Gerakan Perkaderan IMM Jateng
oleh :Roynaldy Saputro, Aktivisi IMM Jateng
54 tahun organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menapakkan jejaknya di muka bumi. Selama itu pula organisasi ini terus hidup dengan berbagai corak gerakannya. Berbagai wajah manusia menghiasinya. Lalu lalang dan hilang. Hilang satu tumbuh seribu, ditinggalkan kadernya satu, lahir kader seribu. Pasang surut pemikiran, tak lahir buku, untuk kemudian melahirkan banyak buku dari pemikiran kadernya. Ada yang tidak berkontribusi, hingga banyak kader berkontribusi di berbagai masyarakat luas.
Sehingga kali ini saya tertarik untuk sedikit membahas tentang sebuah gerakan yang cukup radikal. Gerakan tersebut bukan gerakan melawan penjajahan, bukan pula melawan cukong atau gerakan dalam mengkritisi kebijakan birokrat. Tetapi gerakan ini adalah gerakan jangka panjang dalam mensukseskan agenda-agebda strategis sebuah organisasi. Gerakan jangka panjang yang saya maksud adalah mengenai pengelolaan Sumber Daya Manusia di organisasi atau IMM itu Sendiri.
IMM Jawa Tengah adalah salah satu DPD IMM yang memiliki banyak cabang dan komisariat. Terlihat banyak sampai-sampai agenda perkaderan utama tingkat madya atau khusus tingkat dasar terkadang tidak maksimal. Ketidak maksimalan itu terjadi manakala kuantitas Instruktur Madya ( Pengelola perkaderan tingkat daerah ) tidak cukup untuk memenuhi semua agenda perkaderan yang akan dilaksanakan oleh cabang ( sebutan IMM di daerah / kota ).
Akan tetapi, kondisi tersebut sudah sedikit berubah tahun ini, ketika DPD IMM Jateng mengadakan Latihan Instruktur Madya di Banyumas. Dari pelatihan tersebut lahirlah beberapa instruktur madya Jawa Tengah. Walaupun secara kuantitas tidak banyak, akan tetapi di rasa cukup untuk memanajemen perkaderan di wilayah jawa tengah. Seperti yang dijelaskan oleh ketua panitia LIM, IMMawan Shaleh ” Kita mengadakan LIM lagi, kita cetak instruktur madya baru, untuk kemudian koordinasi dan turun kecabang-cabang, membantu proses penyelenggaraan perkaderan yang mereka rencanakan, termasuk mendorong agar terjadi perkaderan disana, dengan membawa satu wacana tentang pentingnya diadakan perkaderan khususnya DAM ( Darul Arqam Madya ) dan LID ( Latihan Instruktur Dasar ) . Dengan lahirnya instruktur madya baru ini, kita kirim mereka ke setiap cabang utk mengelola perkaderan sehingga proses penyelenggaraan perkaderan berlangsung secara lancar”.
Setelah mengadakan LIM, DPD juga menunjuk IMMawan Shaleh untuk menjadi ketua para Instruktur madya tersebut. Seketika IMMawan mencanangkan tentang gerakan perkaderan. Dimana dalam selang waktu 3-4 bulan beberapa cabang di Jawa tengah mengadakan perkaderan utama tingkat madya ( DAM ) dan perkaderan khusus tingkat dasar ( LID ) secara beruntun. Sungguh gerakan yang tidak main-main demi melahirkan kualitas kader dan regenerasi kader di era millenial sekarang.
IMMawan Sholeh, dalam kesempatan lain menjelaskan lebih lanjut, bahwa tujuan gerakan ini adalah untuk menggairahkan semangat perkaderan di cabang-cabang IMM sejateng, sudah saatnya tidak ada lagi cabang-cabang IMM yang tidak bisa mengadakan DAM dan atau LID, padahal itu kewajiban setiap cabang. Selain itu juga perkaderan ini dalam rangka merapikan sistem organisasi secara umum, baik dari segi administrasi, regenerasi, peningkatan kualitas dan kuantitas kader, dsb. Kesemuanya itu bermuara pada satu tujuan yakni meretas ketimpangan antar cabang IMM di jateng.
Secara khusus dia berharap bahwa IMM Jateng khususnya dapat menjadi tren setter perkaderan IMM se Indonesia.
Mendengar penjelasan dari Ketua saya teringat dengan pesan pendiri IMM yaitu Moh. Djazman Al-Kindi bahwa organisasi ini bukan organisasi hura-hura. Untuk itu mari kita sambut agenda-agenda perkaderan di bulan-bulan ini dengan semangat perkaderan tanpa tendensius apapun. Demi IMM Jawa Tengah berkemajuan dan menjadi organisasi yang lebih baik lagi.(*)