
PWMJATENG.COM, Surakarta – Sekolah Muhammadiyah didorong untuk memperluas jejaring dan memperkuat wawasan internasional demi menciptakan pendidikan yang maju dan berkeadaban. Pesan tersebut disampaikan oleh Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo, Sri Sayekti, dalam kegiatan bertajuk Sharing International Experience Students (IES) 2026 melalui Zoom Cloud Meetings pada Rabu (28/5/2025).
Sri Sayekti menegaskan pentingnya kolaborasi global sebagai langkah strategis dalam memperkuat kualitas pendidikan Muhammadiyah. “Mari kita gelorakan semangat kolaborasi, berbagi pengalaman berharga, menjalin relasi global, dan bersama-sama wujudkan pendidikan Muhammadiyah yang berkemajuan dan berkeadaban,” ujarnya.
Sebagai sekolah yang telah berdiri selama 90 tahun dan berlokasi di Jalan Kartini No. 1 Ketelan Barat, Pura Mangkunegaran, Solo, SD Muhammadiyah 1 Ketelan terus berkomitmen untuk belajar dan berinovasi. “Kita harus terus sinau ke mana pun sampai menemukan format yang paling tepat untuk sekolah ini,” lanjutnya.
Ia bahkan mengungkapkan rencana kunjungan ke SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA, Sidoarjo, yang baru berdiri namun langsung tampil sebagai sekolah unggulan. “Insyaallah, kami bersama pimpinan akan berkunjung ke MICA Sidoarjo agar bisa menjalin kemitraan dan menjadi sejawatnya,” ucap Sri Sayekti.
Dalam pandangannya, sekolah Muhammadiyah harus selalu satu langkah lebih maju, terutama dalam pola pikir dan strategi internasionalisasi pendidikan. “Jejaring, baik dengan instansi pendidikan maupun umum, harus menjadi target setiap tahun. Kita harus maju bersama dan bersinar bersama,” tegasnya.
Baca juga, Kurban Tanpa Kepameran: Menjaga Niat Ibadah di Tengah Era Flexing Sosial Media
Senada dengan itu, Kepala SD Muhammadiyah 1 Candi Labschool UMSIDA, Pristiandi Teguh Cahya, menyambut baik semangat berbagi dan kolaborasi antar sekolah Muhammadiyah. Ia menyatakan bahwa proses saling belajar adalah bagian dari upaya bersama menuju pendidikan yang diberkahi.
“Sekolah kami masih baru, namun kami terus berusaha mengembangkan kurikulum yang adaptif, sistem pembelajaran, penilaian, serta fasilitas yang mengakomodasi kebutuhan anak berkebutuhan khusus,” tutur Pristiandi, yang akrab disapa Andi.

Menurutnya, dalam satu kelas terdapat dua guru yang memiliki kemampuan dalam menilai dan memahami perkembangan setiap siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Ia pun bangga karena sekolahnya mulai setara dalam kualitas dengan SD Muhammadiyah 1 Ketelan yang telah lama berdiri.
“Alhamdulillah, sekarang SD MICA sudah terlihat di permukaan, sejajar dengan sekolah Muhammadiyah yang sudah mapan seperti SD Ketelan,” ujarnya.
Meski masih baru, ia menyadari bahwa setiap sekolah memiliki tantangan tersendiri. “Sekolah yang sudah berdiri 90 tahun tentu punya keunggulan historis. Namun jika sekolah baru tidak mampu menyesuaikan diri dengan zaman, tentu akan sulit untuk tumbuh,” katanya.
Untuk itu, Andi menekankan pentingnya membangun jejaring tidak hanya di level nasional, tetapi juga internasional. “Kami bertekad membangun relasi luas sebagai bagian dari strategi pertumbuhan sekolah,” pungkasnya.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha