Penulis baru tersadar dan tahu sepenuhnya tentang catatan landasan perjuangan IMMawati dalam satu periode menjabat di Bidang IMMawati di Pimpinan Komisariat dan di Pimpinan Cabang. Sejauh penulis mencari hanya dua pegangan resmi yang dapat penulis temukan, yaitu: Pertama, Kaidah Korps IMMawati yang terakhir di perbaharui dan ditanfidzkan di Tanwir XX IMM Tahun 2003 dan dilampirkan di Pedoman Adminitrasi terbitan DPP IMM Tahun 2010. Kedua, Pedoman IMMawati yang terakhir diperbaharui dan ditanfidzkan di Tanwir XX IMM Tahun 2003. Ketiga, Grand Design Gerakan IMMawati yang terakhir diperbaharui dan ditanfidzkan di Tanwir XXIII IMM Tahun 2009 dan dilampirkan lagi di Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) Tahun 2011.
Sungguh jauh sekali dari kehidupan yang penulis jalani sebagai seorang IMMawati yang pernah duduk di jajaran bidang IMMawati. Nilai didalamnya memang tidak ada yang luput untuk sosok seorang IMMawati, namun untuk dibawa ke zaman trend masa kini sungguh gerakan IMMawati yang tertuang dalam Grand Design IMMawati yang di sahkan dan di Tanwirkan tahun 2009 perlu di kaji ulang kembali dalam Ideologi dan Orientasi Gerakan IMMawati dan perlunya perumusan ulang terkait Silabus Kajian Komprehensif di semua tingkatan. Maka, dengan demikian gerakan IMMawati akan selaras dan me-nasional dengan satu profil IMMawati yang sama bukan jalan sendiri-sendiri seperti saat ini.
Harapan besar penulis dengan hadirnya SILATNAS (Silaturahim Nasional) IMMawati yang diselenggarakan pada 11-13 Agustus 2017 di Universitas Prof. Dr. Hamka, DKI Jakarta menghasilkan rumusan-rumusan gerakan IMMawati yang strategis untuk tingkat nasional selain sebagai ajang silaturahim antara IMMawati se-nusantara. Semoga dengan hadirnya forum itu format gerakan IMMawati bisa tersampaikan dengan baik dan ditindaklanjuti pada tingkatan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang selanjutnya dapat sampai kepada ranah IMMawati di tataran Pimpinan Komisariat. Mengingat masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus kita garap bersama mengenai peran seorang IMMawati di berbagai sektor di negeri ini, perlu pemetaan yang jelas dan masif di masing-masing tingkatan pimpinan. Dan perlu pemerataan dari segi keilmuan dan pendidikan khusus IMMawati. Sehingga akhir perjuangan seorang IMMawati tidak hanya berakhir menjadi seorang istri. Penulis bermimpi kelak dari sosok-sosok IMMawati akan lahir para akademisi, wirausaha, birokrat, kepala daerah, pengamat, politisi, jabatan publik dan lain-lain. (Editor: Andi M)